Update Terakhir: 2 September 2024 Oleh Abdul Jalil
Pada kesempatan ini saya ingin menulis catatan tentang hipergami dalam pernikahan. Karena akhir-akhir ini sedang terjadi tren penurunan angka pernikahan. Untuk Pembahasannya mungkin sedikit berat, tapi saya berusaha menulisnya mudah untuk dipahami.
Sebelum memutuskan untuk menikah biasanya kita akan mempertimbangkan banyak faktor. Karena faktor tersebut akan mempengaruhi seberapa yakin tentang keputusan yang akan diambil.
Beberapa hari yang lalu sebelum catatan ini terbit, Saya membaca sebuah postingan di X yang menjelaskan konsep menarik tentang pernikahan, yaitu hipergami.
Menurut beberapa artikel yang sudah saya baca. Hipergami adalah kecenderungan seseorang untuk menikah dengan pasangan yang memiliki status sosial, ekonomi, atau pendidikan yang lebih tinggi.
Salah satu konsep menarik yang muncul dalam studi pernikahan adalah hipergami, yaitu kecenderungan seseorang untuk menikah dengan pasangan yang memiliki status sosial, ekonomi, atau pendidikan yang lebih tinggi.
Dari pengertiannya itu sendiri saya sudah menyadari sejak lama. Namun, saya baru mengetahui istilah tersebut akhir-akhir. Oleh karena itu, saya tertarik untuk membuat catatannya di sini.
Di catatan ini saya akan mengulas konsep hipergami secara sederhana. Bagaimana dinamika sosial-ekonomi memengaruhi pola pernikahan saat ini. Serta dampaknya terhadap angka pernikahan di masyarakat modern.
Apa Itu Hipergami?
Saya mengutip dari situs Dictionary. Hipergami berasal dari bahasa Yunani “hyper” yang berarti “di atas,” dan “gamy” yang berarti “pernikahan.”
Secara sederhana, hipergami adalah kecenderungan untuk menikah dengan seseorang yang berada di “atas” dalam hal status sosial atau ekonomi.
Saya ambil contoh umum kurang lebih seperti ini.
Seorang wanita dengan latar belakang ekonomi menengah mungkin lebih memilih menikah dengan pria yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi, seperti seorang pengusaha sukses (bos tambang) atau profesional yang mapan.
Sebaliknya, ada juga istilah “hipogami,” yang mengacu pada kecenderungan untuk menikah dengan pasangan yang memiliki status sosial atau ekonomi yang lebih rendah.
Namun, dalam masyarakat modern saat ini di Indonesia khususnya, hipergami lebih umum terjadi, terutama di kalangan wanita.
Pengaruh Sosial-Ekonomi dalam Hipergami
Untuk bisa memahami bagaimana hipergami bekerja, kita perlu melihat dinamika sosial-ekonomi yang ada di masyarakat.
Saya berpendapat bahwa status sosial-ekonomi seseorang sering kali ditentukan oleh faktor-faktor seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan latar belakang keluarga.
Dalam konteks pernikahan, semua faktor di atas sangat memengaruhi pilihan pasangan seseorang.
Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan sering kali menjadi faktor penentu dalam status sosial-ekonomi seseorang. Mereka yang memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan cenderung dianggap memiliki status yang lebih tinggi.
Wanita dengan pendidikan tinggi mungkin mencari pasangan yang setara atau lebih tinggi dalam hal pendidikan dan pekerjaan, karena ini dianggap sebagai tanda keberhasilan dan stabilitas.
Pendapatan
Pendapatan memainkan peran penting dalam hipergami. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi (biasanya karyawan BUMN atau PNS Kemensultan) sering kali memiliki lebih banyak daya tarik dalam “pasar pernikahan.”
Pria dengan pendapatan tinggi lebih mudah menarik perhatian wanita, terutama jika wanita tersebut mencari stabilitas finansial dalam pernikahan. Namun, hal itu juga masih belum menjadi patokan pasti.
Karena wanita masih menginginkan lebih dari sekedar pendapatan tinggi dan stabil finansial.
Latar Belakang Keluarga
Latar belakang keluarga juga bisa memengaruhi hipergami. Keluarga dengan status sosial yang tinggi, cenderung menginginkan anak-anak mereka menikah dengan seseorang yang setara, atau lebih tinggi dalam hal status sosial.
Tujuannya untuk mempertahankan atau meningkatkan status keluarga, dan tidak menjadi bahan olok-olokan oleh komunitas atau keluarga besar.
Mengapa Hipergami dalam Pernikahan Lebih Umum Terjadi di Kalangan Wanita?
Salah satu pertanyaan menarik yang sering muncul ditanyakan kepada saya, adalah mengapa hipergami lebih umum terjadi di kalangan wanita daripada pria. Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini:
Norma Sosial Tradisional
Secara tradisional, pria dianggap sebagai pencari nafkah utama, sementara wanita lebih fokus pada peran rumah tangga. Meskipun norma ini telah berubah secara signifikan.
Beberapa elemen dari pandangan tradisional ini masih ada. Akibatnya, wanita mungkin masih mencari pasangan yang dapat memberikan stabilitas finansial dan status sosial yang lebih tinggi.
Biologis dan Psikologis
Beberapa ahli berpendapat bahwa hipergami bisa jadi memiliki dasar biologis dan psikologis. Wanita cenderung mencari pasangan yang dapat memberikan sumber daya yang cukup untuk merawat anak-anak, baik dalam bentuk materi maupun dukungan sosial.
Ekspektasi Sosial
Masyarakat sering kali menempatkan ekspektasi yang lebih tinggi pada pria dalam hal kesuksesan finansial dan sosial.
Oleh karena itu, pria dengan status yang lebih tinggi mungkin dianggap lebih menarik oleh wanita yang mencari status yang serupa atau lebih tinggi.
Media Sosial dan Influencer
Dari semua yang telah disebutkan sebelumnya, media sosial dan influencer menjadi pengaruh paling besar terhadap pengambilan keputusan.
Bahkan tidak sedikit inluencer membuat standar sendiri, dan memaksakannya kepada semua orang yang mengikutinya melalui media sosial.
Hal itu menyebabkan beberapa kelompok masyarakat cenderung harus mengikuti standar tersebut agar memiliki nasib yang sama seperti influencer. Meskipun kenyataannya, banyak yang kesulitan untuk mengikutinya.
Implikasi Hipergami terhadap Angka Pernikahan
Salah satu implikasi terbesar dari hipergami adalah ketidakseimbangan dalam “pasar pernikahan,” yang dapat memengaruhi angka pernikahan di masyarakat modern saat ini.
Ketidakseimbangan ini terjadi karena tidak semua orang dapat menemukan pasangan yang sesuai dengan preferensi mereka, terutama dalam hal status sosial-ekonomi.
Kesulitan bagi Pria dengan Status Rendah
Pria dengan status sosial-ekonomi yang lebih rendah mungkin kesulitan menemukan pasangan, karena banyak wanita yang mencari pasangan dengan status yang lebih tinggi.
Akibatnya, pria dalam kelompok ini mungkin lebih cenderung tetap lajang atau mengalami kesulitan dalam menemukan pasangan yang cocok.
Kesulitan bagi Wanita dengan Status Tinggi
Di sisi lain, wanita dengan status sosial-ekonomi yang tinggi juga menghadapi tantangan dalam menemukan pasangan.
Karena mereka mencari pria dengan status yang sama atau lebih tinggi, tetapi jumlah pria dengan status tersebut lebih terbatas.
Hal Ini bisa menyebabkan kesulitan dalam menemukan pasangan yang sesuai dan pada akhirnya berkontribusi pada penurunan angka pernikahan.
Penurunan Angka Pernikahan
Ketidakseimbangan ini bisa berkontribusi pada penurunan angka pernikahan secara keseluruhan. Dengan semakin banyaknya pria dan wanita yang kesulitan menemukan pasangan yang sesuai.
Angka pernikahan mungkin akan terus menurun, terutama di kalangan kelompok dengan status sosial-ekonomi tertentu.
Menyikapi Hipergami dengan Bijak
Kita perlu mengakuinya, hipergami akan terus menjadi masalah sampai 1 atau 3 dekade mendatang (bisa lebih). Meskipun hipergami adalah fenomena yang ada di banyak masyarakat, penting untuk kita menyikapinya dengan bijak.
Alih-alih terlalu fokus pada status sosial-ekonomi, pasangan yang ingin menikah harus lebih menekankan pada kesamaan nilai, tujuan hidup, dan kompatibilitas pribadi.
Pernikahan yang bahagia dan sukses tidak hanya bergantung pada status sosial-ekonomi, tetapi juga pada kemampuan pasangan untuk bekerja sama, saling mendukung (menguatkan), dan tumbuh bersama sampai kapa pun itu.
Kita harus sadar, penting untuk membuka pikiran dan mengakui bahwa kebahagiaan pernikahan tidak selalu ditentukan oleh status sosial-ekonomi.
Terakhir, salah satu solusi jangka pendek yang bisa diterapkan untuk meningkatkan angka pernikahan secara umum.
Pria dengan status status sosial-ekonomi rendah harus meningkatkan statusnya, dan wanita perlu menurunkan ekspektasi. Keduanya harus dilakukan secara bersama-sama, dan berkisanambungan.
Itulah yang ingin saya sampaikan mengenai hipergami dalam pernikahan. Semoga catatan bisa bermanfaat untuk kita semua.
Sekian dari saya, dan terima kasih!
Salam,
Gambar Unggulan: Forbes