Mengawali Dengan Doa Untuk Mereka dan Haruna

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

Semarang, 1 Januari 2017. Minggu pertama untuk mengawali tahun baru bersama teman-teman. Kebahagiaan dan kesedihan ku bercampur menjadi satu hingga tidak dapat mengenali lagi apa itu berbedaan yang ada di dalam diri. Lain dengan kebanyakan orang menyambut kebahagiaan bergantinya tahun dengan berkumpul di suatu tempat dan menyalakan/membunyikan petasan. Aku sendiri justru nyenyak tertidur di atas kursi. Aku begitu lelah sehingga perlu tidur dan tidak mempedulikan di mana aku tidur (yang penting bisa tidur).

Dalam tidurku masih terdengar suara manusia dan ledakan dari petasan yang sangat ramai mengusik waktu untuk istirahat. Namun, aku tidak dapat berbuat banyak karena lelah menjadi masalah utama bagiku. Singkat cerita aku seperti manusia setengah mati.

Di tahun baru ini (2017) tentu banyak orang berharap kebaikan dan keberuntungan mengiringi setiap masing-masing individu yang merasa hidup di dunia ini. Begitu juga dengan aku, berharap suatu yang dapat menimbulkan dosa menjauh dariku dan hal yang sebaliknya.

Sungguh di dalam hatiku pula terselip doa untuk kehidupan selanjutnya bersama satu orang yang sudah dipersiapkan untuk menjadi partner hidup. Seseorang yang selalu ada dan terkadang menghantui perjalanan mimpi dalam tidurku. Jauh dari kehidupan seperti yang aku jalani, menyapa dirinya dari dimensi lain membuatku tidak dapat berbuat apa-apa selain berharap dia masih dalam keadaan baik-baik saja. Mencintainya menjadi sesuatu yang rumit jika aku menjelaskan kepada orang lain atau aku yang merasa rumit sendiri dengan keadaan sekarang.

Rakaat demi rakaat di hari pertama tahun ini telah menjadi pengantar doa kepadanya, memang salah apa yang sudah aku lakukan. Karena aku masih memiliki kedua orang tua yang masih menyayangiku hingga saat ini. Dia adalah bagian kedua setelah kedua orang tuaku. Melamarnya bisa saja terjadi dalam waktu dekat ini, namun diriku juga belum tentu siap untuk menjadi imamnya.

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jagalah dirinya (Haruna) ketika dirinya sedang tertidur, jagalah dia ketika sedang bahagia, jagalah dia ketika sedang bersedih. Engkau Maha memiliki lagi Maha mengasihi. Kebahagiaannya adalah anugerah bagi kehidupanku meskipun keadaan ini masih terpisah oleh ruang dan waktu. Ya Allah, aku memohon kepadamu sebelum keinginanku itu nyata. Kedua orang tuaku dan satu kakak perempuan yang masih hidup di dunia ini, menemaniku hingga aku memiliki seorang istri dan menua hingga nanti. Kesehatan dan kesejahteraan adalah hal yang perlu Engkau limpahkan bagi mereka sebagai bagian dari rezeki-Mu Ampunilah keduanya jika terdapat dosa akibat kelalaian hidup dalam berumah tangga. Sebagai anak mereka aku hanya dapat berdoa agar tidak ada kata untuk terlambat.

Haruna yang entah di mana engkau berada, aku di sini (Semarang) berdoa kepadamu dalam keadaan sadar suatu hari aku adalah imammu. Mendampingimu dalam meraih surga-Nya bersama-sama. Kita hidup bersama di desa impian membesarkan anak-anak agar di kehidupan nanti , dirinya akan menjadi anak yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat khususnya berbakti kepada orang tua.

Jika dikehendaki oleh-Nya. Nama yang selalu menghantuiku ini hingga saat ini adalah seseorang yang akan menjadi istriku nanti. Boleh jadi kisah cintaku akan menjadi lebih menarik karena berlangsung dalam waktu yang tidak singkat, hanya saja aku belum memiliki kesempatan baik untuk menyatakan kisah cinta kepada dirinya. Nasib memang masih bercerita lain ketika aku hanya mampu menjadi pemuja rahasia dan berharap aku tercipta untuk dirinya.

Kalau bercerita tentang kisah cinta memang belum ada akhir yang pasti bagaimana dengan hasilnya. Proseslah yang menjadikannya lebih menarik begitu pula dengan kisah cinta ibu kepada bapak. Uhh. . . cinta mereka begitu menarik hingga aku sendiri belum bisa mengartikannya dengan baik. Sebagai anaknya aku memiliki kisah cinta yang lain dari pada mereka, aku memilih jalan cintaku sendiri bersama Haruna.

Yang ku lihat pagi (dini hari) banyak dari teman-temanku yang belum tidur justru malah asyik bermain kartu. Aku sendiri ya sibuk membuat catatan di hari pertama tahun 2017 ini. Aku lebih suka membuat catatan yang kurang penting bagi mereka namun berdampak di lain waktu untuk kehidupan mereka selanjutnya. Aku membuat sesuatu yang tidak mudah di tiru oleh orang lain tapi bisa di lakukan dengan cara yang berbeda. Jadi, jangan berkecil hati jika merasa belum paham maksud dari catatan pada hari ini.(01012017)

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *