Update Terakhir: 9 Februari 2021 Oleh Abdul Jalil
Madura – Waktu itu aku dan teman ku kembali melintasi jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura. Terakhir kali ke pulau Madura seingatku akhir bulan Agustus 2015.
Salah satu alasan mengapa aku ke Madura tidak lain ya ingin main. Karena kebetulan sekali si Ipon ingin memulangkan motornya yang sudah waktunya membayar pajak tahunan (bahkan plat motonya sudah mati). Mau tidak mau motor harus kembali Madura untuk di registrasi di samsat Jatim.
Aku dan Ipon berangkat dari Semarang tepat tanggal 3 Maret 2020. Jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) menjadi prioritas kami. Perjalanan kami awalnya lancar-lancar saja, namun ketika sampai di kota Demak sepertinya kami memang tidak beruntung deh. Hehehe
Mungkin kami lagi apes aja
Kami tidak mengetahui jika diujung jalan (aku lupa nama jalannya) ada operasi polisi. Bodohnya lagi kami dengan pedenya lewat jalur cepat (motor tidak boleh lewat jalur itu) . Jadinya kena deh.
Meskipun kami sudah membawa surat-surat lengkap, namun kami tetap saja salah karena melanggar rambu lalu lintas. Hebatnya lagi kami masuk kelompok terakhir yang kena tilang sama pakpol. Ya sudahlah… akhirnya terima nasib saja, namun aku sendiri tidak ingin mengikuti sidang dan tidak ingin juga membayar (suap) ke pakpol.
Syukurlah kami tidak harus datang kembali hanya untuk membayar denda ke pengadilan. Bisa repot jadinya dan mungkin perjalanan selanjutnya akan batal kalau sampai hal itu terjadi.
Baca juga:
Karena kami sejak awal memang mengetahui sistem e-tilang sudah berlaku secara nasional, akhirnya berhasil melobi pakpol. Kami bisa langsung membayar denda melalui aplikasi e-tilang. Pembayaran e-tilang bisa menggunakan Virtual Account BRI (BRIVA). Tidak perlu waktu lama untuk menyelesaikan pembayaran.
Gass pool menuju “Jembatan Suramadu”
Akhirnya perjalanan ke Madura kami lanjutkan setelah Isya. Perjalanan malam bersama Ipon waktu itu merupakan pengalaman yang luar biasa. Hujan badai di jalan Pantura memaksa kami untuk terus melanjutkan perjalanan, jika tidak kami pasti akan terlambat sampai di tujuan.
Bisa dibilang perjalanan malam dengan menggunakan sepeda motor di saat hujan badai adalah pilihan buruk waktu itu. Tapi aku menyukai pilihan buruk tersebut. Jika kalian menganggapku orang yang sembrono, ya itulah aku.
Setelah melawati hujan badai yang cukup ganas dijalan Pantura keesokan harinya sampai juga di rumah Ipon (kalau gak salah ya sekitar jam 5 pagi). Melewati hujan badai memang penuh risiko dan salah satunya terjadi kerusakan pada bagian belakang motor Supra X (tepatnya di bagian lampu belakang).
Baca juga: Dolan Ning Boyolali
Perawatan dulu di bengkel resmi Ahass
Daripada muncul kerusakan yang lebih parah, dengan segara aku membawa motorku ke bengkel Ahass terdekat. Ya sekalian mengganti suku cadang yang rusak di beberapa bagian. Karena hari esok aku dan Ipon harus kembali ke Semarang. Jadi, kondisi motor harus prima.
Ucapan selamat tinggal kepada Jembatan Suramadu, satu saat nanti pasti aku akan kembali lagi sekedar untuk mengucapkan selamat pagi. Ratusan kilometer jarak sudah pernah aku lalui, bukan hal yang sulit untukku ketika masih muda untuk menjelajahi beberapa kota di pulau Jawa.
Dokumentasi terakhir yang bisa aku bagikan kepada kalian untuk menikmati cerita yang sudah pernah terjadi. Aku dan Ipon ingin kembali menyelesaikan urusan (terutama tugas akhir). Masih banyak kisah yang ingin aku bagikan. Jadi, tunggu saja ketika waktunya telah tiba.
Catatan Akhir Kuliah #84
Salam,
Rekomendasi artikel perjalanan menarik lainnya di Hiroeshy.com