Kembali Pulang dan Bermain Dengan Alam

Update Terakhir: 24 Juli 2022 Oleh Abdul Jalil

Boyolali, 24 Desember 2015 – Waktu itu aku merasakan seperti kembali ke masa kecil. Aku dan teman-teman bermain dengan alam sekitar yang masih asri. Melupakan kehidupan kampus sejenak untuk menikmati suasana yang luar biasa.

Di kota Semarang tidak akan menemukan hal seperti ini. Aku masih yakin suasana di sana adalah masih bersih. Polusi udara  tidak banyak dan separah kehidupan di kota besar seperti Semarang. Dengan kata lain “ Semua ini adalah keindahan-Nya ”. Nikmat mana yang aku dustakan ? jika berdusta dengan nikmat ini sama saja aku sudah menghina sang Pencipta semesta alam ini.

Kebahagiaan dapat bermain dengan alam sangat mudah di jumpai jika mengetahuinya. Karena bermain dengan itu sangat murah. Tidak heran bagiku jika ada anak kecil foto itu pandai memainkan sesuatu yang seru bermodalkan daun, batang, ranting, dan apapun itu yang memang sudah tersedia di alam.

Dan bisa di lihat bagaimana ekspresi dari salah satu teman perempuan yang sangat gembira bisa memainkan sesuatu. Benda yang dia mainkan itu adalah sebuah batang kecil yang berwarna merah dari daun singkong lalu dikaitkan dengan jari telunjuk dan cara memainkannya itu dengan cara menggoyangkan jari tangan untuk dapat memutarkan batang singkong tersebut.

Foto Pribadi : Abdul Jalil (Undip) dan Alam Sekitar

Jika ingin lebih jelaskan perlu praktis langsung di tempat. Kalimatku tidak cukup untuk menjelaskan proses fisis dari permainan batas daun singkong. Dan ada permainan seru lainnya yang aku beri nama Peluncur Kebahagiaan”.

Karena siapapun yang baru pertama memainkannya muncul perasaan yang sangat bahagia. Aku adalah salah satu orang yang baru pertama melihat permainan tersebut. Yang aku tahu itu waktu di sana aku memainkan “Kinciran Batang Singkong”. Bahan yang digunakan sangat sederhana sekali hanya bermodalkan daun alang-alang.

Jika perhatikan anak kecil itu, dia sedang memegang selembar daun alang yang siap untuk dimainkan. Aku bingung untuk menjelaskan bagaimana cara mainnya itu karena baru pertama kali melihatnya dan bisa memainkannya.

Intinya  hampir semua permainan yang berasal dari alam itu dapat memberi kebahagiaan melebihi kebahagiaan permainan anak jaman sekarang. Itu kalau yang merasa sadar. Jika tidak juga sadar akan kebahagiaan masa lalu anggap saja mereka masih ada didunia ini.

Lama bermain dengan sesuatu yang hijau-hijau hampir lupa untuk kembali ke tempat asal. Keadaan ku juga masih lapar karena belum sarapan sejak pagi hari. Namun, aku merasa nyaman saja dengan perasaan seperti ini.

Mungkin, karena ada teman-teman dimana mereka adalah bagian dari energi untuk beraktivitas. Dan mudah bagiku untuk dapat mengatakan kalau aku ini sangat bahagia yang entah disebabkan oleh apa. Karena aku sendiri juga bingung mengapa aku disaat itu bisa bahagia.

Aku pikir waktu itu tidak ada kehadiran seorang Haruna. Namanya juga bahagia bisa jadi dia sedang berbahagia juga karena aku juga dalam keadaan yang berbahagia. Jadi, inti dari catatan ini adalah “ aku masih bahagia”.

Kembali ke alam untuk bermain dan mengingatkan sesuatu agar kita lebih bijaksana dalam menjaganya. Dia sangat bijaksana dalam menciptakan sesuatu. Tidak ada ciptaan dari-Nya yang berlaku sia-sia. Aku yakin alam akan selalu menjaga kita kalau dirinya dijaga oleh kita sebagai manusia, sesama makhluk hidup memang perlu saling menjaga satu dengan yang lain.

Catatan kali ini aku tulis tidak mempedulikan tentang tanda baca. Ya maafkan aku sebagai yang menulis catatan ini. Aku bukan laki-laki yang baik untuk dapat menulis sesuatu yang bak.

Jadi, aku menulis sekedar menulis untuk mengisi waktu luang dari pada harus menganggur dan sejarahku juga bagian dari kehidupanku yang perlu aku tulis. Siapa tahu dimasa depan orang-orang akan mencari tahu tentang masa lalu seorang Nakata. Salam lestari dari aku untuk semua yang masih mengenali aku.

Artikel ini telah terbit pada tanggal 003 Februari 2016 15.18 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *