Update Terakhir: 28 Juli 2024 Oleh Abdul Jalil
Saya adalah salah satu orang yang sudah mencoba hampir semua aplikasi APRED (Agen Penjual Efek Reksa Dana). Setelah beberapa tahun menggunakan aplikasi APRED. Akhirnya saya memutuskan untuk memindahkan semua unit Reksa Dana ke dalam satu aplikasi saja.
Contoh APERD yang ada di Indonesia itu adalah Bareksa, Bibit, Tanmaduit, Pluang, dll. Setiap aplikasi memiliki keunggulan masing-masing, dan satu hal yang pasti aplikasi yang ada saat ini benar-benar bisa menawarkan kemudahan dalam berinvestasi.
Berkat hadirnya aplikasi-aplikasi keren tersebut, sebagian besar masyarakat mulai tersadar betapa pentingnya mulai berinvestasi sejak dini. Tapi saya tidak akan membahas secara detail mengenai hal itu. Karena saya ingin fokus mengenai judul di atas.
Awal Mulai Berinvestasi Reksa Dana
Seperti yang sudah saya sampaikan di paragraf pertama Ketika awal-awal mulai berinvestasi Reksa Dana. Saya menggunakan beberapa aplikasi untuk menemukan yang cocok, efisien, dan bisa memberikan manfaat paling banyak.
Fitur-fitur di aplikasi APERD khususnya keluaran perusahaan non perbankan, saya akui banyak yang cocok untuk semua pemula (99,99%). Saya sangat yakin banyak yang sependapat.
Namun, kalau sudah ngomongin dari sisi efisien atau tidaknya, dan juga manfaat (benefit). Belum tentu banyak yang sependapat. Hal itu dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah biaya transfer atau biaya deposit.
Nilainya tentu sangat beragam tergantung kebijakan masing-masing perusahaan. Ada yang menetapkan tarif 1,5% dari biaya transfer dari e-wallet ke aplikasi APERD. Ada pula yang langsung pasang tarif setara BI Fast (tergantung jenis bank yang digunakan).
Intinya ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk berinvestasi Reksa Dana di aplikasi APERD non perbankan.
Kemudian, masalah jumlah aplikasi yang dipakai. Jika bisa menggunakan 1 aplikasi APERD, kenapa harus menggunakan 2? Itulah satu pertanyaan yang pernah saya tanyakan ke diri sendiri.
Saya tidak ingin menggunakan 2 aplikasi yang berbeda hanya untuk diversifikasi investasi Reksa Dana yang sama. Hal itu hanya akan membebani smartphone. dan tentu saja tidak efisien.
Beli Unit Reksa Dana Langsung di m-Banking
Dulu m-banking hanya dipergunakan untuk keperluan transaksi finansial standar perbankan seperti transfer dana, dan keperluan bayar tagihan yang jenisnya masih sangat terbatas.
Sekarang, m-banking sudah menjelma menjadi aplikasi serba bisa (Super App). Termasuk salah satunya adalah berinvestasi. Karena merasa cukup mahir berinvestasi Reksa Dana.
Saya memutuskan untuk memindahkan semua unit Reksa Dana ke dalam satu aplikasi m-banking. Tentunya sudah mempertimbangkan tingkat efisiennya dan juga manfaat yang akan saya dapat.
Awalnya masih ragu karena produk Reksa Dana di m-banking terbilang masih sedikit, dan jumlah minimal pembeliannya paling sedikit Rp100.000. Namun, semua berubah ketika Obligasi dan SBN (Surat Berharga Negara) bisa dibeli langsung lewat m-banking.
Asyiknya lagi minimal pembelian unit Reksa Dana disamakan seperti kompetitor lainnya. Jadi, sejak saat itu, saya tidak ingin menunda lagi semua unit Reksa Dana.
Baca juga:
- Pengertian Reksa Dana: Investasi Mudah, Murah dan Cuan
- 6 Risiko Investasi Reksa Dana dan Cara Mengatasinya
Alasan Memindahkan Unit Reksa Dana
Saya memiliki beberapa alasan, dan tujuan mengapa saya melakukan hal itu. Meskipun secara teknis sudah saya sebutkan di paragraf sebelumnya. Alasan pertama, yang menjadi tujuan utama saya.
Berpeluang Menjadi Nasabah Prioritas atau Private
Salah satu syarat untuk menjadi nasabah prioritas adalah memiliki dana mengendap dalam jumlah tertentu (>Rp1 Miliar). Dana tersebut bisa berupa tabungan, investasi, deposito, atau gabungan dari ketiganya.
Katakanlah memiliki dana investasi sebesar Rp10 miliar saya bagi 2. Satu ke aplikasi APERD, dan satunya lagi di m-banking masing-masing Rp5 miliar untuk membeli unit Reksa Dana.
Saya tempatkan dana di produk, waktu, return (%) investasi yang sama persis. Kira-kira mana yang lebih menguntungkan?
Jawaban pastinya adalah di m-banking.
Penjelasannya seperti ini.
Saya memiliki dana simpanan sebesar Rp5 miliar dalam bentuk investasi yang sudah mengendap selama >1 tahun lamanya.
Besar kemungkinan saya akan mendapatkan undangan eksklusif untuk naik level menjadi nasabah prioritas. Bahkan bisa lebih dari itu, jika syarat lain bisa terpenuhi.
Jelas, keuntungan lebih banyak akan saya dapatkan jika menjadi nasabah prioritas. Terlebih lagi saya juga merupakan nasabah salah satu bank swasta yang menyediakan produk Reksa Dana. Pastinya saya akan mendapatkan layanan eksklusif (jika masuk sirkel). Hihihi
Berbeda cerita jika saya menempatkan dana Rp5 miliar di aplikasi APERD non perbankan. Uang sebesar itu masih dianggap kecil, sekali pun tergolong nasabah VIP.
Manfaat yang saya dapatkan tidak sebanyak di (m-banking). Mungkin saja tidak akan mendapatkannya, alias ya menjadi nasabah biasa saja.
Oleh karena itu, dengan jumlah dana yang sama, saya lebih memilih beli unit Reksa Dana di m-banking.
Mengurangi Jumlah Aplikasi Investasi yang Terinstall
Jika ditotal semua, jumlah aplikasi investasi yang pernah saya terpasang (install) ada 12, Jumlah sebanyak itu sudah termasuk berbagai instrumen investasi yang merangkap sebagai m-banking, e-commerce, e-wallet, dan aplikasi sekuritas.
Saat ini saya menggunakan 6 aplikasi yang terdiri dari 3 aplikasi sekuritas untuk keperluan membeli saham. 1 aplikasi untuk membeli emas (e-commerce), 1 aplikasi untuk membeli Reksa Dana (m-banking), dan 1 aplikasi untuk membeli dan menyimpan Bitcoin.
Tahap memindahkan semua unit Reksa Dana yang ada di aplikasi sekuritas, dan di e-commerce ke m-banking dengan cara menjualnya terlebih dulu. Sudah saya lakukan sejak dua bulan terakhir saat catatan ini terbit pertama kali.
Tahap selanjutnya untuk masa mendatang, saya akan menggunakan 2 aplikasi sekuritas saja. karena 2 aplikasi menurut saya sudah cukup banget untuk keperluan investasi dan trading harian.
Mungkin ada yang berpikir mengapa saya membeli emas di e–commerce, bukan di aplikasi jual beli emas milik salah satu perusahaan BUMN Saya bisa menjawabnya, karena tempat pertama kali saya berinvestasi emas dan Reksa Dana ya di e-commerce (Tokopedia).
Sebenarnya pernah bikin rekening emas, tapi pada waktu itu ada cerita yang bikin saya kesal. Kalian bisa membacanya di sini. Silakan baca saja, nanti kalian akan menemukan alasannya. Hihihi
Lanjut pembahasan selanjutnya.
Menghemat Pengeluaran Biaya Manajer Investasi, Kustodian, dan Biaya Transfer
Berinvestasi itu aslinya tidak gratis, alias ada biaya yang harus dikeluarkan setiap tahunnya. Hanya saja biaya tersebut sering diabaikan oleh investor pemula, karena nilainya yang relatif kecil.
Investor pemula yang tercebur ikut investasi jalur kode promo, banyak yang tidak menyadari kalau promo itu tidak selamanya ada.
Kalau untuk coba-coba bolehlah, tapi untuk terus-terusan, coba pertimbangan lagi mengenai biaya tambahan yang harus dikeluarkan ketika berinvestasi.
Untuk 1 orang, idealnya versi saya, paling banyak memilih 3 produk Reksa Dana dengan kinerja terbaik (1, 3, atau 5 tahun terakhir). Jenisnya sendiri bisa disesuaikan dengan profil risiko.
Membeli banyak produk Reksa Dana tanpa mempertimbangkan biaya manajer investasi, dan biaya kustodian.
Menurut saya hal itu merupakan tindakan buang-buang duit, dan tidak memaksimalkan keuntungan berinvestasi Reksa Dana.
Kalau saya pribadi untuk saat ini memilih 2 jenis produk yang terdiri dari, 1 Reksa Dana Pasar Uang, dan 1 Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Ini yang paling penting, jika saya membeli unit Reksa Dana langsung lewat m-banking. Saya tidak perlu lagi memikirkan biaya transfer, itu karena masih dalam 1 aplikasi.
Mungkin saja, akan diberlakukan adanya biaya beli atau jual yang nilainya telah disesuaikan, seperti biaya manajer investasi, dan biaya kustodian. Tidak masalah!
Berikut alasan yang terakhir.
Memudahkan Saya untuk Mengelola Portofolio Investasi
Saat ini, dan seterusnya saya hanya akan menggunakan 1 aplikasi untuk membeli unit Reksa Dana. Karena sebelumnya saya cukup kerepotan mengelola banyak aplikasi sekaligus. Namanya pemula ya seperti itulah. Hihihi
Oh iya, setiap investor pasar modal di Indonesia pasti memiliki yang namanya SID (Single Investor Identification). Nah, setiap investor hanya memiliki 1 nomor SID layaknya seperti nomor KTP.
Nomor tersebut bisa digunakan untuk melihat semua portofolio investasi yang sudah dimiliki. Caranya? Bikin akunnya dulu di sini. Sayangnya kalau akhir pekan, website-nya susah diakses. Selain itu, update-nya juga lama.
Oleh karena itu, saya membuat lembar portofolio investasi sendiri di Excel. Kapan pun saya butuhkan, tinggal akses saja di penyimpanan pribadi. Hihihi
Itulah penjelasan yang ingin saya sampaikan mengenai memindahkan semua unit Reksa Dana ke dalam satu aplikasi. Jadi, untuk kalian yang masih belum paham maksud dan tujuannya. Silakan kirim komentar saja.
Sekian dari saya, dan terima kasih!
Salam,
Disclaimer : Semua informasi, dan nama perusahaan yang ditampilkan dalam situs ini, hanya untuk tujuan berbagi pengalaman. Penulis tidak bermaksud merugikan pihak mana pun, dan semua informasi yang dipakai dalam situs ini bukan merupakan rekomendasi. Setiap investasi, pengajuan pinjaman, dan penggunaan kartu kredit terdapat potensi kerugian. Setiap keputusan investasi, pengajuan pinjaman, dan penggunaan kartu kredit yang dilakukan pembaca bukan tanggung jawab penulis.