Mencatat dan Merawat

Update Terakhir: 8 Juni 2023 Oleh Abdul Jalil

Semarang, 27 Agustus 2016 – Di suatu pagi aku bersama seekor anak kucing lucu. Aku masih di berada masjid kampus (FSM-Undip). Agenda di setiap pagiku adalah mencatat dan menemani seekor anak kucing. Waktu libur aku memang memanfaatkan untuk bermalam di masjid bersama teman-teman. Dan sekalian mengisi waktu luang sebelum masing-masing dari kami sibuk dengan sesuatu yang lain.

Aku mencatat sesuatu hal yang dapat aku ingat dan mengalaminya sendiri. Bisa di bilang aku ini adalah seorang pencatat sejarah amatir. Namun, kesibukanku ini tidak ada kaitannya untuk mencari uang tambahan.

Jadi, tidak sepenuhnya yang di pikirkan oleh sebagian besar teman-temanku menulis hanya untuk mencari kesenangan dan uang. Ini hal yang jauh dari apa yang telah teman-teman sudah pikirkan.

Lebih dari lima tahun lamanya aku memulai  kesibukan mencatat layaknya seorang penulis profesional. Tetap saja aku adalah seorang yang amatir dalam dunia cipta karya tulis. Dulu aku menulis dengan menggunakan media konvensional (buku+pulpen), pada tahun pertama aku menggunakan peralatan yang lebih modern yaitu komputer jinjing (laptop).

Aku membeli laptop pada tanggal 29 September 2013 dan alhamdulillah hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Hanya saja untuk kemampuan batre laptopku ini memang sangat payah. Aku bilang terlalu payah kalau di banding dengan yang lain.

Ya maklum saja laptop ku ini adalah komputer generasi 3 keluarga Core i3-3217U 1.8 Ghz Dual Core, dan yang aku ketahui saat ini komputer tercanggih sudah sampai generasi ke 7 (keluarga core i3, i5, dan i7).

Aku perlu lebih banyak bersyukur dapat dipertemukan laptop merah keluaran perusahaan Hewlett Packard (HP) karena sudah menemaniku mencatat selama kurun waktu lebih dari 3 tahun.

Foto: Kesibukan Pagi Hari

Dan masih dalam catatan pagi itu. Aku yang sedang sibuk mencatat ada seekor anak kucing berada di bawahku dalam keadaan setengah mengantuk. Kucing itu kalau di senggol dikit sudah ambruk pastinya. Dan yang aku ketahui kucing itu ikut begadang bersamaku.

Pada waktu itu sebenarnya ada tiga kucing yang berkeliaran di sekitar masjid, namun hanya dua kucing yang senang berinteraksi dengan manusia. Kalau kucing yang satunya warnanya kuning ada di sisi lain dari foto tersebut dalam keadaan tidur nyenyak.

Sangat senang kalau ada kucing berkeliaran di sekelilingku apalagi hanya ada aku yang menyukai hewan lucu tersebut. Banyak dari keluargaku tidak menyukainya bahkan ada yang sangat membencinya.

Maka dari itu aku melindunginya semampuku dan berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang cocok untuk kucing. Untuk sekarang ini memang sedang terkendala pakan hewan untuk kucing-kucing kampus karena belum menemukan tempat untuk membeli makanan hewan.

Pernah mendapat kabar dari salah satu teman ku yang sama-sama suka bermain dengan kucing (Faza Laili H/Bio 2013) mengetahui tempat yang jual pakan hewan murah untuk kucing. Namun, letaknya ada di pusat kota Semarang.

Pastinya butuh kendaraan untuk sampai ke tempat tujuan (posisiku ada di Tembalang). Kami berdua memang sudah berencana untuk iuran membeli makanan kucing tapi hingga saat ini belum terwujud. Tentu, aku berharap dapat bertemu dan mendiskusikan secara langsung dengan dia demi kelestarian hewan kucing yang ada di kampus.

Artikel ini telah terbit pada tanggal  21 Februari 2017 09:00 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *