Catatan Kebahagiaan Datang Dari Kampung Halaman

Update Terakhir: 19 Oktober 2020 Oleh

nakata 5 dan riska yunita sari
Foto Pribadi : Abdul Jalil (ARD 2014) dan Riska Yunita Sari (ARD 2013) di Sekitar Kampus Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Diponegoro

Semarang, waktu itu adalah cerita ketika aku bersama teman se-daerah (Kab. Grobogan). Di suatu kegiatan yang menyenangkan, kami adalah “Anggota Racana Diponegoro (ARD)”. Bukan suatu kebetulan kami dapat bertemu di kegiatan yang diselenggarakan oleh “Dewan Racana Diponegoro” . Peringatan hari Kartini adalah kegiatan yang diselenggarakan pada waktu itu. Kegiatan yang sederhana namun mampu menyimpan kebahagiaan yang mendalam. Aku belum ingin menceritakan tentang seberapa dalam kebahagiaanku waktu itu. Namun yang pasti kami berdua berasal satu daerah. Senang rasanya bisa bertemu dengan teman satu daerah. Kapan lagi kalau tidak waktu itu bisa berfoto bersama ? rejeki 🙂

Dalam beberapa kata tidak banyak hal yang aku mengerti tentang kegiatan waktu itu. Ya seharusnya aku dapat memahami keadaan dengan baik mengapa bisa terjadi. Ketidaktahuanku membuat imajinasi semakin berkembang dengan pesat. Sungguh, aku merasa bingung sendiri ketika ingin menulisnya. Pada waktu itu aku bukanlah sosok artis yang tampan dan menawan. Entah mengapa ada beberapa teman ingin sekali berfoto bersama. Kalau aku tentu tidak masalah. Yang jadi masalah ketika orang lain merasa iri dengan apa yang sudah terjadi. Bisa jadi karena sesuatu yang berbeda membuat orang lain juga berpikir menarik untuk diabadikan. Tidak ada yang ingin aku salahkan atau membenarkan ucapan orang lain. karena yang aku tahu “ semua ini sudah ada yang mengaturnya ”. dari pada bingung apa yang aku maksud tentang  “ mengabadikan ” itu adalah foto kami berdua. Untung saja dia belum ada yang punya. Jadi, tenang saja dan kalaupun ada yang marah ya bukan tanggung jawab kami berdua. Terlihat dengan sangat jelas aku memakai jas dan dia berkebaya sudah seperti pasangan kekasih. Sebenarnya dia memakai kebaya berwarna merah dan aku jas hitam. Lalu foto itu aku edit menjadi tipe hitam putih biar terlihat seperti foto jaman dulu. Ya semoga saja aku menulis ini tidak ada yang marah karena memang tidak ada kesibukan lain lagi. Dengan menulis perasaanku menjadi lebih tenang. Karena menulis adalah lebih dari tanda.

Sebelum kisah aku dan dia bisa bertemu di Pramuka. Kami memang suka dengan berbagai kegiatan Pramuka di sekolah masing-masing. Karena Pramuka itu yang berbahagia dan riang gembira. Boleh jadi juga menemukan cinta. Tapi kebanyakan hanya cinta sebatas patok tenda. Wajar saja jika ada beberapa yang merasa sedih tertinggal oleh kekasih yang sayang. Bernasib juga tidak berbeda dengan sebagian orang bahkan sejak dulu semasa masih sekolah dasar kelas enam. Aku yang berpenampilan biasa saja banyak perempuan mencoba untuk menggodaku terkadang juga menggoda balik. Dengan senyum cukup bagiku untuk dapat berteman dengan berbagai teman yang ingin sekali berkenalan denganku. Kata orang senyumku itu manis dan menggoda. Kalau aku pikir juga belum rasional dengan mereka katakan. Dan banyak teman yang mengira aku ini pandai padahal ya biasa saja. Itu semua memang pendapat dari teman-teman.  Memasuki usia sekolah menengah pertama pesonaku semakin meningkat saja. Aku pikir tidak ada yang istimewa dari tingkah laku selama menjadi pelajar SMP. Hanya saja memang sedikit menyimpang dengan yang lain jika benar-benar dipikir. Memang aku ini adalah pelajar yang menyimpang, tapi menyimpang di sini dalam arti baik dan tidak mengganggu ketertiban umum. Pramuka tetap jalan dan rajin sekali mengikuti latihan rutin setiap hari Jumat. Hanya saja aku tidak mendapat kesempatan untuk berkemah dengan teman-teman ke suatu tempat. Waktu itu Pramuka jaman dulu benar-benar hampa. Aku juga tidak tahu apakah teman ku itu juga mengalami hal yang sama dengan ku. Aku begitu sedih ketika mereka dapat berbahagia dengan kegiatan pramuka sedangkan aku hanya bisa duduk manis di depan beranda sekolah. Dan pada waktu tidak banyak orang yang merasa senang dengan teman-teman berlabel organisasi Pramuka maupun OSIS. Bagi mereka yang senang tentu akan menjadi kesempatan baik untuk dapat berteman sebanyak yang mereka bisa. Orang seperti aku tentu hanya duduk saja dan membicarakan Haruna. Dahulu nama Haruna tidak seperti itu melainkan hanya nama sebenarnya. Kalau sekarang nama yang sebenarnya aku samarkan agar tidak menimbulkan keributan antar sesama umat manusia.  Ternyata aku bercerita terlalu menyimpang. Tapi tidak mengapa asal masih dapat memberikan keterangan dengan sebaik-baiknya.

Aku dan temanku itu berbeda kehidupan namun kita masih satu daerah di Kabupaten Grobogan. Bukan suatu kebetulan dapat dipertemukan dengan teman secantik dia. Meskipun dia adalah mahasiswa yang sangat sibuk dengan kehidupan Praktikum. Di jurusanku ( fisika ) praktikum adalah mainan, bagi dia praktikum adalah sesuatu yang merepotkan. Dia jarang tidur tepat waktu terkadang untuk bertemu dengan dia juga sangat sulit. Tentu aku sangat senang jika bertemu dengan temanku itu. Aku masih ingat pada tanggal { 3 JULI 2014 }tepatnya di sanggar pramuka Undip. Aku, Wisda, dan Riska sedang bermain permainan yang seru. Kami bertiga sangat gembira sekali. Tentu sangat gembira dengan hati yang sedikit jengkel saja pada waktu itu menunggu sesuatu yang membosankan. Pertemuan yang membuang waktu saja. Jika memang benar dengan apa yang pernah aku katakan kepada mereka berdua tentang siapa yang akan menjadi kekasihnya Riska Yunitasari . Waktu itu aku mengatakan akan menjawabnya tujuh tahun yang akan datang tepatnya pada tanggal { 3 JULI 2021 }. Aku mempunyai jawaban yang tidak mungkin akan menolaknya. Jika memang benar dia sampai mengatakan tidak percaya akan hal itu boleh jadi dia adalah manusia yang perlu disembuhkan. Hanya sedikit cerita yang pernah aku ingat saat bersamanya. Setelah itu sangat jarang sekali aku dapat berjumpa dengannya. Sebagai temannya aku hanya ingin berharap pada suatu hari nanti masih ingin menemui untuk menjawab apa yang ingin aku jawab pertanyaan di masa lalu. Hanya itu saja !

 

 

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *