Hanya Kami Yang Tersisa

foto bersama PMR Wira SMAN 1 Gubug

Update Terakhir: 18 September 2022 Oleh Abdul Jalil

Sebuah catatan masa lalu yang aku coba buat untuk mengisi lembar kehidupan di blog pribadi. Foto di atas sudah lama sekali aku menyimpannya di laptop. Dan sekarang aku membuat catatan tentang foto itu. Dengan daya ingatku yang tidak biasa aku memulainya.

Sejak kelas sepuluh SMA aku memang sudah mengikuti kegiatan palang merah unit SMAN 1 Gubug. Kegiatan ekstrakurikuler yang dulu bisa di bilang masih sepi dari peminat. Hanya kegiatan-kegiatan tertentu yang ramai akan peminatnya. Contoh saja pramuka dan rohis itu pun karena di wajibkan. Palang merah itu kegiatan sukarela, jadi siapa yang ingin boleh saja ikutan.

Dari sekian banyak orang yang pernah mengikuti kegiatan ekstra ini dulu di angkatan 21. Dapat dilihat dengan mudah hanya itu yang bisa dikatakan bertahan. Ada pula yang lain namun pada hari itu memang kebetulan sedang berhalangan untuk hadir.

PMR Wira SMAN 1 Gubug
Anggota PMR WIRA SMAN 1 Gubug (XXI)

Aku ingin memperkenalkan mereka semua mulai dari salah satu teman sekelas di XE [Adi Prastiko / XII IPA 3]. Ada [Nining Wahyuni/ XII IPA 2] alhamdulillah dirinya sudah menikah pada tahun 2016 ini kalo memang tidak salah membaca berita di facebooknya. Lalu ada [Didit Selly N/ XII IPA 4] yang memakai kerundung berwarna putih.

Dahulu banyak orang yang meragukan dirinya adalah seorang perempuan tulen. Di depannya ada [ Rina / XII IPA 1] teman satu kelas pada waktu itu  2 kali periode kami saling mengenal dan pada akhirnya lulus bersama-sama.

Dan yang terakhir ada [Aisyah / XII IPA 3] kalau tidak salah dalam membaca berita di berbagai sumber yang aku ketahui dirinya juga sudah menikah dengan laki-laki yang di cintainya. Padahal baru lulus SMA. Sedangkan aku sekarang masih berjuang untuk lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Apapun yang kami lakukan di ekstrakurikuler ini pastinya memberikan wawasan baru tentang apa itu kepalang merahan, hingga bagaimana kita hidup berdampingan dengan bahaya yang kapan saja datang menghampiri.

Kami sudah terlalu lama untuk kegiatan itu. Kami juga sudah mempunyai dua adik angkatan yang siap untuk melanjutkan kisah kami. Tidak banyak hal yang bisa aku tinggalkan untuk mereka adik-adikku. Karena aku sendiri hanya memiliki kisah seperti ini.

Catatan ini yang bisa aku bagi untuk mereka. Meskipun mereka sudah lulus dan sekarang banyak yang melanjutkan kuliah ada juga sudah bekerja. Ya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di angkatanku itu.

Aku rasa sudah terlalu jauh mencatat sesuatu yang tidak penting. Namun, aku masih percaya sesuatu yang aku catat tidak akan menjadi sia-sia. Karena aku  yakin keadilan itu masih ada di dunia ini.

Artikel ini telah terbit pada tanggal 26 Juli 2016 08.05 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *