14 Februari: Langkah Pertama ke Hati Calon Mertua

Update Terakhir: 1 Maret 2025 Oleh Abdul Jalil

Jumat berkah untuk kita semua yang membaca catatan ku kali ini. Perlu kalian tahu tanggal 14 Februari lalu sejarah telah tercipta. Aku sudah membuat janji dengan Una. πŸ₯°

Tanggal tersebut merupakan langkah pertamaku untuk mendapatkan kebahagiaan sejati bersama Una. Kurang lebih seperti itu tujuanku kali ini. Semoga saja tidak berlebihan.

Jika Una tidak ada agenda pulang ke rumah. Mungkin saja aku dan dirinya hanya ingin berkencan saja di Semarang.

Sebelumnya di pikiranku itu tidak ada target harus bertemu dengan orang tuanya dalam waktu dekat, tapi takdir berkata lain.

Berkat Una, aku memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang tuanya lebih cepat. Kalau sudah seperti itu ya sekalian aku ingin memperkenal diri. 😁

Berhubungan hari itu adalah Jumat. Aku hanya bisa menjemputnya setelah Salat Jumat dan Una tidak masalah dengan hal itu.

Sekitar pukul 2 siang. Alhamdulillah aku sampai juga di depan kosnya. Ketika aku melihat secara langsung untuk kedua kalinya.

Entah kenapa dia terlihat cantik sekali, tapi aku masih bisa kontrol diri. Jadi, tidak salah tingkah seperti di pertemuan pertama. 🀣

Sebelum pulang ke rumah. Una mengajakku untuk beli jus dulu di tempat langgannya. Kami pesan jus Alpukat. Salah satu jus yang aku suka. Lumayan bisa melepas dahaga sejenak sambil melihat yang manis-manis. πŸ₯°

Perjalanan dari Semarang ke rumah Una memakan waktu kurang lebih 1 jam berkendara via jalan Pantura. Tidak begitu lama, tapi jalanan begitu sangat ramai dengan kendaraan besar.

Sesekali mengajak ngobrol tipis-tipis dengannya biar aku tidak ngantuk dan bisa fokus di jalan. Bisa bahaya banget kalau aku sampai ngantuk. Padahal perjalanan tidaklah jauh.

Selama perjalanan aku harus ekstra waspada. Karena jalanan banyak sekali lubang. Motor Supra yang batoknya getar-getar akhirnya semakin bergetar dan hampir lepas bagian speedometer-nya. 😭

Meskipun jalanan penuh ujian ketahanan. Kehadiran Una di jok belakang memberikan nuansa yang berbeda. Sesekali tingkahnya begitu menggemaskan. Hal itu yang membuatku semakin ingin jatuh cinta kepadanya. πŸ₯°

Dokumentasi yang bisa aku tampilkan di sini untuk menambah nuansa estetik alias tidak hanya tulisan saja. Aku tahu salah satu dari kalian ada yang penasaran mengenai sosok Una. Sampai waktunya tiba, kalian mungkin akan terus penasaran. πŸ˜‚

Sampai dengan Selamat

Alhamdulillah kami bisa selamat sampai tujuan, yaitu di rumah Una sekitar pukul 16:30 WIB. Cukup terkejut ketika turun dari motor langsung bertemu dengan beberapa saudaranya, tapi yang pasti aku bisa langsung mengenali siapa orang tuanya Una.

Selama perjalanan sebenarnya tidak aman sih, karena jantung berdetak semakin kencang. Sesekali aku bilang kepadanya tentang hal itu. Namun, aku mencoba tetap tenang, perlahan mengatur pernafasan dan tidak lupa tersenyum. 😁

Ketika kakiku menyentuh lantai rumahnya dan dipersilahkan duduk. Jantungku semakin dan semakin berdetak kencang. Untung saja aku tidak pingsan di rumahnya. Bisa bikin repot orang sana jika sampai kejadian hal itu. 😭

Bapak dan budenya Una yang baru pertama kali bertemu denganku terutama bude. Beliau langsung ngode yang intinya sih mendoakan kami untuk menikah. Hal itu cukup mengejutkanku.

Aku tidak perlu protes tentang hal itu. Justru suka-suka saja selama mereka tidak berlebihan dan pasang ekspektasi tinggi. Walau bagaimana pun aku adalah pria biasa yang tinggal di kampung.

Selain itu aku merasa cocok dengan Una. Sepertinya Una juga berpikir sama. Hanya saja Una masih malu untuk mengatakannya secara langsung.

Baca juga: Kencan Pertama: Mulai dari Senyum Berakhir dengan Harapan

Makan Bakso Bersama Una

Porsi bakso yang disajikan aslinya ada 3, tapi hanya aku dan Una yang menikmatinya. Ternyata ada sedang menjalankan puasa sunah. Di dalam hatiku ada sedikit pergolakan batin, tapi posisiku di sana sebagai tamu.

Jadi, aku tidak boleh membiarkan apa yang sudah diusahakan oleh tuan rumah. Syukur-syukur bisa habis banyak. Mungkin mereka akan terlihat lebih senang.

Kami makan bakso berdua dengan penuh kenikmatan. Apalagi aku sedang kelaparan dan sesekali aku melirik ke arah kanan. Karena ketika aku makan bersama Una sedang diperhatikan. Aku cukup waspada ketika ada yang memperhatikan diam-diam. 😏

Karena ada bakso. Aku ingin mengulasnya menurut keyakinan pribadi. Karena rasa baksonya lumayan enak. πŸ˜‹

Cita rasa kuahnya menurutku sedap, tapi bukan yang terbaik. Nyaman di mulut, dan baksonya memiliki tekstur lumayan kenyal dengan komposisi kira-kira 6:4 (6 untuk daging).

Isian baksonya juga tidak pelit. Karena ada potongan tulang rawan yang menambah sensasi nikmat. Hal itu tergantung selera, tapi buatku bisa banget menyantapnya kira-kira 3 porsi sekali pesan. πŸ˜‹

Ketika menikmati bakso bersama Una. Aku merasa Una itu wanita yang spesial jika memperhatikannya lebih dekat. Tanpa dia bicara pun, seolah-olah tahu apa yang dia sedang rasakan saat di dekatku.

Melihatnya Una tersenyum dan sikap kedua orang tuanya kepadaku yang baru pertama kali bertemu denganku. Aku tidak akan terkejut jika di masa mendatang mereka bisa akrab lebih cepat.

Ya itu kembali lagi dengan apa yang akan aku berikan kepada mereka. Tentu saja, aku tidak ingin mengecewakan mereka yang telah memberikan kesempatan untuk menyayangi putri cantiknya itu.

Makan bakso di rumah Una rasanya memang berbeda ketika kami menikmati mie ayam bakso waktu kencan pertama di Semarang. Aku belum bisa mendeskripsikannya dengan baik, tapi rasanya nyaman dan ingin berlama-lama di sana. πŸ₯°

Seusai menikmati Bakso aku dan Una lalu nonton Bola bareng. Meskipun kami sebenarnya tidak menyukai pertandingan bola Liga 1. Karena yang suka nonton bola itu bapaknya Una. πŸ˜‚

Ngobrol tipis-tipis sambil mengupas kulit anggur. Ternyata aku duduk bersama Una hampir tidak menyadari akan memasuki waktu azan magrib. Niat awal ingin pulang pukul 5 sore, tapi kenyataannya pulang setelah magrib. 😁

Dokumentasi tidak Boleh Terlewat

Azan magrib sudah terdengar dengan jelas. Karena lokasi musala ada di depan rumahnya Una persis. Cukup dua langkah saja sudah sampai di teras.

Sebelum aku ke musala. Kebetulan banget di ruang tamu hanya ada aku dan Una. Kami tidak ingin melewatkan kesempatan untuk foto bersama. Mungkin bapaknya Una ketawa/senyum-senyum sendiri melihat kelakuan kami. 🀣

Kami foto berdua tidak banyak, tapi cukup sebagai tanda kalau aku sudah menginjakkan kaki di rumah Una. Satu hari nanti foto itu akan menjadi saksi sejarah yang spektakuler. Terlebih lagi aku suka menyimpan foto dan membuatnya menjadi cerita di blog.

Seperti halnya catatan ini. 😁

NOTE: Untuk saat ini foto Una tidak bisa saya publikasikan secara bebas. Karena Una adalah wanita yang istimewa. 😍

Setelah puas foto-foto. Aku langsung ambil air wudu dan menunggu ikamah. Sengaja masuk paling akhir karena tidak ingin berdiri paling depan. Selain itu, wajahku masih sangat asing bagi warga sekitar.

Pokoknya tetap tenang dan jangan panik. πŸ˜‚

Pulang

Sekitar pukul setengah tujuh malam aku berpamitan dengan keluarganya Una. Rasanya masih ingin berlama-lama, tapi aku harus segera pulang.

Momen ketika pulang sebenarnya membuatku sedikit gemas. Karena Una malu-malu dan aku pun tidak inisiatif untuk menghampirinya bersalaman. Pada akhirnya aku hanya bersalaman dengan bapak ibunya saja. πŸ˜”

Aku rasa memang belum waktunya menunjukkan sisi romantis kami kepada mereka, tapi satu hari nanti mereka akan melihatnya secara langsung. πŸ₯°

Jarak rumah Una ke rumahku sendiri tidak terlalu jauh. Namun, kondisi jalanan yang minim penerangan membuatku harus lebih waspada dengan lubang jalanan.

Siang hari dengan pencahayaan yang memadai masih bisa terkena lubang. Apalagi motoran malam hari. 😭

Hal yang aku takutkan akhirnya terjadi. Hujan turun lebat sampai mengganggu jarak pandang. Ketika sedang memakai jas hujan di tengah-tengah kegelapan pun membuatku sedikit kerepotan.

Karena jas hujan yang aku pakai berwarna hitam tanpa adanya reflektor. Waktu itu aku memang asal beli tanpa mempertimbangkan aspek keamanan. πŸ™

Pelan tapi pasti aku menarik gas dengan stabil untuk menghindari hal yang tidak-tidak. Saat pulang, aku juga membawa terminal listrik milik Una yang ingin aku perbaiki.

Secara teknis aku mengendarai menggunakan satu tangan. Hal itu terpaksa saya lakukan agar terminal listrik tidak basah.

Tragedi

Sekitar 1 kilometer setelah saya menggunakan jas hujan dan berkendara dengan satu tangan. Malam itu mengalami tragedi yang membuat pergelangan tangan kiri terluka. 😭

Motor masuk ke lubang jalanan yang cukup dalam hingga membuatku terkejut dan hampir saja terpental. Beruntung banget karena masih bisa mengendalikan motor, meskipun bayarannya lumayan menyakitkan. 😭

Sambil menahan rasa sakit aku mencoba berkendara lebih pelan dari biasanya dan menyalakan lampu sein (kiri). Posisi motorku memang sudah di pinggir banget hampir menyentuh bahu jalan.

Lampu sein itu bisa menjadi tanda motorku sedang berjalan pelan banget di tengah kegelapan. Aku tidak berniat belok. Karena sekalinya besok sudah pasti masuk parit. 😭

Setelah berhasil melewati lubang jalanan di kegelapan malam. Akhirnya aku bisa sampai juga di rumah dengan selamat*.

Aku tidak mengatakan kejadian itu ke ibu, tapi aku mengatakan “dari rumah wanita spesial”. Karena aku pulang tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya. πŸ₯°

Sejatinya aku tidak ingin memberitahu tentang tragedi itu ke Una, tapi aku ingin dia mengetahuinya. Pada akhirnya aku melakukan yang seharusnya dia perlu ketahui.

Jelas saja dia sangat khawatir dengan kondisiku, tapi aku mengatakan masih baik-baik saja dan menyempatkan waktu untuk saling berkirim pesan WA.

Satu hari yang menyenangkan sampai menjelang tidur. Itulah yang aku lakukan bersama Una.

Una, terima kasih ya. Kau telah memberiku kesempatan untuk bertemu dengan keluargamu. Cepat atau lambat hal itu memang pasti akan terjadi. Semoga kita saling menyayangi sampai seterusnya” 😘

Sekian dariku dan terima kasih!

Salam,

Traktir Es Krim

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *