Kencan Pertama: Mulai dari Senyum Berakhir dengan Harapan

Update Terakhir: 29 Januari 2025 Oleh Abdul Jalil

Sabtu pagi yang cerah mengawali hari dengan kebahagiaan. Hari ini (25/01) aku akan bertemu dengan seseorang dan bisa dibilang merupakan kencan pertama. Tenang saja. kalian tidak salah baca judul.

Setelah melewati tahun-tahun ‘menjomblo’. Akhirnya awal tahun 2025 memiliki seorang kekasih yang bisa aku sayangi dan dimanja. Di sini aku tidak akan bercerita secara gamblang kapan dan di mana kami berkenalan.

Namun, jika seseorang bertanya secara langsung, aku akan menjawabnya dan kalian pasti akan bertanya-tanya “kok bisa?”

Biar gampang menyebut namanya di sini. Aku akan gunakan nama “Una” saja . Ya! Itu adalah potongan dari nama Haruna.

Sebelum berangkat menuju ke Kota Semarang aku sudah mempersiapkan segalanya yang sekiranya dibutuhkan. Sedikit rempong, tapi tidak menyurutkan niatku untuk bertemu dengan Una.

Pukul 06:30 aku berangkat dan sampai di kosnya sekitar pukul 08:00. Waktu yang aku habiskan setengah jam lebih lama karena macetnya jalanan di Kota Semarang.

Saat pertama kali melihat Una jujur saja aku sempat salah tingkah, tapi hal itu bisa teratasi dengan mudah sambil mengambil beberapa buah ‘ciplukan’ matang yang kebetulan tumbuh subur di pinggir jalan. Hihihi

Kemudian, aku mengajaknya ke PMI untuk menemaniku donor darah yang pada akhirnya gagal lagi untuk ke sekian kalinya. Padahal jika berhasil, bingkisan pertama itu akan ku berikan untuknya.

Sejak kegagalan terakhir. Aku bertekad akan memberikan bingkisan itu kepada Una. Tujuanku agar dia bisa merasakan isi bingkisan yang biasa aku makan. Apalagi yang memberikannya dari orang tersayang.

Karena gagal donor darah. Aku tidak bisa berlama-lama di PMI. Lalu aku bertanya kepadanya “Apakah pernah ke kampus Undip”. Ternyata dia pernah sekali ke kampus Undip Tembalang waktu ujian SBMPTN di tahun 2016.

Kesempatan bagus untuk mengajaknya ngobrol di tempat berkumpulnya mahasiswa Undip, yaitu Jogging track (ruang terbuka hijau). Tempatnya adem dan cocok untuk ngobrol santai. Namun, jauh-jauh hari si Una telah memperingatkanku kalau dia sebenarnya wanita yang sangat pemalu.

Terlebih lagi Una belum pernah berkencan dengan pria mana pun atau bisa dibilang aku adalah pria pertama yang menjadi kekasihnya. Saat mengetahui hal itu. Aku pun langsung berdoa minta sama Allah agar bisa menjadi yang pertama dan terakhir baginya.

Aku ingin berdoa yang baik-baik agar impianku bisa terwujud menjadi momen kebahagiaan sejati bersama Una.

Una Membuatku Bahagia

Ada saja hal-hal lucu ketika ngobrol dan Una berhasil membuatku kembali menjadi pria bahagia. Ku pikir hari-hari akan selalu menjadi pria kesepian meskipun aku menyayanginya. Ternyata dia gagal menjadikanku sebagai pria kesepian.

Ketika aku menggodanya dengan senyuman yang tertuju padanya. Una langsung mengalihkan wajah karena saking malunya melihatku tersenyum.

Aku melakukannya karena dia wanita pemalu bertemu orang baru sekedar untuk ngobrol santai. Ya aku sudah mengatakan di paragraf sebelumnya. Sesekali aku memang harus menggodanya. Hihihi

Ngobrol bareng Una lumayan lama banget. Aku harus segera mengakhirinya karena sudah merasa lapar. Tidak lupa, mengabadikan kencan bersama Una merupakan hal wajib. Karena kalau dilihat-lihat kami itu seperti anak kuliahan.

Kalau Una sih cocok-cocok saja karena badannya tergolong kecil, pakai batik pula, dan yakin banget misal aku gendong pun rasanya seperti bawa tas carrier 60L. Hihihi

Sebelum nganterin Una pulang ke kosnya. Aku sempatkan untuk mengajaknya keliling kampus Undip saat ini. Tentu keadaannya sudah banyak berubah ketika dia datang pertama kali pada waktu itu.

Hari sudah juga semakin sore, hujan akan segera turun. Mampir dulu lah buat makan mie ayam dekat kontrakanku ketika masih menjadi mahasiswa. Ngobrol bareng Una membuatku lapar dan pipiku pegal banget karena kelamaan tersenyum.

Ketika duduk, aku masih saja memandanginya sambil menikmati seporsi mie ayam. Rasanya bakal kangen banget pasti ketika sudah pulang.

Perjalanan Pulang

Langit di sisi selatan gelap banget, tidak lama lagi kemungkinan besar akan turun hujan. Setelah selesai makan dan salat Asar. Kami bergegas pulang dan tancap gas menerobos kemacetan di Tembalang.

Momen ketika pulang inilah yang kami berdua tidak pernah lupakan. Tidak bisa dibilang kebut-kebutan sih, tapi aku berkendara memang relatif cepat agar tidak sampai kehujanan.

Aku tetap membawa jas hujan untuk jaga-jaga saja. Aslinya ya malas saja kalau buka jok motor. Hihihi

Meskipun begitu, ketika sampai di daerah kota Lama cuaca terlihat baik-baik saja. Rasa-rasanya seperti kena prank. Bagiku tidak masalah selama Una bisa nyaman menikmati perjalanan pulang.

Aku rasa Una juga menikmatinya. Semoga rasa sayangku padanya tetap abadi. Aku tidak peduli dengan ending-nya akan seperti apa, tapi hari ini aku senang bertemu dengannya.

Tidak lupa aku juga bertanya “Sayang, hari ini seneng nggak jalan sama mas?”. Lagi-lagi responnya membuatku ingin terus bersamanya, tapi sayang sekali aku harus segera pulang.

Pada akhirnya aku dan Una harus berpisah dulu untuk sementara waktu. Lain kesempatan aku ingin bertemu lagi. Karena itu adalah sebuah harapan sederhana untuk mencapai tujuan mulia di kemudian hari.

Una, mas sayang padamu! ❤️

Salam,

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *