Keindahan Haruna dan Bukit Senja

keindahan haruna dan bukit senja

Update Terakhir: 24 Juli 2022 Oleh Abdul Jalil

Semarang, 22 April 2015 – Andai saja yang lain ingin tahu aku hanya sanggup menjawab dengan dua kata “datang saja”. Tempat ini tidak mudah untuk diceritakan bagaimana dengan keadaannya. Tidak ingin merasa membohongi siapa pun dengan keindahan maupun kebahagiaan.

Datang dan melihat langsung jauh lebih baik sebelum berbalik bertanya. Hanya beberapa teman yang merasa memiliki kedekatan dengan tempat seperti itu. Siapa pun boleh saja datang ke tempat itu. Tentu gratis dan Insya Allah dapat ilmu juga.

Karena tempat ini juga sebagai titik berkumpulnya mahasiswa yang mengakui sibuk dengan aktivitas pengangguran.

Sudah dalam waktu yang lama tempat itu menjadi bagian dari kisah yang belum dapat dipisahkan dengan begitu saja. Suasana senja di temani oleh sebuah buku dan bantal tidur merupakan pengalaman yang susah untuk dibeli dengan kesedihan.

Terkadang aku bermimpi  dapat mengajar Haruna untuk menemaniku membaca buku dan berdiskusi tentang alam ini dapat bekerja dengan begitu baiknya. Aku mengenal Haruna sebelum menemui tempat yang seperti itu.

Namun, mimpi terus memberi tahu tentang sebuah tempat tak asing lagi untuk kehadiranku. Dia akan senang jika dirinya mengetahui ada tempat yang tenang dan nyaman untuk memulihkah daya imajinasinya.

Dalam mimpi aku bertemu Haruna dengan memakai kerudung berwarna merah dengan kendaraannya. Tanpa aku mengetahui bagaimana dengan rupa hanya saja dari belakang terlihat dengan jelas itu adalah tanda dia ingin aku temui.

Buku yang aku bawa tentu ada kaitannya dengan Haruna dan tempat itu. Tertulis dengan jelas bagaimana penulis buku ingin sekali mengungkapkan bagaimana harus memilih antara cinta dan cita cita.

Sebenarnya aku lebih untuk memilih kedua dengan alasan “untuk mencintainya aku membutuhkan cita cita untuk menulisnya”. Kisah dulu hingga sekarang adalah bagian dari cinta dan cita cita bagi orang yang mengetahuinya.

Foto Pribadi : Membaca Buku Di Bukit Senja Bersama Bitorian Richy Ashwido

Membiarkan cinta untuk bekerja dengan cita cita penggunanya. Aku dan beberapa teman yang biasa hadir dalam forum bukit senja selalu mengingatkan untuk saling membantu satu sama lainnya sekalipun itu adalah musuh bebuyutan.

Dalam hal ini aku ingin menuliskan bagaimana salah satu tujuan untuk menjadi seorang manusia yang lain dari manusia normal pada umumnya. Biasa orang mencari teman untuk dijadikannya sahabat atau kekasih. Hanya beberapa manusia yang mempunyai keinginan mulia untuk mencari musuh.

Dengan sudut pandang yang luas musuh tidak selamanya menjadi sesuatu yang perlu dihindari namun perlu untuk di perhatikan. Tidak akan menjadi sia-sia berurusan dengan beberapa musuh di dalam kehidupan ini.

Karena sejak di tinggal oleh seseorang yang belum sempat memberinya salam perpisahan aku merasa sahabat adalah suatu keadaan yang belum pernah aku  jumpai. Setiap hari aku bertemu dengan beberapa nama yang mengakui mempunyai seorang sahabat sejati.

Namun, aku merasakan masih terdapat dinding penghalang diantara keduanya. Tentu,aku sempat untuk berpikir kembali tentang tulisanku itu. Untuk saat ini aku belum bisa menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi karena berbeda sifat dan keadaan untuk dapat menjelaskan hanya di miliki orang orang tertentu selain aku.

Keindahan yang ternilai dengan kalimat dan kebahagiaan yang tercipta dengan suasana. Datang saja jika ingin mengetahui bagaimana itu menjadi kisah bagi beberapa orang yang pernah menjadi bagian dari catatan ku. Aku mengakhiri dengan beberapa kalimat sebagai pesan untuk perdamaian yang selama ini masih menjadi kebohongan dari pihak pihak yang kurang bertanggung jawab.

“ Tidak mudah untuk mengatakan kebaikan sebenarnya jika hanya mengandalkan ilmu yang berbatas pengetahuan. Sejak dahulu Imajinasi mampu menjelaskan bagaimana pengetahuan itu membisu dan mengubah suatu keadaan menjadi lebih dinamis ”(Abdul Jalil)

Artikel ini telah terbit pada tanggal 20 Januari 2016 13.45 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *