Catatan Malam Minggu Bersama Kumbang

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

Foto Bersama : Kumbang FISIP 2017

Kab. Semarang 25 Maret 2017. Tepatnya pada hari Sabtu (merupakan waktu luang yang sering aku lewati begitu saja di rumah kontrakan). Memang demikian aku membenarkan jika keadaan sedang tidak ada kendaraan pribadi yang bisa di gunakan olehku. Jika ada kendaraan yang sedang terparkir bebas, maka jari-jariku tidak akan lebih sering menekan tombol pada papan ketik dan tetikus.

Hingga siang hari yang sebenarnya sudah terasa sangat panas di bagian dinding luar rumah, aku masih terlindungi dari bagian itu dan sesekali membuka mata dan  melihat layar pintar (siapa tahu muncul pemberitahuan). Hari-hari ku sebenarnya tidak sendiri atau merasa kesepian dan tidak pula bersama-sama di keramaian. Aku hanya belum memulai apa yang biasa di lakukan di saat waktu luang datang menghampiri.

Dan pada suatu ketika saat aku sedang tertidur nyenyak di kamar teman (aku telah mendapat banyak pemberitahuan di layar pintarku). Dari seseorang yang sudah mengenalku sejak pertama kali saling bertatap muka. Dia orang bernama Arifin yang sedang berusaha untuk mencari teman (yang luang dan bisa diajak ke mana saja). Awal cerita ketika melihat pemberitahuan aku sebenarnya tidak memahami yang dia maksud dengan tiba-tiba tertulis pesan yang misterius (dan pada akhirnya aku membuka petan digital di google dan mencari alamat yang akan di kunjungi).

Setalah mencarinya beberapa waktu akhirnya aku menemukan tempat misterius dengan alamat sesuatu permintaannya. Ternyata tempat misterius tersebut adalah sebuah kompleks Villa dia kawasan sejuk (Bandungan). Dan aku juga masih belum mengetahui dia ada keperluan apa tiba-tiba mengajakku ke tempat tersebut (mungkin waktu itu adalah untuk pertama kalinya aku diajak oleh teman tapi tahu apa yang akan dilakukan) setidaknya ada rencana yang terucap tapi tidak untuk waktu itu.

Perjalanan di perkiraan 1,5 Jam (berangkat dari rumah kontrakan pukul ± 16:30 WIB) dan sampai di lokasi beberapa menit setelah adzan maghrib berkumandang. Sempat berhenti dulu mencari sumber suara adzan namun hasilnya kurang memuaskan dan pada akhirnya mampir dulu di toko seberang jalan untuk membeli minuman ringan. Tidak butuh waktu yang lama sampai juga di lokasi yang sesuai dengan alamat yang aku cari melalui peta google. Aku kira akan menemukan sesuatu yang menarik untuk dapat di makan. Ternyata aku hanya melihat perempuan dan perempuan. Aku juga melihat satu perlengkapan presentasi yang sudah siap di gunakan. Ketika kami sudah memasuki Villa tersebut langsung menanyakan di mana tempat shalat yang sesuai untuk kami (berdua) dan jawabannya ada di lantai dua.

Aku bertanya kepadanya setelah tiga rakaat kebutuhan hidup sudah terlaksana. Jawaban pertama yang aku dengar adalah kalau dia itu mendapat amanah untuk menyampaikan pesan untuk pengurus suatu organisasi yang bernama ……..(aku sendiri belum mengetahui namanya). Ketika kami turun, kegiatan sepertinya akan segera dimulai karena Arifin sudah siap untuk menyampaikan pesan dan pengalaman ketika menjadi mahasiswa. Setelah beberapa lama duduk bersama mereka akhirnya aku mengetahui nama organisasi yang sedang ada di dalam ruangan tersebut.

Aku sempat berpikir apakah organisasi tersebut tidak ada laki-lakinya ? Dan mengapa hanya ada bersebelas orang yang hadir di ruangan tersebut (aku juga menghitung fotografernya). Dan disisi lain aku juga memikirkan sesuatu “ kalau aku sampai tidak bisa menikahi satu perempuan yang ada di dunia ini, apakah tidak merugi aku ini yang sudah diberikan kesempatan hidup di dunia dimana populasi penduduk (terutama di kampus Undip) lebih banyak kaum perempuannya ”. Jika dibuat perbandingan tanpa data yang belum aku ketahui, mungkin saja ada angka perbandingan 1:3 atau 1:5 untuk keseluruhan populasi mahasiswa yang ada di kampus Undip. Fenomena tersebut di perkirakan terjadi setelah tahun 2000 sampai saat ini. Sebelum tahun 2000 perempuan adalah suatu Mahluk yang langka (tapi sekarang tidak). Justru dari sekarang yang langka dari seorang perempuan adalah ahlaq mulia, sama seperti laki-laki (dunia ini mungkin saja dengan krisis ahlaq mulia). 

Ketika Arifin menyampaikan pesan dan pengalaman hidupnya di dalam ruangan. Aku sangat mengenal pesan tersebut siapa yang membuatnya. Karena aku pernah membaca buku karangannya. Judul buku yang sekaligus menjadi judul presentasi adalah “ Raja Tanpa Mahkota ” yang bisa di terapkan di berbagai kondisi lingkungan dalam kampus maupun di luar. Inti sederhana yang bisa di dapat dari buku tersebut agar dunia ini sama-sama enak menjalani kehidupan berorganisasi dan meminimalkan kerugian dari berbagai pihak yang bersangkutan.

Sebelum aku banyak bercerita mengenai sebuah organisasi yang pernah aku nikmati di kampus. Aku ingin menuliskan kalau berorganisasi itu bukan semata-mata mengejar asas profesionalitas melainkan asas kekeluargaan. Memang, aku lebih mementingkan kekeluargaan daripada sisi profesionalitasnya walaupun harus bekerja secara profesional. Boleh-boleh saja bersikap profesional namun harus melihat dulu situasi dan kondisi yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Jangan sampai salah tempat, maksud, dan tujuan adanya organisasi.

Aku sendiri sejak kelas 10 sudah aktif di berbagai kegiatan sekolah (OSIS, Pramuka, dan PMR) dan saat di kampus juga sama aktifnya mulai dari tingkat departemen hingga universitas aku menikmati semua agar tidak ada rasa kecewa di kemudian hari gara-gara tidak sempat menikmati masa kuliah yang penuh cinta dan cita-cita.

Pada akhirnya aku bisa mengetahui tahapan mahasiswa yang mengikuti organisasi mulai dari tingkat (departemen/jurusan/program studi, fakultas, dan universitas). Tingkat yang pertama adalah mahasiswa homogen atau bisa dibilang kesibukan hanya di lingkungan program studi/jurusan/departemen. Teman kampus yang di kenal tidak banyak (bukan sebagai patokan), permasalahan (organisasi) yang di hadapi juga terkesan itu-itu saja. Sempat aku merasa bosan dengan lingkungan satu jurusan karena teman yang ku kenal sangat sedikit sekali. Jika ingin melatih kesabaran dan pengenalan diri dengan mengikuti organisasi di tingkat program studi/jurusan/departemen (himpunan mahasiswa, kelompok studi, unit pelaksana kegiatan dll) boleh juga, tidak ada salahnya. Yang salah itu kalau bisa melakukan lebih namun mencukupkan diri dengan bermain di satu lingkaran kecil, aku rasa itu bukan pilihan baik untuk mengembangkan diri meskipun sudah pernah menjadi seorang ketua.

Karena pernah merasa bosan dengan kehidupan di satu program studi, maka aku memutuskan diri untuk menikmati dua tahapan sekaligus (kegiatan di tingkat fakultas dan universitas). Untuk tingkat fakultas bisa dikatakan mahasiswa semi-heterogen. Dengan lebih banyak program studi yang terlibat di dalam sebuah permasalahan organisasi secara otomatis interaksi akan lebih banyak dengan orang-orang baru (siapa tahu menemukan bisa pasangan hidup) dan teman pun akan bertambah banyak. Pastinya lebih seru daripada hanya mengenal mahasiswa satu program studi.  Dan pada tahapan ini mahasiswa memang di tuntut memiliki kesabaran lebih dari pada sebelumnya. Beda program studi beda pula ideologi yang dimiliki, maka dari itu mahasiswa harus menyamakan ideologi  agar mampu meminimalkan gaya gesek yang terjadi di lingkungan organisasi. Biasanya mahasiswa yang berada di tahapan ini merupakan cikal bakal mahasiswa yang gemar beraspirasi di jalanan (bem-fakultas) entah itu di jalan kampus maupun di jalanan umum. (jika aku menulis ini terkesan tidak jelas, mohon dimaklumi karena aku hanya menulis sesuai dengan yang lewat di otakku saja alias tidak ada unsur pemaksaan dari pihak mana pun ).

Dan yang terakhir ada tahapan mahasiswa heterogen atau bisa di bilang mahasiswa yang kesibukannya telah menjadi-jadi karena berada di tingkat tertinggi kehidupan organisasi kampus (contoh saja : bem-km atau senat km) kata “km” disini adalah “keluarga mahasiswa”. Jadi jangan sampai salah paham mengenai hal tersebut. Jika ada mahasiswa yang berkegiatan di tahapan ini bisa di bilang mahasiswa tersebut lebih baik dari pada mahasiswa-mahasiswa yang hanya sibuk di lingkungan satu program studi atau satu fakultas. Mahasiswa di tahapan sangat beragam sekali, permasalahannya pun juga beragam apalagi mengenai masalah kekeluargaan (jauh lebih baik dari pada tahapan sebelumnya). Tapi semua itu bukan menjadi patokan, kembali lagi ke individu masing-masing. Hidup ini memang pilihan jika dirasa cukup memiliki satu keluarga dan di kembangan dengan baik dalam lingkungan satu program studi itu tentu masih bisa menjadi ikatan  yang luar bisa, apalagi bisa berbuat lebih dan  tidak mengurangi nilai dari masing-masing dari tahapan sebelumnya itu jauh lebih baik.

Setelah aku baca kembali, ternyata aku terlalu juga dari catatan yang sebenarnya ingin aku simpan di dalam blog pribadiku. Yang seharusnya aku bercerita tentang mereka (Kumbang). Jika memang ada yang sempat membaca catatan ku ini dan merasa bingung (segera tutup halaman ini saja dari pusing sendiri). Namanya juga mencatat hal-hal yang ngawur jadi apa pun bisa masuk di catatan ini. Sebenarnya aku hanya ingin bilang “ Raja Tanpa Mahkota ” menjadi seorang pemimpin itu ya memimpin tanpa merasa memimpin (aku jadi bingung sendiri) aku cari kata lain (mencoba mengingat kembali) atau memerintah seseorang tanpa merasa seseorang tersebut disuruh oleh orang yang memerintah (itu lumayan jelas ya, meskipun membingungkan). Intinya sama-sama enak jadi atasan atau bawahan (duduk sama rendah, berdiri sama tinggi).  Memang ya lumayan sulit mengubah bahasa lisan menjadi bahasa tulisan (harus berhati-hati agar tidak terjadi salah paham).

Kembali bercerita tentang (Kumbang) ya ? dari pada aku lupa sendiri nanti tidak kesampaian tujuan membuat catatan ini. Kumbang yang aku ketahui adalah binatang insekta (cari tahu di google) namun di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Undip) nama “ Kumbang ” mempunyai nama panjang loh yaitu “Keluarga Mahasiswa Bakti Lingkungan” ada-ada saja mahasiswa jaman sekarang ini membuat nama yang lucu bisa keren seperti itu (kreatif). Kumbang merupakan Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) di fakultas yang sudah aku sebutkan tadi. Dari namanya saja sudah sangat jelas kegiatannya itu apa saja dan bagaimana, pastinya tidak jauh-jauh dari kegiatan berbasis lingkungan (contoh saja bersih-bersih lingkungan kampus). Mungkin ada kemiripan dengan mahasiswa pencinta lingkungan atau yang lainnya.

Namun mereka (Kumbang)  sengaja mengundang Arifin untuk menyampaikan pesan bukan mengenai permasalahan lingkungan hidup melainkan “ memanajemen sumber daya manusianya ” atau bisa di bilang permasalahan internal dalam berorganisasi. Secara kemampuan Arifin sudah membuktikannya hanya saja dirinya tidak ingin menyebutkannya di tambah pemikiran Imam Hanafi yang lebih matang dari kebanyakan orang pada umumnya. Kalau aku berpendapat jika dalam melewati atau mengatasi  titik jenuhnya saat berorganisasi. Yang namanya mahasiswa hilang entah di telan kadal laut , mahasiswa kurang berkontribusi terhadap organisasi yang di jalaninya itu semua tidak akan ada (walaupun ada itu hanya sedikit saja dan hampir tidak terasa berat ketika mendengarkannya).  Entah aku sendiri juga merasa aneh sendiri ketika menulis bagian ini. Seolah-olah aku mengetahui banyak hal dan sudah pernah melewatinya namun sebenarnya aku tidak melakukan apa pun dan tidak banyak mengetahui sesuatu mengenai apa itu organisasi. Pesan ku : mohon bersabar yang menulis catatan ini sedang butuh di cintai 😊

Oh iya selagi aku masih mengingatnya Kumbang  periode 2017 sekarang ini di ketuai oleh seorang mahasiswa cantik loh (andai saja ku suka dia) mungkin catatan ini akan lebih banyak bercerita banyak mengenai dirinya. Aku sadar diri ceritaku dengan HARUNA belum selesai karena masih banyak hal yang perlu di lakukan bersama-sama di masa depan. Arini nama yang aku kenal (LINK INSTAGRAM) semoga saja masih berlaku dan tidak salah masuk ke tautan orang lain. Mahasiswa dari program studi Administrasi Publik angkatan 2015. Lak-laki hanya ada kami (berdua) dan tidak ada orang lain lagi selain mereka (perempuan). Kegiatan malam minggu berada di Villa dengan suasana lingkungan yang sejuk menambah nikmat hidup sementara bersama mereka.

Jam menunjukkan hampir ke angka (21:00 WIB) kami segera bergegas dan menikmati malam minggu di jalanan (sekalian pulang). Aku bersyukur sekali bisa mengenal mereka dan terima kasih kepada dik Novi yang sudah menyempatkan mengirim foto kegiatan ke aku (karena setiap dokumentasi kegiatan yang ada aku adalah sebuah harta kekayaan yang nilainya tak terhingga).

Lalu aku mencatat apa lagi mengenai mereka ? aku mengenal mereka hanya beberapa waktu dan terkesan tidak disengaja (sebenarnya ini sudah kehendak Tuhan).  Sekali lagi aku berterima kasih kepada Arini dan teman-teman yang sudah menyiapkan tempat dan makanan ringan (Rejeki Mahasiswa Baik).

Pada akhirnya malam mingguku bersama Arifin berakhir dengan jajal Mie ayam di kawasan dekat jembatan Tol Banyumanik- Tembalang. Memang hari yang melelahkan (lelah karena banyak tidur) tapi karena sedikit waktu yang tersedia bagiku pada hari itu sangat berkesan di kemudian hari (ketika aku mencatatnya pada hari ini dan di hari-hari selanjutnya). 😊

Grobogan, 24 Juni 2017 Malam Terakhir Bulan Ramadhan 1438H
TTD,

Abdul Jalil
Pencatat Keabadian

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *