Kebahagiaan di Pantai Selatan

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh Abdul Jalil

Foto Bersama : Tim 2 Dele Jamuren (Jawa) di Sekitar Pantai Serang (-8.3295733,112.2218863,3)

Blitar, 4 Februari 2017. Aku memulai catatan bersama mereka ketika mengetahui untuk pertama kalinya menjadi bagian dari tim 2. Sebagian dari mereka aku lebih dahulu mengenal kecuali tiga teman baru dari angkatan 2016. Sebenarnya ada satu lagi anggota namun pada akhirnya dirinya tidak hadir dalam kesempatan yang menyenangkan bersama tim 2 (sangat disayangkan). Di tim 2 aku adalah seorang ketua tim dikarenakan di anggap paling dewasa (Undip 2013) padahal secara umur tidak jauh beda dengan yang paling muda di tim 2. Karena aku lebih masuk lebih dulu dari pada yang lain jadi, hidupku lebih maju satu langkah. Tetap saja aku menyesuaikan dengan mereka. Pola pikirku yang sangat abstrak membuat mereka masuk dalam perangkap kebahagiaan, tetap saja dari delapan orang yang ada di tim 2 masih ada saja sosok pendiam. Nanti aku beritahu siapakah orangnya. Ya semoga saja kalian yang membaca catatan ini tidak bosan lebih awal.

Aku perkenalkan kepada kalian sekaligus mereka masuk dalam daftar teman di catatanku ini. Untuk pertama-tama aku ucapkan selamat datang di catatan mahasiswa sastra fisika bagian kehidupan pramuka. Untuk kalian yang baru pertama kali membaca catatanku jangan heran ya kalau alur cerita yang aku buat tidaklah runtut, karena aku mencatat bagian paling penting dan bagian yang paling tidak penting. Jadi, untuk cerita biasa saja tidak aku catat di bagian meskipun memori ingatan masih cukup untuk menampung itu semua.

Oh iya hampir lupa aku harus mengenalkan kepada kalian sebelum aku mencatat sesuatu yang lain. Aku mulai dari sebelah kiri (dari sisi kalian melihat foto tersebut). Ada Bayu Purnomo Aji (ITS-UNESA), yang dulu pernah kuliah di ITS (kalau tidak salah hanya 1 tahun saja,setelah itu lulus yang kemudian melanjutkan di Unesa) dia anggota tim 2 paling tidak waras setelah aku. . Kemudian ada Afifatuz Z dari (UGM 2014) bisa dibilang dia perempuan yang dianggap paling normal (atau mungkin lebih tidak normal dari dugaan aku waktu itu) di antara kami semua, mungkin status ketua dewan Racana adalah pengaruh terbesar apa yang ada di dalam dirinya. Karena aku melihat sisi lain dari seorang Zuraidah. Di samping kirinya lagi adalah anggota baru yang belum dilantik oleh dewan Racana UGM yaitu ada Indah Ayu M (UGM 2016) dengan massa tubuh di atas rata-rata (masih terlihat normal) ditambah pipi tembem (semacam roti bakpao) yang sepertinya enak kalau di cubit (tapi aku tidak ingin melakukannya) belum halal bagiku.

Dan berlanjut ke sisi sebelah kiriku adalah satu teman perempuan paling liar dengan presentasi hampir nol persen untuk tingkat kewarasannya. Namun tetap menunjukkan sikap sebagai perempuan muslim yang menjaga aurat, dia adalah Nurul Mahmudah (UNAIR 2014). Tentu sangat berbahaya kalau ada perempuan tapi tidak menjaga auratnya dengan baik. Bisa jadi kaum adam seperti kami (aku, Bayu, dan Fadli) akan gelap mata. Jadi, kalian mengertikan apa yang aku maksud untuk saat ini. Jangan pura-pura tidak mengerti. Kemudian ada satu perempuan lagi yang kali ini 180 derajat jauh berbeda dengan si Nurul yaitu ada Badiul Masudah (ITS 2016) bisa di bilang dia yang paling kecil, imut, sekaligus pendiam (sepertinya masih malu-malu) butuh tenaga ekstra untuk dapat membuatnya tersenyum untuk mengalihkan rasa lelah selama perjalanan berlangsung. Meskipun begitu tetap saja dirinya adalah yang paling menghibur di antara kami semua. Yang terakhir ada Muhamad Khoirul Fadli (UGM,2016) dia anggota baru di Racana UGM dan pastinya dia adalah laki-laki paling muda di antara kami bertiga. Hampir tidak ada bedanya dengan Badiul yang lebih banyak diam atau memang masih malu-malu untuk berkomunikasi dengan para pendahulu di kegiatan latgab 4 perti ini ? Ya semoga saja dirinya tetap bersemangat dalam menepuh perjalanan yang akan dirasa cukup melelahkan. 

Ada satu lagi mahluk hidup yang berwujud manusia sebagai pendamping kami (Tim 2) yaitu ada Arya W (PENS). untuk fotonya ada di bagian bawah kalau ingin melihat orangnya. Cari saja manusia paling beda dan paling sedikit ada foto dokumentasinya. Aku menjaminnya dia lah orangnya. Bersyukur sekali bisa mendapat pendampingan dari Arya karena aku mengenalnya sejak tahun 2016 waktu itu pas ada kegiatan survey bersama latgab 4 perti 2016 di Airlangga. Jadi, di bawa santai saja kalau hari-hari bersamanya.

Salinan IMG_2720

Foto Bersama : Persiapan Sarapan di Kawasan Pantai Serang (-8.3295733,112.2218863,3)

Sebelum melakukan perjalanan jauh, aku dan teman-teman yang lain mempersiapkan amunisi (sarapan), sebagai anggota pramuka kegiatan memasak adalah salah satu hal yang menyenangkan dan sangat sulit untuk di lupakan. Meskipun kami semua belum sepenuhnya pandai menyajikan masakan dengan rasa rumahan, setidaknya kami sudah berusaha dengan sebaik-baiknya agar tidak cepat merasa lapar. Melihat suasana memasak kami semua (kalian merasa tidak ingin melakukannya ?). Sangat menyedihkan jika kalian yang merasa pandai, tidak ingin mencoba satu hal tersebut.

Aku tidak banyak membantu untuk urusan masak-memasak, cukup membantu kalau memang di rasa aku harus melakukannya. Alasanku demikian karena perempuan tidak suka di ganggu ketika sedang masak (aku cukup tahu), kadang suka aneh sendiri kalau masak bersama perempuan (mungkin mereka merasa lebih bertanggung jawab). Tiga laki-laki dalam kelompok mungkin hanya bisa mengacau (tapi sebenarnya tidak demikian). Kalau urusan memasak laki-laki itu lebih kreatif sedangkan lebih rasa. Jadi, kami semua itu berkolaborasi ketika sedang menyiapkan sarapan. Jika bingung dengan apa yang aku maksud mohon di abaikan saja. Karena aku menulis hanya sekedar mengingat sesuatu yang sudah terjadi.

Bahan makanan yang kami bawa semi-instan (tidak hanya mie atau sarden) melainkan sayur dan buah juga ada. Tidak lupa aku juga membaca makanan cadangan (susu sereal /Energen®) pengganti ransum (militer). Jadi, kami tetap menjaga kesehatan selama berkegiatan agar kebahagiaan selalu menemani langkah demi langkah menuju pos terakhir (Pantai Jebring-Blitar).

Seperti yang kalian lihat di foto paling atas sendiri (sudah aku sampaikan) kami bersiap menuju lokasi selanjutnya. Dan mohon maaf kalau tidak semua hal bisa aku catat di bagian ini. Karena keterbatasan waktu dan ingatan selama pembuatan catatan ini.

Salinan IMG_2818

Foto : Melihat Sesuatu

Di tengah-tengah perjalanan yang cukup melelahkan (faktor tanah yang berlumpur) sempat memutuskan sendal mahal milik temanku (aku tidak punya sendal sendiri), jadi, aku memutuskan untuk mencari tali plastik (untuk mengikat) dan seperti foto di atas terlihat jelas kalau kami (aku dan kak Robby) sedang melihat tali sesuatu yang berwarna biru (tali rafia). Yang aku catat sebelum kalimat ini sebenarnya bukan suatu hal penting untuk aku jelaskan. Entah mengapa aku ingin sekali mencatatnya.

Kami semua berjalan sesuai kelompok (pada akhirnya mendapat urutan jalan No.3) pada akhirnya salah satu kelompok dapat tersalip juga (karena sering istirahat). Lelah yang belum bisa di sembuhkan ketika menempuh perjalanan. Terbayar rasa lelah ku dengan duduk di pinggiran batu karang yang langsung menghadap samudra Hindia. Maka, dari itu nikmat mana yang kalian ingin dustakan ? padahal aku hanya duduk-duduk saja, hati ini rasanya senang sekali. Lihat saja fotoku bersama Nurul (pencitraan) terlihat senang dan bahagia (padahal badan pegal-pegal)

IMG_20170204_124720

Foto Bersama : Di atas batu karang (-8.326633, 112.197554)

Di atas batu karang kami tidak berlama-lama duduk. Karena perjalanan masih jauh ke posisi terakhir untuk kami beristirahat. Tidak lupa di perjalanan foto selalu menjadi salah satu hal yang wajib di buat (agar bisa di kenang ketika sudah pulang ke rumah masing-masing). Kalau anak jaman sekarang sering bilang seperti ini “ tidak ada foto sama dengan cerita bohong (No Pict,= Hoax)”. Dan satu saksi hidup itu perlu karena bisa menguatkan foto yang sudah ada. Jadi, cerita mana yang ingin kalian dustakan ? 😊

Untuk urutan pantai memang kadang sering lupa (bisa tanya teman yang tahu). Karena aku melewati banyak pantai. Dan semua pantai yang ada itu bagus-bagus (karena di Grobogan tidak ada pantai). Aku juga melihat pantai dengan pasir putih (Pantai Pudak/-8.325103, 112.203229) begitu indah di pandang mata. Semacam ada surga yang tersembunyi. Untuk foto dengan pasir putihnya mungkin akan menjadi cerita lain dari catatanku ini. Untuk cerita ini sedikit di fokuskan untuk teman-teman satu tim denganku.

IMG_20170204_132957

Foto : Rehat Sejenak di Pantai Keben (-8.324274, 112.194457)

Di pantai tersebut kami istirahat sebentar sebelum melanjutkan istirahat. Namun sayang sekali badan akan terasa lengket kalau aku mencoba untuk mandi air laut (cukup tahu). Apalagi badanku berkeringat dingin dengan otak yang sedang menghangat di tambah juga rasa lapar yang menurutku aneh. Karena aku merasa lapar tapi belum ingin makan (mungkin karena tidak ada jajanan). Tas yang aku bawa tidak lebih besar dari mereka semua (tetap saja berat) bawa saja air dua liter (lumayan). Namun, melihat mereka berdua yang sedang duduk di pinggiran Keben rasa berat perlahan-lahan menjadi ringan. Hiburan yang asyik berkicau bersama mereka.

Pada suatu titik peristirahatan kami (semua tim) menunggu untuk melanjutkan perjalanan sambil tiduran di atas kebun ketela pohon milik penduduk setempat. Sesuatu yang kami tunggu itu adalah peralatan turun tebing siap untuk di gunakan oleh kami. Bukan perkara mudah bagi tim pendahulu untuk membuat memasang peralatan dengan medan yang lumayan sulit.

Salinan IMG_3002

Foto : Sedang Menunggu (-8.323838, 112.188035)

Di sana  hampir membosankan dengan suasana lelah. Sempat aku tertidur dengan keadaan badan basah karena habis melewati kubangan air (-8.324169, 112.192314) dengan kedalaman ± 1 meter. Dari sekian banyak orang yang mengalami basah karena air hanya ada 1 tim lebih memilih untuk melewati jalan lain agar tidak memasuki air (tim dari kak Cantik). Mungkin karena pendampingnya perempuan yang rempong atau bagaimana dan entah aku tidak ingin mengatakan apa pun lagi tentangnya.

Di waktu yang tersisa di antara rerumputan aku menatap ke atas melihat langit yang begitu biru. Cuaca yang masih cerah membuatku ingin bermimpi sebagian tentangnya bermain di tempat yang sedang aku duduki itu (hanya berdua) kalau ada anak-anak kami juga tidak mengapa. Kalimat sebelum ini adalah bercerita tentang keluargaku di masa depan nanti. Namanya juga aku sedang bermimpi akan masa depan. Dan sebagian kisah lagi yang ingin aku wujudkan adalah ketika bersama Haruna bisa mengunjungi tempat-tempat yang menakjubkan di Indonesia. Aku lebih ingin berkeliling ke dalam negeri daripada menghabiskan waktu di luar negeri (kecuali ibadah umrah/haji).

Salinan IMG_3069

Foto Bersama: Dapur Darurat di Jebring (-8.323336, 112.183523)

Hari berganti, catatanku yang sebelumnya juga mungkin bisa di bilang (belum selesai) itu benar. Aku sendiri hampir tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan catatan ini. Di pantai kami semua beristirahat melepas lelah yang teramat sangat namun terbiaskan oleh beberapa teman (mungkin hanya berlaku padaku). Iya aku mengakui “rumput tetangga selalu lebih hijau, tapi belum tentu gurih”. Satu hal tersebut yang masih belum di hilangkan dari muka bumi ini. Percayalah !!!

Sebenarnya kami semua sudah sampai di pantai Princen (-8.323684, 112.187370) sejak malam hari. Keadaan tidak memungkinkan untuk menulis dengan metode kertas. Ada satu metode lagi yang bisa di gunakan namun tidak aku lakukan (mengetik dengan handphone) karena untuk menghemat energi. Malam hari kami berpindah-pindah tempat sebelum ke tempat yang kalian sedang lihat saat ini. Tentu saja karena permasalahan kenaikan air laut yang bisa menuju ketinggian tertentu saat kami sedang beristirahat. Sempat juga beberapa saat kami berteduh di dalam lumayan gua besar (-8.323524, 112.186809) tapi pada akhirnya pindah juga. Iya itulah cerita malam yang tidak jelas dari mana arah alur. Yang penting aku masih menyempatkan untuk membuat catatan ini sudah bersyukur sekali.

Mendingan mencatat hari terakhir sebelum pulang ke Surabaya. Tepatnya tanggal 5 Februari 2017 di pantai Jebring. Pagi buta beberapa dari kami terbangun untuk segera melaksanakan shalat subuh berjamaah di pantai. Pengalaman hidup yang tiada duanya bisa merasakan shalat berjamaah berhadapan langsung dengan alam. Setelahnya kami bersiap-siap untuk membuat sarapan. Untuk menu hari ini begitu sangat istimewa (bergizi) tapi tetap saja berasal dari kaleng.

Dengan senyum kebersamaan dan kebahagiaan kami berusaha untuk membuat sarapan terakhir yang nikmat. Karena waktu tidak akan kembali lagi ke keadaan semula. Jadi, kami tampil percaya diri tinggi. Meskipun hanya ada 2 laki-laki (karena satunya lagi sakit) dan ada 4 perempuan tangguh yang siap sedia memberi rasa yang nikmat untuk sarapan terakhir.

Tidak menunggu lama kami menunggu hidangan pagi siap untuk di nikmati. Aku tidak perlu menjelaskan apa yang sedang kami olah. Kalian bisa lihat sendiri dengan kedua mata yang Insya Allah masih dalam keadaan normal.

IMG_20170205_085402

Foto : Menu Sarapan di Pantai Jebring

Menu sederhana untuk sarapan pagi. Tidak harus mewah namun cukup sebagai obat rindu masakan di rumah yang sudah pasti enak di mulut. Menu makanan yang tersaji semuanya di buat dengan penuh cinta dan usaha yang tidak akan menjadi sia-sia. Karena yang mengolah bahan makanan adalah calon orang-orang hebat di masa depan (Insya Allah salah satunya adalah aku).  Lengkap dengan buah dan minuman buah segar (Nutri Sari).

Jika menu sudah terjadi, maka waktunya untuk segera untuk menikmati. Menu yang nikmat akan terasa nikmat kalau badan sehat, namun hal itu tidak berlaku pada salah satu teman (M K Fadli) karena dirinya sedang sakit. Mungkin, karena efek kelelahan dan perjalanan yang lumayan berat.

Meskipun demikian pencitraan itu perlu agar dokumentasi kegiatan terlihat menarik (seperti memaksakan diri). Kami semua tetap menyemangati Fadli agar sanggup menghabiskan nasi dan lauk yang sudah di siapkan. Kalau kalian perhatikan dari foto di bawah ini. Terlihat dengan jelas  ada peristiwa yang menarik mata. Aku saja belum merasakan manisnya makan bersama sepiring berdua. Kedua temanku malah melakukan satu yang itu (rasanya ingin sekali). Tapi apa daya ku yang sementara sendiri menantikan sosok Haruna, ibu dari anak-anak yang aku cintai di masa depan nanti.

IMG_20170205_090133

Foto : Senyumku Sendiri Kalah Dengan Sepiring Berdua

Suatu hari nanti aku pasti bisa menemukan Haruna membalasnya dengan indah (tidak hanya sepiring berdua) tapi satu keluarga. Hehehehe

Oh iya aku tidak sendirian. Lihat saja senyumnya Badiul (tidak kalah manis), anggap saja sebagai obat hati yang sedang sendiri. Apapun yang aku ketik di catatan ini adalah sesuatu yang masih membekas di dalam ingatanku. Dan mengingatkan kembali kalau dokumentasi itu perlu sebagai tanda bukti  kita pernah hidup di masa lalu sebagai manusia yang hidup !

IMG_20170205_092236

Foto : Mencuci dan Bermain

Setelah memasak dan menikmati sarapan waktunya untuk ku dan Bayu membersihkan peralatan.      Dalam kondisi berada di alam terbuka yang minim sabun cuci, untuk membersihkan bau amis dan lainnya. Pada awalnya kami menggunakan pasir pantai untuk mengurangi itu semua. Iya menurutku itu adalah hal baru yang unik patut untuk di lanjutkan suatu hari nanti.

Sebenarnya kami itu sedang bermain pasir, andai saja kejadian itu di rekam mungkin aku bisa menyimpannya di Youtube dan di masukkan ke blog. Sayang sekali hanya sebuah foto saja tapi tidak mengapa yang penting sudah mewakili.

Antara jadi model atau pembantu untuk melihat-lihat satu perempuan yang terlihat di dalam foto hanya geleng-geleng kepada (sepengetahuanku) dan berpikir kami ini sedang melintasi garis ruang dan waktu bermain pasir seperti anak kecil yang baru pertama menemukan pasir pertamanya. Entahlah apa yang sedang di pikirkan oleh si Ayu. Yang pasti dia hanya melihat kami sedang asyik bermain-main dengan pasir. Kami sebenarnya tidak ingin lama-lama bermain pasir karena masih ada hal lain yang perlu diselesaikan segera (membilas dengan air payau/-8.324222, 112.181759) dan berfoto-foto dengan teman-teman. 

IMG-20170206-WA0003

Foto Bersama : Terserah Dia

Beberapa jam sebelum ke Surabaya, itulah kelakuan kami semua. Mendokumentasikan diri masing-masing dengan harapan dapat mengenang kembali masa-masa itu. Aku sendiri menyadari sangat sulit kembali untuk ke tempat yang sama seperti itu. Maka dari itu aku maanfaatkan sebaik-baiknya bersama mereka.

Iya kalaupun terkesan aneh foto-foto kami “ Terserah” apa yang kalian ingin ucapkan. Aku sendiri hampir tidak peduli dengan hal itu. Di akhir-akhir catatanku ini ingin memberiksan pesan dan kesan kepada teman-teman tim 2 (yang lain juga bisa menyimak). Iya nanti di bagian paling akhir atau bawah menurut kalian.

IMG-20170206-WA0013

Foto Bersama : Gaya Manusia Planet Bumi

IMG-20170206-WA0015

Foto Bersama : Ciee Ada Yang…..

Nah.. di bagian akhir ini aku benar-benar ingin membuat pesan (bukan pesan terakhir ya). Jadi begini isinya :

Untuk Kalian :

Berharap dari kalian yang membaca pesan ini masih dalam keadaan yang sehat dan berbahagia. Demi kalian aku luangkan waktu membuat catatan ini yang sebenarnya sangat memakan banyak waktu luangku. Demi kalian aku rela membuat kebersamaan yang seutuhnya tanpa memandang kita dari mana atau kita akan menjadi apa nantinya.

Malam sebelum bertemu dengan kalian, aku sudah lebih dulu mengenal siapa nama kalian  yang akan menjadi bagian dari kehidupanku beberapa waktu untuk bersama-sama dalam perjalanan menuju kebahagiaan yang kita wujudkan bersama. Kebahagiaan kita memang sederhana bertemu dan tertawa. Tentang rasa sedih bahkan aku sendiri tindak ingin mendapatkannya. Bersama kalian aku mendapatkan banyak sekali pengalaman hidup dari beberapa cerita yang sengaja terucap.

Andaikan, mengetahui lebih awal tentang catatan ini apakah yang ingin kalian ceritakan padaku ? aku memang tidak pandai untuk mengingat namun masih sanggup mengingat sesuatu yang dianggap perlu. Tentang kalian aku menyimpan sebagian kecil kenangan, yang mungkin saja akan menjadi cerita di kemudian hari untuk anak (kami) dan mungkin anak kalian jika mendapat kesempatan untuk bertemu dengannya.

Di kemudian hari kita akan menjadi seorang ibu atau seorang ayah. Yang pasti akan merawat bayi pertama untuk kita masing-masing. Hari-hari kita akan semakin sibuk saat berada di kantor atau saat sedang di rumah karena bertambah satu kehidupan baru dari Tuhan Yang Maha Esa.

Oh iya selagi kita masih menjadi seorang mahasiswa manfaatkan waktu terbaik untuk mengenal lebih banyak lingkungan dan manusia sekitar. Minimal jika di tanya sama anak-anak kita “ Ayah/Ibu, dulu semasa kuliah siapa orang yang pernah mencintai Ayah/Ibu ? ”. Ingat, jangan berbohong kepada anak, karena anak pasti akan meniru kelakuan kedua orang tuanya. Jadi, kita harus memberi pengertian yang baik mengenai masalah cinta. Kita telah mengetahui sendiri bahwa perkembangan anak jaman sekarang jauh berbeda dengan jaman kita dulu. Lebih banyak anak-anak yang mempunyai pemikiran dewasa sebelum waktunya.

Kita tidak harus berjanji satu dengan yang lain kapan akan bertemu kembali sebagai seorang tua . Cukup berjanji pada diri kita masing-masing sanggup untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak tercinta. Jadi, kehidupan ini akan terasa lebih ringan dari prakiraan sementara bahwa banyak yang mengira hidup ini berat (berat bagi yang tidak banyak bersyukur). Cukup itu saja dari ku. 

Jika pesan ku ini memang kurang berkualitas anggap saja sampah untuk memori kalian. Aku hanya memberi sedikit pancingan selebihnya “ berimprovisasi” masing-masing sesuai kebutuhan hidup di masa mendatang. Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca hingga bagian ini.

 

 

 

 

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →