Update Terakhir: 30 Juli 2022 Oleh Abdul Jalil
Mengulang beberapa catatan sebelum hari kelulusan itu datang. Dahulu aku masih berseragam putih abu-abu. Terlihat beberapa teman-temanku yang sibuk dengan berbagai hal.
Untuk kali ini aku ini mencatat tentang hari luang sebelum jam tambahan sekolah di mulai. Memang, dulu itu sebelum ujian di SMA di jadwalkan ada jam pelajaran untuk mata pelajaran ujian nasional (UN).
Sedikit cerita tentang jam tambahan pelajaran yang laksanakan setelah jam aktif belajar itu selesai. Sebenarnya aku dan yang lainnya tidak butuh jam tambahan karena pada kenyataannya lain saat di lapangan.
Dalam hati tidak ingin melukai perasaan ibu bapak guru yang sudah meluangkan waktu untuk jam pelajaran tambahan. Yang di butuhkan untuk kami itu adalah moral dalam menghadapi ujian nasional dengan dua puluh paket soal berbeda. Memang moral dan kejujuran yang paling di butuhkan pada saat itu.
Itu semua adalah catatan ketika kejujuran menjadi harga termahal bagi seorang siswa tingkat akhir. Baiklah aku ingin sedikit catatan itu sebagai pengingat bagi yang pernah mengalaminya karena mencatat sesuatu yang tidak penting menjadi hobi ku untuk sekarang ini.
Tentang perempuan yang merupakan teman-teman sekelasku itu adalah pelengkap kebahagiaan di kelas XII IPA 1. Tidak ada mereka ruang kelas boleh jadi menjadi sangat sepi.
Mereka sangat heboh dengan hal apapun yang dapat di lihat terkadang sesuatu tidak terlihat pun juga menjadi bahan pembicaraan lumayan heboh. Aku sendiri menyadari pada waktu itu ketika masih benar-benar menulis dengan menggunakan tinta dan kertas untuk mengisi catatan akhir sekolah.
Kalau aku pasti akan rindu pada masa-masa itu. Senyum mereka mengingatkanku pada seseorang yang aku suka. Ya kisah cintaku masih aku ingin hingga saat ini. Kelima teman perempuan yang terlihat itu aku mempunyai cerita yang menarik ketika dulu masih belum saling mengenal.
Hanya ada satu teman yang memang dulu pernah satu sekolah waktu SMP. Dan sekarang menjadi satu kelas. Fivien Luthfia Rahmi Wardani [paling kanan]dan teman yang boleh aku sebut ketua dari mereka berempat.
Bagaikan bos dia mempunyai pengaruh yang lumayan kuat di antara lainnya. Di tambah lagi dia mempunyai daya serang yang ampuh untuk aspek berdebat. Dia sangat cerewet sekali dan juga sering galau kalau urusan laki-laki. Maklum saja namanya juga manusia yang ingin di cintai.
Dan sebelahnya ada Febriana Nurcahyani, temanku yang satu itu sangat lucu dan tidak heran kalau di kelas sering menjadi bahan bully dari teman-temannya.
Aku hanya pengamat saja ketika mereka sedang berbahagia. Dia kurang begitu pandai kalau berurusan dengan mata pelajaran. Dia juga sering menjadi rekan saat remidial ulangan fisika dikelas.
Sering ceroboh dalam mengambil beberapa keputusan dan itu juga dapat berdampak yang lainnya. Dan aku masih ingat ketika dia dan beberapa teman-temannya membully diriku soal cinta.
Aku merasa sakit namun bahagia. Selama aku jatuh cinta dengan orang yang di suka boleh-boleh saja berbahagia dan berkebalikannya. Aku mengenalnya ketika masih kelas sepuluh, dia ada di kelas XA dan aku ada di XE. Cukup itu saja karena masih ada yang lain.
Untuk teman ku satu ini perempuan yang bernama Dian Ari S [Tengah]. Aku mempunyai catatan khusus dia selama tiga periode menjadi teman sekelas.
Aku mengenalnya sejak pertama kali pendaftaran jika ingatanku masih baik atau saat pengumuman penerimaan siswa baru. Yang penting aku pernah mengenalnya.
Boleh jadi, dia masih satu saudara denganku hanya belum mengetahui garis keturunan ada di bagian siapa. Dia terlihat cantik dan banyak laki-laki yang jatuh hati kepadanya.
Namun, aku belum pernah jatuh hati ya ? mungkin aku dan dia berbeda frekuensi. Haruna yang selama ini mempunyai frekuensi sama sepertiku.
“aku ingin mencintainya dan dia ingin dicintai olehku ”. Kelas terasa sejuk ketika mendengarnya mengungkapkan sesuatu saat jam pelajaran berlangsung. Banyak teman-teman menjadi salah fokus.
Lanjut di sebelahnya ada Ayu Rizqi. Teman yang aku kenal sejak kegiatan kemah pelantikan Pramuka golongan penegak bantara. Sebenarnya dulu aku merasa bersalah dengan diri sendiri.
Dia masih mempunyai hubungan istimewa dengan teman sekelasnya pada waktu itu. Dan saat di kelas XI dan XII ternyata sudah menjadi mantan. Aku harap laki-laki tersebut tetap tegar dalam menghadapi keputusan.
Aku mengenal dekat dia pada hari kedua di jalan dekat kebun teh. Serasa mempunyai kekasih. Hanya saja itu kekasih orang untung saja temanku tidak marah ketika melihat pacarnya jalan bareng sama aku.
Dan baru saja aku mengingatnya tidak ada Ayu yang berada di sampingku satu nama perempuan yang bernama Cucun Wing Hikmawati [XC dan IPA 3].
Aku menggandeng dua perempuan sekaligus dari sebelah kanan dan kiri. Sempat terpikir olehku dimana kekasihnya ???
Menjadi beban pikiran saja pada waktu itu. Dalam hati ingin sekali Haruna menemaniku perjalananku. Namun, Tuhan merencanakan yang lain. dan hingga saat ini kami bertiga masih teman baik walaupun sekarang ini belum ada kesempatan untuk bertemu kembali.
Dan yang terakhir ada Fanny Khaqunnisa. Terkadang aku harus mempunyai keimanan yang kuat untuk dapat bergaul dengannya ketika bercanda bersama.
Tidak terlihat buruk memang namun sangat berbahaya kalau sudah berurusan dengan laki-laki. Dia mempunyai pesona yang mematikan. Meskipun dia memiliki catatan buruk di sekolahan tetap saja dia adalah salah satu dari kami [IPA 1].
Apapun yang terjadi dengan dirinya kami semua siap untuk membantu. Dia juga tidak ingin kalah dengan nyonya besar [fivien] kalo urusan cerewet.
Tenaganya sangat luar bias besarnya. Aku sering menutup telingaku ketika mereka semua berkumpul. Memang butuh kesabaran untuk dapat menjadi teman-teman yang baik bagi mereka semua.
Jika kalian memperhatikan dengan seksama tepat di belakang lima perempuan ada dua teman yang sedang sibuk bermain. Jika kalian ingin tahu mereka sedang bermain apa.
Aku harap kalian masih mempunyai cita-cita dan cinta di kemudian hari. Mereka sangat dekat sekali terkadang tidur bersama. Memang kalau sudah menjadi sahabat tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
Pada foto diatas aku sendiri sebenarnya tidak sibuk apa melakukan apa. Hanya berdiri melihat dan mendengarkan teman-temanku yang sibuk melakukan sesuatu.
Tidak akan menjadi sia-sia ketika diamku menjadi sesuatu bagi mereka. Aku mempunyai banyak kisah cinta tentang mereka semua. Karena suatu hari nanti foto itu akan menjadi kenangan.
Untuk saat ini sebenarnya sudah menjadi kenangan. Siapa tahu Hana dan Nata masih dapat melihat catatan Ayahnya ini.
Mata menjadi sangat lelah karena mencatat untuk bagian ini. Selagi waktu masih diberikan kepadaku. Mencatat dan mengingat tetap menjadi hobi yang jarang di lakukan oleh orang lain.
Dan yang terakhir aku harap yang membaca catatan ini masih mempunyai kesadaran untuk terus dapat hidup sampai batas waktu yang telah di tentukan.
Artikel ini telah terbit pada tanggal 28 Maret 2016 23.26 WIB
Salam,