Hari Ini Bukan Yang Terakhir Karena Catatan Untuk Hana dan Nata Masih di Sini

catatan untuk hana dan nata

Update Terakhir: 30 Juli 2022 Oleh Abdul Jalil

Grobogan, hari yang cerah penutup kebahagiaan bersama mereka. Hari pelepasan sebagai siswa di SMAN 1 Gubug. Pada hari itu merupakan terakhir kalinya menjadi seorang pelajar.

Tidak sempat terpikir olehku ingin melakukan hal lainnya ketika hari terakhirku akan seperti itu.

Bahagia sekaligus sedih akan kebahagiaan dimasa lalu. Catatan ini sudah salam terpendam di dalam pemikiranku. Catatan tentang mereka masih tersimpan rapi di dalam buku harian.

Aku ingin catatan sebagian kisah bersama mereka. Ya semoga masih dapat dibaca walaupun tidak dapat dipahami oleh banyak orang.

Tidak semudah yang dikisahkan sewaktu masih berseragam putih abu-abu. Teman ku bermana Jarot Kalfiantoro salah satu rekan yang dapat membuatku lebih bahagia.

Sederhana dan berkepribadian menarik di tambah gitar bolong yang membuatnya banyak di cintai oleh beberapa perempuan.

Boleh jadi kalau aku ini seorang perempuan akan jatuh hati ketika mendengar petikan gitar oleh jari-jarinya. Sayang, aku ini laki-laki jadi tidak mudah jatuh hari kepada seseorang.

 Khoirul Insan dan Jarot Kalfiantoro
Foto Pribadi : Abdul Jalil , Khoirul Insan dan Jarot Kalfiantoro di Wisuda SMAN 1 Gubug Angkatan 21 Tahun 2013

Hanya Haruna yang mampu menjatuhkanku ke dalam kebahagiaan [ingat….! perluas sudut pandangmu terhadap catatanku]. Dahulu dia juga yang mengajariku untuk bermain gitar dengan kunci dasar.

Hari ini bukan yang terakhir aku mencatat masih ada lagi satu temanku yang berbaju putih seorang cerdas, tampan, dan terlihat berwibawa bermana Khoirul Insan.

Temanku itu memang mempunyai pesona diatas rata-rata laki-laki pada umumnya. Aku merasa tersaingi pada waktu itu namun tidak mengapa bagiku asalkan dia masih bahagia.

Aku dan dia memiliki kriteria sendiri-sendiri dalam urusan perempuan. Salah satu peristiwa yang masih aku ingat hingga saat ini ketika Insan menyatakan cinta kepada adik kelas di lapangan basket sekolah saat kegiatan kemah penerimaan tamu Ambalan Pangeran Diponegoro dan R. A Kartini.

Jika tidak salah orang adik yang pernah cintainya bernama Mutiara entah untuk saat ini apakah mereka berdua masih menjadi cinta. Atau hanya cinta sebatas seragam sekolah. Sebenarnya Jarot juga pernah merasakan hal yang sama seperti Insan.

Hanya saja aku kurang mengetahuinya. Yang aku tahu Khoirunnisa pernah suka kepadanya. Bagiku baru sekedar gosip. Aku sangat senang jika gosip itu menjadi undangan pernikahan. Mereka berdua memang laki-laki yang memiliki karakter berbeda namun mempunyai tujuan sama yaitu “ jatuh cinta ”.

Aku hanya mencatat sesuai yang pernah aku lihat dan mendengar dengan kedua telingaku. Tidak mudah bagiku untuk menerima sesuatu yang masih mentah.

Jika mereka mempunyai kisah cinta masing-masing. Aku juga memiliki kisah cinta semasa putih abu-abu. Cinta memang bersemi di masa-masa ini.

Hampir semua orang merasakan kisah cinta hanya sedikit yang bertahan dengan cinta. Alasan mereka tidak bertahan dengan cinta karena nafsu yang didahulukan. Risiko mendekati cinta adalah nafsu birahi yang membesar.

Sudah banyak korban akibat nafsu yang berlandaskan cinta. Cinta adalah kasih sayang bukan penodaan. Kalau sudah waktunya nafsu akan menjadi ibadah.

Hanya perlu bersabar dan menunggu waktu yang tepat. Aku ini memang tidak pandai dalam urusan cinta namun juga tidak ingin kalah dari yang lainnya. Cukup dengan kebahagiaan bersama Haruna sudah dapat menciptakan kisah cinta.

Dan tidak sedikit orang merasa iri dengan kisah cintaku. Mereka hanya belum memahami aku ini juga salah satu orang menderita karena cinta.

Aku diam sejenak dan mendengarkan cinta dan memahami cara cinta itu bekerja. Aku tidak ingin masa lalu menjadi kembali buruk dengan kisah cinta palsu. Aku sudah belajar dengan cinta.

Aku dan Haruna adalah cinta sejati tidak seorang pun mengusik kebahagiaanku bersamanya. Haruna memang dalam perlindungan Sang Pemilik kehidupan. Aku bersedia untuk menjemputnya suatu hari ini.

Dua teman-temanku itu sekarang sedang menempuh studi sesuai yang mereka suka. Aku sudah sangat bersyukur dapat melanjutkan studi di Universitas Diponegoro, Semarang.

Mengambil konsentrasi bidang studi ilmu fisika. Banyak orang yang membencinya karena fisika itu sulit. Kalau mereka benar-benar memahaminya matematika jauh lebih rumit.

Matematika ilmu yang terbatas ilmu pengetahuan sedangkan fisika itu luas dan diperbolehkan untuk berimajinasi. Tidak akan menjadi hal yang sia-sia jika sudah kuliah di fisika.

Alasan lain mengapa memilih Universitas dari pada Sekolah tinggi maupun Institute yaitu jangkauan ilmu pengetahuan lebih luas. Jarak padang juga lebih jauh. Sejauh mata memandang yang ku lihat adalah kebahagiaan dan kesedihan.

Aku merasa sedikit lelah ketika mencatat kisah ini. Sebuah kisah yang tidak berguna bagi orang. Sepertinya aku ingin mencatatnya kembali mengapa harus mencatat hal seperti ini.

Jika di jual mungkin saja tidak ada nilainya. Memang, karena catatan ini adalah hadiah untuk kedua kami [Nakata dan Haruna].

Jika Allah menghendakinya mereka berdua akan lahir dan menjadi kebahagiaan yang benar-benar tidak dapat dinilai dengan cara apapun. Dan aku sendiri dua temanku juga mempunyai pemikiran untuk mempunyai anak.

Boleh ,jadi saat aku dan mereka  tua nanti anak-anak kami akan menjadi teman yang baik. Dan kisah baru akan kembali terulang.

Untuk mengakhiri catatan untuk bagian ini aku ingin menyampaikan pesan untuk Hana dan Nata.

Nak, ayah dan teman-teman selalu memikirkan sesuatu yang indah di masa depan. Ayah tidak begitu paham dengan keinginan mereka. Hanya saja Ayah mempunyai impian tentang kebahagiaanmu dimasa depan nantinya. Ayah sudah merencanakannya jauh-jauh dari sebelum kalian lahir di dunia ini. Kasih sayang dari Ayah dan Ibu akan menjadi obat ketika kalian merasa lelah. Ayah harap saat kalian besar nanti jangan menjadi orang menyedihkan, namun jadilah anak yang dapat membanggakan kedua orang tua dengan jalan kalian masing-masing ”. 

Aku sangat berharap pesanku ini dapat dibaca olehnya meskipun kehadiranku belum pasti hidup bersamanya.

Artikel ini telah terbit pada tanggal 28 Maret 2016 03.51 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *