Catatan Latihan SAR Nasional #4

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

nakata-5-dan-hamida-lutfhi
Foto Pribadi : Abdul Jalil (Fisika) dan Kak Hamida Lufti W ( Pendidikan Fisika) 10 September 2014 7.12/PM

Melanjutkan catatan yang sudah ada sebelumnya, kali ini sudah ke bagian empat dalam satu judul yang sama catatan kehidupanku. Masih tentang catatan latihan sar nasional yang di selenggarakan di Undip.

Long march dari hutan Tinjomoyo  menuju pantai marina Semarang. Kakiku tidak seperti kaki-kaki sebelumnya tegang semua. Lelah yang di rasakan oleh kami semua namun semua itu sedikit terobati dengan obrolan-obrolan anggota tim lainnya. Tim ku (5) anggota menyebar total entah ada dimana-mana. Karena aku sendiri menyadarinya sejak sore hari dan saat malam pun ya seperti itu susah untuk di jelaskan dengan detail.

Selama perjalanan siang sampai sore hari aku banyak mengenal anggota dari tim lain. Tidak sedikit nama yang masih aku ingat sampai sekarang ini. Dan salah satu orang yang masih berkomunikasi di media sosial (facebook) namanya kak Hamida. Pada waktu itu aku berusaha untuk mengenal orang sebanyak mungkin sebelum mereka pulang ke kampus masing-masing.

Dan ternyata setelah beberapa lama ngobrol, kak Mida adalah seorang mahasiswa fisika pendidikan dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Akhirnya menemukan teman yang bisa dibilang sama dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Seorang mahasiswa fisika itu istimewa kalau mereka menyadarinya.

Kami berdua tentu langsung ambil bagian untuk di dokumentasikan sebagai kenang-kenangan. Aku senang bisa bertemu dengan kak Mida, bercerita tentang suka duka menjadi seorang mahasiswa fisika. Kami menyadari fisika itu bukan ilmu sembarangan untuk di pelajari namun memang fisika banyak mengajarkan kami bagaimana Allah menciptakan alam semesta dengan segala kesempurnaan-Nya. Ilmu fisika membuka pemikiran umat manusia untuk lebih memahami alam semesta ini bekerja dengan baik.

Maafkan aku bila catatan ini memang sedikit menyimpang dari yang seharusnya. Karena fokus mencatatku sedang terbagi-bagi.  Yang pasti catatanku ini bersifat apa adanya sesuai dengan kejadian pada waktu itu.

Mungkin kalau aku meng-upload catatan ini blog tidak sedikit orang yang akan berkomentar miring, sebenarnya sudah biasa bagiku dengan komentar miring yang membuat hidupku sedikit terhambat. Aku tetap melanjutkan apa perlu untuk catat, mengabadikan diri dengan sebaik-baiknya hidup sebelum ruh ini terlepas dari raga.

Aku masih ingat sekali kutipan dari salah satu penulis terkenal namun diriku belum mengetahui namanya, jadi begini isi : “ jangan melukai hati seorang penulis, atau kau akan abadi di setiap karyanya ”. Kalimat itu begitu dalam makna yang tertulis. Aku tidak perlu menjelaskannya dengan detail. Aku yakin kalian sudah mengerti.

Aku berharap catatan ini dan selanjutnya bisa tercipta oleh kedua tanganku dengan kehendak Sang Ilahi. Aku tidak ingin berhenti begitu saja oleh orang-orang yang tidak suka dengan cara menyampaikan keinginan hati.

Baiklah, aku rasa sudah terlalu jauh menyimpang. Sebagai akhir dari catatanku ini kepada kak Mida (jika sempat membaca catatan ini) aku berterima kasih sekali. Karena kak Mida sudah meluangkan waktu untuk menjadi bagian dari kehidupanku sejak pertama kali bertemu hingga saat ini dan berharap catatan ini segera terbit sesuai jadwal yang sudah ada. Lain waktu jika aku bertemu dengan kak Mida, Insya Allah akan ada catatan lain yang terbit dengan suasana dan gaya bahasa lebih seru daripada ini. Terima kasih kak Mida

 

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *