Update Terakhir: 12 Agustus 2024 Oleh Abdul Jalil
Mahasiswa dan pergaulan bebas merupakan dua hal yang sekarang ini mungkin sangat sulit dipisahkan. Alasan menulis artikel ini karena ada seseorang teman yang meminta untuk membahasnya menurut sudut pandang saya.
Saya tidak keberatan untuk hal itu, mungkin saja ada pihak-pihak yang merasa tersindir dengan apa yang saya tulis ini. Namun, dalam konteks artikel ini saya tidak ingin menyebut nama siapa pun.
Artikel ini saya buat berdasarkan pengamatan pribadi dan penelitian lintas platform. Saat waktu luang terkadang saya berselancar di dunia kegelapan untuk mencari informasi sensitif.
Selama kurang lebih 8 tahun terakhir ini saya banyak menemukan informasi penting. Beberapa informasi akan saya bahas di sini. Semoga kalian bisa membacanya dengan pikiran yang jernih.
Mahasiswa, kita bisa menyebutnya sebagai seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas, institut, sekolah tinggi, atau akademi. Sedangkan pergaulan bebas itu sendiri dapat kita artikan sebagai salah satu bentuk perilaku yang menyimpang.
Pergaulan bebas tentu saja perilaku yang sudah melewati batas-batas norma dalam kehidupan bermasyarakat. Contohnya ada banyak seperti pakai narkoba, minum alkohol, hingga seks bebas
Selama menjadi mahasiswa, saya cukup sering melihat dua hal yang mungkin sudah lumrah di kalangan mahasiswa, yaitu alkohol dan seks bebas. Bahkan dulu saya sempat berpikir setiap orang yang berpacaran lebih dari 2 tahun, memiliki kecenderungan melakukan seks bebas. Perilaku minimalnya adalah kirim foto gumpalan lemak atau sebatang rudal, VSC (video call sex), atau mesum di tempat-tempat tertentu.
Kalau alkohol, saya berasumsi hanya golongan tertentu saja yang memiliki uang jajan lebih, dan bisa masuk ke tempat-tempat mahal. Kenapa saya bisa menyebut “tempat-tempat mahal?”, Karena rata-rata mahasiswa minum alkohol itu tidak di pinggir jalan.
Jika minum alkohol dan seks bebas merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa tertentu. Saya jadi berpikir memiliki alasan mengapa kedua hal tersebut bisa terjadi, antara lain:
Minum Alkohol Dianggap Keren
Bukan jadi rahasia lagi jika minum alkohol itu merupakan sesuatu yang dianggap keren oleh beberapa orang, khususnya di kalangan mahasiswa. Di beberapa media sosial saya sering menjumpai anak-anak muda yang memamerkan botol alkohol dalam keadaan mabuk.
Bahkan dalam satu ruangan terdapat 2 wanita mabuk dan 5 pria di sekelilingnya. Kita sebagai orang awam, pasti mengetahui ending-nya akan sepertinya apa. Hihihi
Sepengetahuan saya, alkohol itu bisa bermanfaat untuk menghangatkan tubuh jika dikonsumsi dalam batas wajar. Tapi kalau di sini sudah beda cerita, 1 botol besar pun bisa habis sendirian.
Efek buruk dari minum alkohol melebihi batas wajar tentu saja mabuk. Seseorang jika dalam keadaan mabuk, sudah pasti tidak bisa membedakan lagi mana perbuatan baik atau buruk.
Mungkin dalam pikiran orang yang mabuk hidup ini begitu enjoy. Karena saya sendiri tidak pernah mabuk karena minum alkohol.
Walaupun belum pernah minum alkohol (minuman keras), saya ingat betul bau alkohol itu sangat menyengat sekali di hidung. Mungkin saya mengartikannya berbau “tengik”.
Beberapa kali pernah melihat teman mabuk, stres karena masalah keluarga di rumah, masalah di kampus, dan paling baru sih masalah cewek selingkuh. Dalam ia posisi mabuk, saya tidak bisa bertanya alasan melakukannya.
Pada akhirnya, saya memiliki kesempatan tanya sebagai seorang teman, dan jujur saja tidak bisa berkata-kata. Saya tidak bisa menyalahkannya, dan tidak bisa pula membenarkan perbuatannya. Selama dia tidak menyakiti orang lain ketika sedang mabuk, saya biarkan saja!
Seks Bebas Merupakan Kegiatan Menyenangkan dan Menantang
Akhir-akhir ini saya sering melihat konten di media sosial dengan istilah “skandal miskin“. Entah siapa yang bikin istilah tersebut, tapi hal itu benar-benar relate dengan apa yang terjadi saat ini.
Biasanya “skandal miskin” itu terjadi di kalangan orang-orang yang tidak memiliki duit cukup untuk melakukan seks di hotel atau penginapan. Pada akhirnya lebih memilih ke tempat-tempat umum, kadang ada di kebun bambu, kebun pisang, di hutan, dan lain sebagainya
Bagi mereka yang melakukan seks di tempat-tempat tidak biasa, mungkin merasa bosan melakukannya di kamar kos-kosan, kontrakan, dan takut tetangga sebelah mengetahuinya.
Namun, di kalangan mahasiswa biasanya tidak akan melakukannya di sembarang tempat. Paling minimal ya kos-kosan atau kontrakan. Kalau ada duit lebih, atau punya pacar tajir minimal hotel bintang 4.
Tadi saya juga sempat menyinggung di awal. Kalau setiap orang yang berpacaran lebih dari 2 tahun, memiliki kecenderungan untuk melakukan seks. Bahkan baru 6 bulan saja sudah bisa lepas baju untuk melakukan oral seks.
Faktor yang mempengaruhi bisa saja pacaran sama cowok brengsek, cewek tolol, tidak sengaja momennya pas, atau rasa penasaran yang tinggi bagaimana rasanya hubungan seks itu seperti apa.
Di artikel ini pernah bertanya langsung kepada seseorang yang tidak bisa saya sebutkan. Dulu saya bisa melakukan satu pekerjaan yang tidak semua orang bisa melakukannya dan faktor tidak sengaja. Hihihi
Saya melakukan pertemuan dengannya di sebuah tempat yang cukup tenang di pagi hari dekat dengan perairan. Selain itu, bukan tempat yang sepi.
Dari sekian banyak obrolan yang pernah saya rekam, di bawah ini yang bisa saya tulis ulang. Hampir tidak ada perubahan yang signifikan. Jadi, apa yang yang saya tulis ini fakta langsung dari orang yang bersangkutan.
“Kenapa kamu melakukan hal itu bareng pacarmu?”
Dia menjawab “Karena keadaan yg dukung, dan lagi sang*e mas. Awalnya cuma ci*uman saja, terus lama-lama jadi pengen gitu (nge-seks). Habisnya gak tahan mas, kalo mas posisi kayak aku lagi sang*e mungkin juga bakal gitu“.
Ya benar juga sih apa yang dia katakan, tapi posisinya pacar saja saya tidak punya. Kemudian saya menanyakan pertanyaan kedua.
“Jangan-jangan kamu sudah ha*mil ya Nduk?” –
“Gak mas, pacarku tau mas kalo mau keluar langsung dicabut itunya. Jujur saja mas aku gituan sama pacarku cuma pengen gesek-gesek aja, udah enak, tapi pacarku kayak maksa gitu mas, pengen lebih. Yauda deh daripada marah, aku iya’in aja itunya masuk ke anuku. Mas gak akan bilang ke temen-teman kan kalo aku udah pernah gituan?“
Kemudian saya menanyakan pertanyaan ketiga, ya kurang lebih seperti ini.
“Kamu nge-seks bareng pacarmu gak takut hamil atau kena penyakit HIV?”
“Ya takutlah mas, aku baru 2x itu bareng pacar. Aku tau mas yg aku lakuin ini salah, tapi aku gak pengen kehilangan pacarku mas karena sudah sejauh ini. Jadi yang kedua dia pake pengaman mas, aku yg minta kalo mau masukin” – Jawaban darinya
Terakhir, saya mengajukan pertanyaan terakhir.
“Kamu puas saat berhubungan seks, dan ada niatan berhenti gak?“
“Jujur saja mas aku sebenarnya pengen berhenti, tapi rasanya sulit kalo pacarku minta. Lagian aku juga ngerasa nyaman saat gituan mas, ternyata gini ya rasanya malam pertama. Selama sama-sama nyaman yaudah deh, aku gpp meskipun sudah gak perawan lagi“.
Setelah beberapa jam ngobrol, sambil membujuk saya agar tidak bilang ke teman-teman dan orang tuanya. Dia memberikan penawaran untuk servis “rudal” atau nge-seks di kontrakan.
Saya ditawarin seperti itu di dalam hati saya sebenarnya gak nolak, tapi kondisi kontrakan yang gak pernah sepi, dan saya ini cupu soal gituan. Akhirnya ya milih jawab “gak bisa” (dalam hati asem-asem kesempatan nih). HIhihi
Selain itu ada pertimbangan lain yaitu, jika saya melakukan itu bersamanya, sama saja sudah merusak kepercayaan untuk menjaganya sebagai kakak.
Kemudian saya hanya bisa memberikan nasihat sebagai kakak. Dia menangis karena mendengar apa yang saya sampaikan, akhirnya saya memeluknya, dan mengusap air matanya.
Dari beberapa pertanyaan yang pernah saya ajukan ke seseorang tersebut, sedikit membuktikan kalau keadaannya tertentu bareng pacar itu sangat mempengaruhi hasrat untuk berbuat lebih dan melakukan hal-hal di luar batas.
Beberapa jawaban yang tidak saya tampilkan, berhubungan seks itu memang sangat menyenangkan dan menantang. Dia bilang kepada saya di lain kesempatan, bahwa dia sering melakukan oral seks/seks di ruang tamu, kamar mandi, dan halaman belakang rumah,
Saya harap kalian yang membaca catatan ini bisa menyikapinya dengan bijak. Cukup sulit bagi saya membahasnya secara lebih detail dan terarah. Seorang amatir seperti saya, ya artikel ini yang bisa saya saya buat.
Kesimpulan Sederhana
Kalau disebut kesimpulan, artikel ini sebenarnya belum sepenuhnya sempurna. Artikel yang bagus dan terstruktur memang butuh usaha lebih. Tapi dari artikel yang sudah saya buat, paling tidak sudah ada kesimpulan.
Kesimpulan sederhana (anggap saja gitu), Tidak semua mahasiswa itu terjerumus dalam pergaulan bebas. Hanya mahasiswa tertentu yang melakukan hal itu. Apa yang mereka lakukan tentu saja ada faktor pendorongnya.
Dalam konteks artikel ini, faktor pendorongnya belum saya jelaskan secara detail.
Untuk artikel lebih detailnya sendiri, mungkin saya ingin mengusahakan membuatnya di artikel lain atau melanjutkan yang sudah ada. Semoga saya masih memiliki kesempatan menulis.
Sekian dari saya, dan terima kasih!
Salam,