Catatan Tentang Teguh

Bersama Teguh Setiawan

Update Terakhir: 18 September 2022 Oleh Abdul Jalil

Alhamdulillah, aku bersyukur karena bahagia bisa menemukan kembali sesuatu yang telah lama tersimpan di orang lain. Sesuatu itu adalah yang kalian dapat dengan mudah untuk melihatnya sekarang ini. Jadi, sekarang aku akan membuat catatan tentang salah satu temanku.

Namanya mudah untuk di ingat oleh banyak orang. Seorang laki-laki yang tidak ingin merepotkan banyak pihak lain kecuali memang sangat terdesak.

Pertama kali mengenal dekat ketika dulu jaman sekolah menengah pertama (SMPN 1 Tegowanu).

Menjadi teman satu kelas di IX A. Satu hal yang paling mudah untuk aku ingat ketika nafsu untuk bermain musik di dalam kelas bisa di bilang sangat besar.

Terbukti meja yang ada di dalam kelas menjadi alat musik sederhana untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan pada waktu itu.

Kalau istilah dalam bahasa jawa itu (klotek’an mejo). Kedua tangannya begitu terampil untuk memukul yang terbuat dari kayu.

Dahulu ketika masih di bangku sekolah menengah pertama. Dia adalah laki-laki yang montok , mungkin karena masih sedikit permasalahan hidup jadi gizi dari rumah masih terpenuhi untuk beberapa masalah hidup.

Dia juga termasuk laki-laki yang lumayan populer pada waktu itu walaupun tidak se-tenar orang pandai pada umumnya. Sangat biasa sekali kalau tenar hanya dengan kepandaian saja. Dia orang tentu memiliki perbedaan diantara yang lain.

Teguh Setiawan dan Abdul Jalil (GN-003)

Tidak sedikit perempuan yang sampai jatuh hati kepadanya, karena aku mengetahuinya dengan begitu mudah. Aku hanya bisa mengagumi adik kelas saja. Sudah hampir lulus SMP ya wajar saja aku ini ingin melihat yang imut-imut.

Setelah lulus dari SMPN 1 Tegowanu. Aku dan dia mendaftar SMA yang sama yaitu SMAN 1 Gubug. Hanya saja kami berbeda kelas, dia berada di kelas XB sedangkan aku sendiri berada di XE.

Di SMA kami juga mengikuti ekstrakurikuler Pramuka hingga selesai. Aku dan dia merupakan dua dari tujuh orang yang paling aktif mengikuti kegiatan pramuka.

Jika kalian pernah membaca catatanku sebelumnya bisa jadi akan mengetahui siapa saja ketujuh orang tersebut. Pada akhirnya ketika naik kelas amanah pun bertambah. Dari ketujuh orang tersebut semuanya itu diharapkan untuk menjadi Dewan Ambalan (DA).

Tapi kenyataan yang sudah terjadi di masa lalu itu aku mendapat amanah lain yaitu OSIS 1. Dan amanah DA 1 di pegang oleh salah satu dari ketujuh orang yang paling aktif di pramuka. Kalo tidak salah dia itu mendapat amanah untuk menjadi juru uang (bendahara) di DA.

Meskipun kami berbeda organisasi kesiswaan namun tetap persaudaraan terjaga dengan baik karena semua orang yang ada di DA adalah teman terdekatku. Apalagi dia menjadi teman kelas selama kurang lebih 2 periode (XI dan  XII Ipa 1).

Kalau dulu di jaman SMP dia main musik dengan menggunakan meja belajar, saat duduk di bangku SMA. Ya bisa dibilang ada perubahan yang luar biasa.

Karena fasilitas ada, bakat untuk bermain musik ada, ya tinggal latihan saja. Dengan mudahnya hanya butuh beberapa waktu dia sudah hampir menguasai alat musik yang bernama gitar.

Sungguh luar biasa karena tidak banyak orang yang dulu bisa memainkannya dengan baik.

Dengan tampang yang semakin kece di tambah lagi dengan bakat bisa bermain gitar. Aku masih mengingat dengan baik.

Betapa mudahnya untuk mendatangkan perempuan-perempuan cantik untuk dapat bernyanyi bersamanya. Pada waktu itu aku sendiri hanya bisa (ngelus dada). Itu baru waktu kelas XI IPA 1.

Hidupku pada kelas XI IPA adalah sejarah kelam dalam kehidupan sekolah. Begitu banyak masalah yang harus aku selesaikan dan banyak orang yang sangat tidak suka dengan apa yang aku lakukan selama mengemban amanah OSIS 1.

Sungguh berat apa yang aku rasakan pada waktu. Orang-orang harus menyesuaikan apa yang aku inginkan. Nanti ada catatan tersendiri yang akan membahas tentang masa-masa itu.

Catatan ini bisa di bilang catatan akhir sekolah kami semua yang pernah merasakan belajar di SMA. Di dalam hati kami semua merasakan betapa cepatnya waktu itu berlalu begitu saja hampir kami tidak menyadarinya kalau pada akhirnya kami harus segera lulus dari sekolahan.

Tiga tahun lamanya memakai seragam putih abu-abu dan pramuka. Tidak sedikit kisah yang terjadi sebagai pengalaman hidup ini. Aku dan dia sama-sama merasakan jatuh cinta di masa ini.

Masa SMA memang kaya akan cerita cinta yang beraneka rasa. Tidak jarang ada yang sampai hamil di luar nikah karena salah dalam mengartikan makna jatuh cinta.

Jatuh cinta akan menjadi salah ketika sudah timbul setan yang menggoda. Ya itu sudah pasti ada sesuatu yang akan terjadi.

Di akhir catatan ku ini tidak banyak hal yang bisa aku catat. Jujur saja aku sudah pernah menulisnya walaupun untuk orang banyak. Dia dan aku bagian dari catatan yang sudah pernah ada.

Dan dia yang memiliki cita-cita menjadi seorang perawat saat ini (kalo belum lulus) sedang belajar di kampus Akademi Keperawatan atau apalah, karena juga tidak begitu mengenal kampusnya itu dan yang pasti ada nama [Widya Husada]. Ya hanya itu.

Kami berbeda kesibukan memang, di dalam pemikiranku aku tidaklah sibuk hanya kurang meluangkan waktu untuk bermain bersama dia atau mereka yang pernah menjadi teman satu perjuangan di SMA.

Namun, kurang lebih satu kali dalam setahun teman-teman satu kelas bertemu sekedar untuk buka puasa bersama atau kemana kami suka. Yang penting tidak ada dusta di antara kita semua.

Catatan ini tidak semuanya bernilai benar, karena aku mencatat mengambil dari sudut pandang pemikiran dan daya ingatku saja.

Mohon agar di maklumi jika ada kalimat atau kata-kata yang kurang pas untuk temanku itu. Yang aku inginkan hanya catatan ini menjadi abadi hingga anak-anak kami sempat untuk membacanya.

Jadi, apa yang sudah aku catat tidak menjadi sia-sia. Sekian dan terima kasih

Artikel telah terbit pada tanggal 27 Juli 2016 08.40 WIB

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *