Catatan Pagi Tepian Pantai Untuk Hana dan Nata

Untuk Hana dan Nata dari Ayah

Update Terakhir: 26 Oktober 2022 Oleh Abdul Jalil

Estimasi waktu baca: 4 menit

Pagi itu cuaca di sekitar pantai Semarang cerah sekali terlihat dari senyum kami yang begitu manis. Aku baru pertama kali merasakan suasana pantai yang berdekatan dengan bandar udara Ahmad Yani Semarang. Dalam hitungan menit saja pesawat sipil naik turun melintasi landasan pacu. Bahkan aku tidak sempat untuk merasakan tidur dengan nyenyak.

Hari-hari terasa lebih singkat jika kami sedang bersama, mendengarkan cerita satu dengan yang lainnya. Dalam yang aku rasakan ketika salah satu di antara kami yang bercerita tentang masa depan. 
Foto itu di ambil ketika matahari pagi sedang hangat menyinari kehidupan kala itu.

Jika tidak salah aku dalam mengingatnya kami juga berkemah di sana. Ya semoga apa yang aku catat benar kami semua menginap di pantai. Jika salah aku pribadi yang meminta maaf kepada kalian. Karena tidak sepenuhnya aku bisa mengingat dengan baik. 

Waktu itu juga aku terpikirkan satu nama yang tidak asing untuk kalian, siapa lagi jika bukan nama Haruna ? nama yang membuatku hampir menjadi gila dunia karena terlalu berkhayal akan kehadirannya.

Pantai masih menjadi tempat untuk bercerita aku seorang calon Ayah untuk anak-anak ku dengan Haruna. Saat aku membuat catatan ini yang berkhayal mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan mempunyai harapan yang mendahului pemikiran orang lain pada umumnya. Aku seorang yang berbeda karena pemikiranku itu tidak sama dengan mereka.

Muhamad Rifa (FPIK), Riska Yunitasari (FPP), Abdul Jalil (FSM), dan Oktavia Mutia Rini

Satu hal yang tidak bisa aku lupakan dari ketiga orang itu adalah mereka bagian dari kehidupanku karena di Pramuka aku bisa dipertemukan. Sungguh pantai itu menjadi kenangan aku bersamanya bercerita tentang masa depan sebelum kami hidup masing-masing.

Dan tidak asing lagi jika aku membuat pesan untuk Hana dan Nata. Karena aku berharap salah satu dari kalian menyempatkan waktu untuk membaca catatan yang sudah dibuat oleh (calon Ayah).

Memang masa depan adalah sebuah misteri bagi kita semua. Namun, tidak ada salahnya meninggalkan jejak kehidupan sebelum kehadiran mereka (Hana dan Nata). Jika kalian bertanya kepada aku tentang waktu itu dengan senang hati calon Ayah ini akan menceritakan tentang sesuatu yang orang lain belum tentu mengetahuinya.

Calon Ayahmu ini adalah seorang yang biasa namun memiliki pemikiran yang luar biasa (mencoba menghibur diri sendiri ). Boleh jadi baru Ayahmu ini yang menyempatkan waktu untuk membuat catatan untuk kalian (padahal kalian belum lahir di dunia ini ketika aku membuat catatan ini).

Tidak sedikit orang yang mengatakan Ayahmu itu seorang aneh. Bagiku tidak menjadi masalah, karena aku bukan mereka. Inilah Ayahmu yang berusaha untuk bertahan di kehidupan bersama Ibu yang akan melahirkan kalian (Haruna).

Teman-temanku memiliki karakter yang berbeda, jadi aku perlu untuk bersabar dalam memahami sikap yang terkadang menyinggung hati. Jika yang di singgung itu aku, sebisa mungkin untuk tetap bahagia dengan senyum manis khas Ayah kalian ini.

Saat ini memang aku belum menemukan calon pendamping yang tepat untuk menghadirkan kalian hidup di dunia. Karena masih perlu menyelesaikan studi di Universitas Diponegoro baru siap bekerja dan melamar Haruna. Kemudian menikah dan siap-siap menjadi seorang ayah yang sesungguhnya bagi kalian.

Pesan calon Ayah singkat saja untuk kalian jika menemukan catatan ini : “ Tidak mudah bagi Ayah untuk memperjuangkan hidup bersama Ibu, kami mencintai kalian dengan sepenuh hati lahir sampai kalian menemukan cinta masing-masing. Ayah berharap kepada kalian jika sudah menemukan cinta , jangan pernah lupakan ayah dan ibu mu ini yang mencintai sejak kalian hadir di dunia ini.

Aku membuat banyak meninggal dimana-mana selama mampu untuk merangkai kata. Pantai tetap akan menjadi saksi bisu aku dan teman-temanku bercerita sedikit tentang masa depan.

Aku cukupkan catatanku kali ini, mereka semua akan abadi di dalam catatanku karena aku adalah bagian dari mereka uang saling ingin mendapatkan cinta-Nya.

Artikel ini telah terbit pada tanggal 07 Oktober 2016 10.35 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *