Hanya Seorang Rider Honda Supra X

Update Terakhir: 28 Januari 2021 Oleh Abdul Jalil

Foto : Rider HSX-125 FI

Kendal, 19 Februari 2018. Selamat sore untuk siapa pun yang masih menyempatkan jatuh cinta dan kehilangan. Ya aku kembali jatuh cinta dengan kuda besi dikelas 125 cc. Kenapa aku bilang “ kembali jatuh cinta ? ” karena dulu aku pernah jatuh cinta dikelas 110 cc hehehe

Hhm,,,,abaikan paragraf yang diatas ya, aku hanya tidak tahu cara untuk memulainya dengan kata-kata yang baik dan menarik. Untuk seorang amatir sepertiku menulis adalah hobi yang kadang merepotkan dan bikin sakit (aku tidak ingin menjelaskannya).

Ceritanya aku dan teman-teman sedang main disebuah (embung) didaerah Sukorejo (atau sekitarnya) hhhmm.. aku lupa untuk mencatat nama lokasinya, intinya hanya ingin melihat tempat penampungan air yang berada diatas perbukitan.

Aku lihat-lihat disekitar embung terdapat kebun buah naga (nah mungkin untuk keperluan pertanian ) tapi diembung juga banyak ikan (karena banyak pemancing). Disekitar embung juga cocok untuk tempat pacaran (ya sambil grepe-grepe gitulah kalau gak ada yang lihat) btw, aku melihatnya tapi cukup tahu saja.

Awal mula mengapa aku bisa sampai disebuah embung karena tujuan ingin main dirumahnya Rera (Matematika, 2013) ya kebetulan rumahnya dekat dengan sebuah embung.

Katanya embung itu objek wisata dadakan ala warga setempat (ya memang untuk pemandangannya lumayan bagus untuk foto-foto), tapi aku sendiri tidak begitu suka foto terlalu banyak alias seperlunya saja.

Seperti yang kalian lihat aku sedang berfoto dengan motor kredit (gak mungkin juga beli secara tunai). Bulan kelahiranku menjadi bulan kedatangan motor baruku (karena motor yang lama dibawa sama bapak untuk keperluan kerja).

Senang rasanya bisa pergi dengan motor bapak-bapak kantoran (motor paling irit dikelas 125 cc). Motor tersebut sengaja aku memilihnya bukan tanpa alasan. Yang pertama motor supra X itu salah satu motor paling mudah untuk dikendarai (dikelas 125 cc).

Kedua, Supra X memiliki nilai konsumsi bahan bakar irit (rata-rata pemakaian dilapangan bukan versi pabrikan sebesar 51,3 s/d 55 km per 1 liter bahan bakar). Ketiga, suku cadang mudah untuk beli dibengkel resmi atau memilih suku cadang aftermarket.

Keempat, perawat motor manual lebih mudah dibandingkan dengan motor dengan transmisi otomatis. Kelima, nyaman kalau dipakai jarak menengah sampai jarak jauh. Sepertinya cukup itu saja yang bisa aku sampaikan. Untuk kenyamanan berkendara itu dikembalikan ke masing-masing orang yang memakai motor.

Satu hari nanti aku dan motorku pasti akan melalui jalanan yang sangat panjang (touring). Untuk Haruna, satu saat nanti aku akan duduk bersamamu diatas jok motor sambil bercerita hal-hal yang lucu dan menarik.

Catatan Akhir Kuliah #29

Salam,

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *