Catatan Sarapan Bersama di Pantai Lenggoksono

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

12813957_1681666332107793_6906751314810747033_n
Foto Pribadi : Abdul Jalil (Undip) dan Teman-Teman Latgab 4 Perti di Tepi Pantai Lenggoksono. Malang Selatan.

Pagi hari yang cerah, aroma pasir pantai lenggoksono di tambah suasana kebersamaan teman-teman Pramuka dari empat perti. Agenda yang sebenarnya pada waktu itu adalah materi dari Unair dengan dibarengi dengan sarapan pagi.

Lupakan materi yang ada (sebenarnya tidak ada materi apapun). Yang ada kami semua di beri dua bungkus jamur setiap pangkalan kemudian memasaknya sesuai selera dan keadaan yang ada.

Di sana aku terlalu banyak tingkah dengan yang lainnya. Masak ya masak yang penting masakannya ada aroma bumbu dapur. Melihat satu per satu setiap pangkalan yang ada, ku lihat hanya dari Diponegoro yang membawa peralatan penunjang hidup yang tidak banyak. Menu pagi juga selalu nikmat kalau kami (Undip) yang membuat (Cuma mie instant + cabe). Alasan mengapa di tambah cabe karena salah satu anggota “aku tidak bisa makan kalo tidak ada cabe”. Orang-orang minang memang senang dengan masakan yang berbumbu pedas, seperti warung makan Padang.

Kami anggota pramuka menu mie atau yang ikan sarden kaleng memang sudah tidak asing lagi. Namun, ketika kami di sana sebisa mungkin untuk mencari menu lain yang di rasa nikmat untuk di santap di pagi hari. Pada akhirnya juga kembali dengan sesuatu yang instant (meskipun juga bukan mie).

Nasi gurih, nasi setengah hampir menjadi bubur, ada pula nasi yang benar nasi pada umumnya. Menjadi satu menu yang tersaji pada waktu itu. Tentunya, ada lauk lain yang mendampingi nasi-nasi kami. Tak lupa krupuk khas Indonesia juga menjadi pelengkap sarapan.

Kami (Undip) masak hanya kira-kira dua menu saja namun, setelah tanda serangan dimulai rasannya aku makan lebih dari 5 menu sarapan pagi. Nasi yang aku rasakan juga beraneka macam, mulai dari yang lembek beraroma hingga nasi gurih (kemplitik). Pokoknya nikmat dunia deh.

Dan pada pagi itu kedua mataku terfokuskan perempuan yang berbaju merah dan berkerudung hitam. Elok di pandang dan manis di bayangkan (yang baik-baik saja). Hanya berusaha untuk menghibur diri sendiri sebelum aku merasa sakit hati dengan yang lainnya.

Inilah hidup dengan banyak rasa , sarapan pun juga bisa menjadi catatanku hingga sesuatu yang tidak penting sekalipun. Hidup ini tidak akan menjadi sia-sia kalau kita semua umat manusia taat akan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

 

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *