Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh


Kenangan pasir putih pantai Malang ternyata tidak lengkap rasanya kalau belum merasakan asinnya lautan yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Terlihat elok sekali air asin di sekitar kami. Sengaja aku memisahkan diri dan bertukar tempat dengan salah satu teman dari UGM.
Momen di atas perahu tidak kami sia-sia kan begitu saja. Banyak kamera henpon yang siap untuk mengabadikan wajah-wajah kami. Aku sendiri dalam 2 hari belum merasakan mandi air tawar dan tak pula memandikan dengan air asin, Boleh jadi lengket semua aku badan.
Keceriaan kami begitu indah, manis , dan mahal harganya. Aura eksotis aku tersenyum kepada lautan biru. Aku sungguh mencintaimu. Kapan ya aku bisa melamarmu (Haruna) dan membawamu kesana bersama-sama keluarga bahagia kita.
Lautan biru menjadi saksi bisu yang tidak dapat di harapkan kesaksiannya antara aku dan mereka teman-temanku. Hanya kami manusia yang masih dapat di harapkan untuk saling berbagi pengalaman kepada lainnya.
28 Februari 2016, “kami yang disana berharap waktu itu masih ada untuk keberlangsung hidup anak cucu kita masing-masing.” Sebuah ungkapan singkat entah semua memahami atau tidak yang pasti anak cucu kami akan segera mengetahuinya kalau waktu memang sudah di takdirkan untuk diketahui oleh mereka (Hana dan Nata).