Draf Cerpen Riri

Update Terakhir: 19 Oktober 2020 Oleh

DURI BERSELIMUTKAN KAPAS

Riri Safitri

Kehidupan mahasiswa, apa yang kamu pikirkan tentang kehidupan mahasiswa? belajar? Atau senang senang saja? Ya mungkin anggapan itu sedikit benar. Namun, menurut ku menjadi mahasiswa itu sangat sulit apalagi ketika kita memutuskan untuk memilih Universitas yang nan jauh dari tanah kelahiran. Kenapa aku bisa beranggapan seperti itu ? Aku mengalami kejadian demi kejadian yang menurutku itu merupakan ujian bersejarah dalam hidupku yang sebelumnya belum pernah aku alami, salah satu kejadian yang sangat memukul dalam hidupku.Sehari sebelum pemilu kemarin, titik hidup yang benar – benar membuat raga dan jiwa ini serasa melayang dan tidak tahu harus berbuat apalagi. Ya tepatnya pada hari Selasa, 8 April 2014 kejadian bersejarah itu terjadi, waktu itu aku pulang dari kampus aduhai senangnya hati ini. Karena akan bertemu dengan keluarga tercinta plus gaji yang kemarin aku tunggu – tunggu ,upah aku kerja sewaktu liburannya semester kemarin akhirnya aku bisa mengambilnya juga. Rencana ini sudah jauh – jauh hari Tepat pada pukul 14.00 aku berangkat dari kos san lengkap dengan tas ransel satu – satunya yang aku punya, tas kenang – kenangan hasil kerja keras ku sendiri, plus tidak ketinggalan notebook, kipas note borok berserta cassannya,modem,HP, dompet dengan isi yang selalu sama yaitu KTP, KTM, ATM serta kartu – kartu diskonan untuk makan ,dan yang paling penting baju dan topi untuk ayah tak ketinggalan juga botol minum taperware pemberian kakak iparku yang selalu aku bawa apabila pulang kampung atau acara – acara yang menekankan ku untuk minum lebih dari yang biasanya. Ku buka pintu Depan kos ku dengan sebelumnya meminta izin terlebih dahulu pada ibu kos
” Saya pulang dulu yah BU ke Sukabumi…ada urusan mungkin hari sabtu juga saya sudah pulang bu” ku rengkuhkan badanku sambil tersenyum pada ibu kos.
” iyah Mba hati – hati yah” BU kos hanya tersenyum kepadaku.
ku berjalan menjauh perlahan tapi pasti, dari tempat kos ku dengan lambaian senyuman dari kedua sahabatku yang kebetulan saat itu sedang main ke kos ku.
” hati – hati yah Tri , awas uangmu simpen yang rapih ” Gina menatapku cemas
” iyah gin..ini aku udah pisahkan kok tapi kok aku ngerasa ga enak hati yah?” aku menatap Gina lebih dalam karena merasa hati ini sangat gelisah
” ga jadi ajah kalau gitu pulangnya….” Gina seraya sangat cemas kepadaku
” sudahlah ga papa kok,aku kangen berat sama keluarga nih….udah jauh – jauh hari aku menanti hari ini loh…” ucap ku dengan sedikit tersenyum menutupi kegelisahan hati ini, yang tak tau gelisah karena apa.
” ya sudah jaga diri yah” Gina dan Ningrum tersenyum kepadaku seraya sambil melambaikan tangan
ku terus berjalan dengan pikiran yang gamang, sebelum menaiki kendaraan umum aku memutuskan untuk mampir dahulu ke toko makanan. Yah aku berniat untuk membeli Roti dan susu siap minum kalau – kalau nanti di bus aku mandadak lapar dan tidak ketinggalan pula permen karet andalan ku
kebetulan saat itu hujan turun lumayan deras ku berhentikan kendaraan dengan sedikit tergesa – tergesa. Dua kali aku harus manaiki kendaraan umum menuju terminal bus.sebenarnya kini kali pertama aku ke terminal sendirian tanpa di temani ayah ataupun teman ku. Biasanya kalau bersama teman aku lebih memilih untuk menaiki kereta saja karena biayanya yang lumayan murah kalau rombongan bersama teman – teman Maklum jarak dari sini ke stasiun lumayan jauh aku harus mengeluarkan cek lebih dalam untuk menaiki taksi kalo sendirian tapi kalau sama teman – teman akan lebih murah karena kita patungan. Namun sayang ,kepulangan ku bukan saatnya libur panjang jadi teman – teman malas untuk pulang. Karena teringat gajiku saja aku memaksakan diri untuk pulang karena sayang bila tidak di ambil sampai dengan 3 bulan gajinya akan hangus. Yah ku putuskan saja untuk naik bus.
Ketik aku menaiki kendaraan umum yang kedua karena keadaan saat itu sedang hujan deras aku langsung memberhentikan kendaraannya tanpa pikir panjang apakah kendaraannya penuh atau tidak, disayangkan ternyata benar – benar penuh tapi syukur deh aku masih kebagian kursi walaupun dekat pintu. Tiba – tiba tak di sangka – sangka di sebelah kiri ku ternyata duduk seorang wanita yang ternyata teman sejurusan ku dan kebetulan kami pernah menjadi satu kelompok di acara temu akrab angkatan.
” hei..tri mau Kemana kamu” tias menepuk bahu ku sambil berbicara dengan ciri khas logat Jawa medoknya
” hheheheh… Aku mau pulang ” aku menoleh ke kiri sambil tersenyum agak girang karena serasa merasa ada teman.
” pulkam bu… Berpa jam emang? ” tias menatapku agak penasaran, karena maklum kampung halaman ku terbilang beda provinsi.
” Yah kurang lebih 12 jam man hheheheh ” aku tersenyum sambil Menahan pertanyaan yang kelut kenapa hati ini seolah masih gamang.
” hoalah jauh BU….pantat nya kaga panas apa hheheheh ” tias agak sedikit meledek namun, ledekan itu hanya membuatku tersenyum di dalam hati yang gamang. “kamu mau pulang juga ” aku tersenyum agak penasaran. ” iyah aku mau pulang, abisan keluarga nyuruh pulang..padahal ujan – ujan gini enaknya tidur yah…hehehe
” iyah yah bener – bener ” aku menjawab sambil mataku terpaku melamun kejalan yang basah karena hujan
” alhamduliilah udah nyampe ” tias menepuk bahu ku lagi, aku langsung terperangah diatas lamunanku
Setibanya di terminal, aku terpisah dengan temanku itu. Entah kemana dia, tiba – tiba menghilang begitu saja. Dari situ aku sedikit bingung biro perjalanan yang biasa aku naiki ternyata tidak ada di terminal ini. Dan ternyata selain biro yang biasa aku Naiki ternyata tidak ada yang langsung menuju Sukabumi. Hoalah hatiku sangat kalut dari situ ku putuskan saja aku berhenti sampai di Bekasi, untungnya kakak ku tinggal di situ jadi ketika aku turun di terminal Bekasi. Aku sudah sangat hafal bus mana dari Bekasi menuju Sukabumi.
Kuputuskan membeli tiket di biro perjalanannya entah apa namanya bus cempaka biro yang akan mengantarkan ku ke Bekasi. wow ternyata setelah ku tanya harga tiketnya pantastis naik 35 ribu dari harga biasanya. hoalah setelah aku lihat dompet ku isinya tak cukup. Kuputuskan saja untuk mencairkan dulu uang di ATM ku. Karena aku kurang paham dengan daerah itu ku tak tau harus melangkah kemana untuk mencari ATM. Nah di situ di kejauhan aku melihat pom bensin pikiranku pasti di dekat pom bensin ada ATM. Benar tak jauh dari pom bensin itu ada ATM yang aku maksudkan. Ku gesekan kartu ATM ku, walau berat rasanya karena itu jatah makanku untuk sebulan harus aku potong.
Setelah mengambil uang dari ATM, aku langsung kembali ke biro perjalanan tadi seraya langsung membayarnya.Namun sayang, ternyata berangkat bus menuju Bekasi akan berangkat sekitar jam 19.00. Sedangkan aku berangkat dari kos sekitar 14.00 dan aku lihat waktu baru menunjukkan pukul 14.30 bisa dibayangkan begitu lamanya aku harus menunggu. Lima menit pertama aku hanya diam di bangku dekat biro perjalanan dengan sidikit – sedikit melihat hp ku.” ah ga kabarin keluarga ah biar kejutan ” gumamku dalam hati. Sambil meletakkannya lagi di tas ranselku.Sesal rasanya hatiku menggerutu tak membawa novel pinjaman dari teman, “yah kalau bawa novelkan engga Gabut ini” gerutuku dalam hai kecilku. Aku Diam – diam dan diam melirik sekeliling terminal lalu lalang kendaraan, bisingnya bunyi bus serta cuap – cuap dari kenek bus untuk memboyong penumpangnya. Lima menit kedua rasanya kesal sekali, hanya diam tak melakukan apa – apa waktu serasa lama sekali, kulihat jam di dinding biro bus itu, ternyata masih sangat lama. Kuputuskan saja dari pada Gabut yang engga ada gunanya untuk mencari tempat yang aga nyaman untuk membuka notebook dan sekedar searcing.
Ku berjalan kearah kiri jalan tepat ku melangkah saat menemukan mesin ATM tadi, tak jauh melangkah ku lihat di Sebrang ada lestoran siap saji yang biasanya aku beli bersama teman – teman. Seketika itu aku langsung menyebrang dengan agak masih takut karena aku dikenal teman – teman memang paling lemot ketika nyebrang, “alhamdulillah, bisa juga nyebrang walau aga sedikit lama hheheheh” gumamku dalam hati sambil sedikit terengos – engos Karena tegang menghampiri.
ku langkahkan kaki ke lestoran itu, setibanya aku langsung memesan makanan dan minuman favorit andalan ku apabila ketika makan bersama teman – teman. Setelah makanan dan minuman sudah tepat berada di tanganku, ku melirik ke sekeliling memilih tempat mana yang benar – benar enak untuk bersantai ria. ” Yah di pojok itu ah , dekat TV kayanya nyaman” gumamku dalam hati sambil tersenyum – senyum senang sekali. Sejam penuh aku bersantai ria di tempat itu, sambil men- searcing – searcing dan membuka sosial media.
Namun entah mengapa ketika itu, aku merasa ada seorang bapak – bapak yang terus melihat aku. Seperti. Hendak mengintai
” apaan tuh bapak – bapak, Liatin terus. Jadi takut ” gumamku sambil pura – pura tak melihat bapak – bapak itu.
Tak selang beberapa lama adzan asharpun berkumandang,
” alhamdulillah udah adzan, dimana Yah ada masjid. Kok ngerasa dekat banget deh ” gumamku dalam hati sambil melirik sekeliling.
” oh sisi lestoran ini kali Yah ” sambil sedikit bingung aku melangkah dan benar ternyata ada masjid di sisi lestoran itu.
Dari situ aku langsung merapihkan semuanya, dan bergegas ke masjid itu.
di masjid aku melaksanakan shalat ashar walau sedikit terlambat tak tepat pada waktunya. Setelah shalat pikir ku aku ingin berdiam di sini saja sampai jam 19.00 tiba sekalian shalat maghrib di sini . Ku lihat di sisi kanan masjid itu ada lemari yang berisikan mukena dan Alquran. Bergegas ku ambil Alquran dan melantunkannya,pikir ku dari pada membuang – buang waktu lebih baik beribadah. Sudah beberapa ayat ku lantunkan, entah kenapa diri ini ingin sekali membuka notebook untuk melihat sosial media, melihat respon teman lama yang aku Kabari bahwa aku sebentar lagi akan pulang. Akhirnya nafsunya tak terkalahkan, ku simpan Alquran dan ku buka media sosial. Tak selang beberapa lama adzan maghrib pun berkumandang. Ku tutup notebook ku dan ku cabut mode ku. Dan menyimpannya lagi ke tas.
Ku simpan tas itu didekat gulungan karpet masjid dan ku tutup dengan jaket tebal pemberian ayah. Pikirku supaya tidak ada orang yang melihatnya, karena sudah tertutup rapi. Tas itu ku tinggalkan untuk berwudhu. Setibanya d tempat shalat tas itu masih ada tertutup jaket ku yang tebal, rasa was – was pun terobati. Sebelum shalat ku lihat sekeliling ku terlebih dahulu, ternyata sebagian orang yang di situ banyak yang membawa tas juga sama seperti ku. Mungkin mereka juga sama mau bepergian seperti ku.
Shalat maghrib aku laksanakan dengan berjamaah, bermodalkan mukena pinjaman dari masjid yang aku pilih dari lemari ya sudah di siapkan oleh pihak masjid. Suasana serasa hikmat sekali, aku merasa shalat ku yang ini benar khusu. setelah shalat dan ku panjatkan doa. Aku langsung ke belakang seraya melihat tas ku dan hendak shalat sunat. Kulihat tas ku masih di posisi yang semula, shalat sunat ku laksanakan. Setelah shalat selesai. ” tas ku, tas ku mana” aku bingung mencari tas ku yang tak ada. Hanya kerudung beserta jaket tebal ku saja yang tergeletak. dari situ aku langsung mengecek tempat – tempat serta sudut yang ada dimasjid itu. Namun, hasilnya nihil. Ku berlari – lari tergesa – gesa sambil kebingungan dan terus bertanya pada orang yang ada di sekitar masjid.
” Pak lihat tas yang di sini engga? Barangkali bapak memindahkannya? Tanya ku bingung kepada bapak yang mengumandangkan adzan maghrib tadi.
” engga tahu mba” jawab bapak itu seraya juga ikut kebingungan.
” BU lihat tas yang di sini ” ku coba bertanya kembali kepada seorang ibu yang tadi ikut berjamaah denganku
” engga Mba, emang di tari dimana? Jawab ibu itu sama tegang
” di sini bu,” jawabku sambil menunjuk ke arah gulungan karpet yang di banringkan itu.
” Yah Mba, harusnya Di taro di Depan ” Tangkas ibu itu sambil menatap mataku penuh iba
Aku hanya terdiam, tak mempercayai apa yang aku sedang alami ini. Rasanya seperti mimpi. Tiba – tiba datang seorang Mba – mba dan seorang mas – mas
” kenapa MBA ” tanya Mba itu keapadaku dengan penuh tanya
” tas saya ilang Mba ” jawabku dengan tatapan kosong.
” astagfiruloh jadi merinding…yang sabar Yah mba ” kata Mba itu sambil memboyong ku
” ayo Mba, mas sama Mba anterin ke kantor polisi” mas itu menatap tajam penuh rasa iba kepadaku. Aku hanya termangut – Mangut dengan pikiran yang kosong.
” ini Mba ” tungkas ibu itu sambil menyelipkan sejumlah uang ke tangan ku, sempat aku menolaknya. Namun, ibu itu tetap kekeh memberikannya kepadaku. Tapi benar tak di sangkal aku tak mempunyai uang sepeserpun karena semuanya aku simpan di dompet dan dompet itu,dompet itu ada di dalam tas.
Ku terus melangkah kosong, di boyong oleh mba – mba serta mas – mas yang entah siapa namanya aku tak sempat untuk menanyai wajahnya pun aku tak ingat.maklum pikiran kosong seakan pikiran ini tak berjalan lagi.
” masuk mba ayo…yang sabar yah mba ” ajak MBA itu kapadaku sambil membukakan pintu masuk ke mobilnya.aku hanya melamun sambil terus mengucapkan istigfar.
” mba kita ke kantor polisi yah” ajak mas itu dengan aga memaksa.
Aku hanya termangut, tiba – tiba pikiran ini mengingat kembali perjuangan keluargaku untuk membelikan notebook ini kepadaku, modem pemberian kakak, HP blackbery touch yang baru saja kakak ku berikan padaku 5 hari kemarin, karena kasihan kepadaku dia rela memberikannya dan mengganti hpnya dengan yang biasa saja. Oh sungguh Tuhan apa yang harus aku katakan kepada keluargaku di rumah.
Setibanya di kantor polisi Aku hanya terdiam termangu kosong. Mas itulah yang menjelaskan kronologis kejadiannya. Dan polisi hanya termangut – mangut dan beberapa menit setelah mas itu selesai menjelaskan polisi itu langsung menelepon. Entah siapa yang di teleponnya. Aku tak tau, mungkin mengabarkan kejadian ini. Setelah beberapa saat, pelaporan pun sudah selesai. Aku langsung di boyong mba itu kembali ke mobilnya.
” mba sekarang mau kemana? Ke kos yah? ” ajak mba dan mas itu kepadaku
” iyah mba, mas terimakasih yah” sahut ku sambil menatap kosong ke depan.
Tak selang beberapa menit, tibalah kami di kos ku. Aku bingung mau ke kos ku atau langsung mengadu pada temanku yang letak kos tidak jauh dari kos ku.
” mba mendingan bilang ke ibu kos dulu deh mba” ujar mas itu kepadaku
” iyah mas, ini di sini kos saya” ucapku sambil menunjuk sebuah warung sederhana, terlihat di situ seorang ibu – ibu yah, usianya sekitar 50 lebihan sedang asik berbincang ria dengan pembelinya.
” bu saya tidak jadi pulang, tas beserta isinya hilang bu” ucapkan dengan muka masih pucat.
” yah mba gimana itu bisa gitu” jawab bu kos dengan agak kaget menatap penasaran kepadaku
” besok saya ceritakan yah bu, saya mau ke kos teman saya dulu” aku langsung berjalan pelan,sambil mengajak mas dan mba yang sejak tadi menyaksikan perbincangan ku dengan bu kos.
” maaf mba, kami pulang yah,,, ga papa kan?? Ucap mba itu sambil memegang tanganku.
” iyah mba, mas…..ga papa kok terimakasih banyak yah mba mas, semoga Allah membalas kebaikan kalian, oh iyah nama mba dan mas?” jawabku sambil sedikit tersenyum”
” saya Lina dan ini Juan kami sama masih mahasiswa, iyah sama – sama mba, yang tabah yah mba” jawab mba itu yang mengaku bernama lina.
” ikhlaskan yah mba, Allah SWT sedang mencoba sampai di mana tingkat kesabaran mba” ucap mas yang katanya bernama Juan itu dengan penuh mata semangat kepadaku.
” sekali lagi terimakasih mba Lina mas Juan” jawabku sambil tersenyum.
mereka terpisah denganku dengan senyum dan lambaian tangan, semakin lama bayangan mereka tenggelam oleh gelapnya malam. AKu membalikkan tubuh ini dan segera bergegas menuju kos temanku.
Setibanya di kosambi temanku. Ku lihat kamar merekan kelihatan sepi. ” Gina, Ningrum…Gita,bukain dong” Kataku sambil agak menggedor kamar mereka. Namun sayang tak ada yang membukakan pintu. ” ah jam segini mungkin mereka keluar nyari makan” ujarku dalam hati, sambil aga kecewa. Dengan berat hati ku melangkahkan kaki, keluar pintu kos mereka.tetapi suara yang tak asing memanggilku dari arah belakang ” tri…cari Gina, Ningrum sama Gita yah” ucapnya, aku lansung menoleh ” iyah…eh Ita…iyah mereka kemana yah” tanya ku kepada teman yang kebetulan sekelas denganku itu. ” tadi sih mereka nyari makan” jawab Ita sambil mendekat kepadaku. ” eh, bukannya kamu pulkam yah” tanya Ita penasaran
” iyah tadinya ….aku kena musibah ta” jawabku dengan lemas. ” astagfiruloh…musibah apa ta, ayo masuk kamarku”. Dari situ ku ceritakan semuanya yang kualami tadi kepada Ita, Ita hanya terpangu dan kata – kata yang sabar yah yang terus keluar dari mulutnya. Tak lama kemudian adzan Isha pun bergema.
” Ta, aku ikut shalat yah, pinjem mukenanya” minta ku pada Ita dengan mata masih kosong dan tubuh semangkin lemas. Iya hanya mengangguk kepadaku seraya mnyodorkan mukenanya.Tak selang beberapa lama setelah aku beres shalat. Ku lihat Gina dan Ningrum sudah duduk di hadapan ku dengan muka terlihat lesu dan terpaku memandangku. ” Gina……….” dari situ aku langsung memeluk Gina dan seketika menangis, sesak rasanya mengingat kejadian yang baru ku alami.malam itu Gina memperkenankanku untuk tidur di kamar kos nya. memang sahabat sejati. Semalam itu dia terus sekali – kali memegang jidadku. Gumam nya takut tubuhku panas karena terlalu syok.
Esoknya. Gita, Rini, Saras, Rahma, dan Yuli datang ke kosan Gina. Di situ Aku sangat terharu di saat aku seperti ini mereka ada untukku.
” yang tabah dan sabar yah tri” ujar Rini sambil memeluk ku erat. Iyah yang sabar yah tri ujar temanku yang lainnya.
” kita ngurusin surat kehilangan yu Tri di kalposek univ kita blokir ATM Mu” gagas Rini seraya menarik tanganku. ” ayo…” jawabku dengan aga masih lemas dan syok.
Ayo teman – temanku serentak berteriak serempak. Kami pun berangkat dengan menaiki kendaraan umum. Di kendaraan umum Pak supir mengajak ngobrol aku yang kebetulan duduk di bangku samping Pak supir.
” Mba, sekarang kota kita ini rawan banget yah Mba” ujar Pak sopir dengan aga santai mengemudikan.
” rawan, emang ada apa pak ?” tanya ku dengan penasaran
” kemarin peminumpang bus cempaka pake acara di tembak segala, Kasihan sekali. Hampir semua penumpangnya luka parah, malah dua orang meninggal.sekarang kota ini seperti duri berselimutkan kapas.” ujar pak sopir dengan aga menggelengkan kepala
” deg, di dalam hatiku miris…..langsung jatuh ke dalam angan – angan kebelakang yang miris..itukan biro perjalanan yang aku pakai. benar Allah selalu mempunyai skenario terbaik yang sudah ia siapkan untuk khamba-Nya. Sebuah skenario maha dahsyat hingga manusia tak pernah bisa menebak” aku langsung ber istigfar dan meminta ampun dalam hati kecilku kepada Sang Maha Kuasa. Gimana kalau aku ada di posisi dia sekarang, jiwaku melayang mungkin.

16 April 2014 pukul 5:47

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *