Update Terakhir: 8 Maret 2025 Oleh Abdul Jalil
Kali ini aku bisa menyebutnya pertemuan ketiga yang tidak terencana. Aku menikmati senja bersama Una. Menghabiskan waktu bersama wanita istimewa yang aku sayangi. π
Catatan ini aku mulai di hari Kamis pagi tanggal 20 Februari 2025. Waktu itu aku harus pergi ke Semarang untuk takziah ke rumah teman baikku (bapaknya meninggal dunia). π₯
Aku di rumah duka sampai siang hari sekitar pukul 13:00. Setelah itu aku mengantar teman pulang ke kos yang kebetulan satu arah. Sebenarnya aku tidak rencana untuk bertemu dengan Una.
Ternyata, kos teman itu masih satu arah dengan kos Una. Ya sekalian saja aku mengabarinya jika ingin mampir ke sana.
Ketika aku memutuskan untuk mampir. Una menungguku terlalu lama hingga ia tertidur. Hal itu bisa terjadi karena aku salah ambil jalur dan terjebak macet yang lumayan menguras tenaga. π
Sedikit ada rasa tidak tega, tapi aku sudah membulatkan tekad untuk bertemu dengannya. Ketika aku sampai Una sedang tidur ‘ayam’. Aku hubungi Una via WA (14:48) agar segera membukakan pintu gerbang kebahagiaan. π€
Baca juga:
- 14 Februari: Langkah Pertama ke Hati Calon Mertua
- Kencan Pertama: Mulai dari Senyum Berakhir dengan Harapan
Duduk Berdua
Sore itu cuaca masih terasa panas dan Una memberikanku sebotol air mineral. Tenggorokanku rasanya langsung lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepadanya.
“Terima kasih, sayangku” π
Aku dan Una duduk berdua bersebelahan di teras rumah ibu kos, bersandar santai di kursi besi yang sudah agak tua tapi masih nyaman.
Saat bersamanya lagi-lagi aku dibuat meleleh oleh senyuman manisnya. Kalau sedang berbahagia ya rasanya dunia hanya milik berdua yah. π€
Sesekali kami melihat jalanan lumayan ramai anak sekolah yang sedang pulang. Karena kebetulan banget depan rumah kos itu adalah SMA 10 Semarang dan sebelahnya SMP 20 Semarang.


Untuk sementara ini aku ngobrol yang ringan-ringan dulu dengan Una. Aku tidak ingin Una merasa khawatir tentang hal yang sedang terjadi akhir-akhir ini.
Terutama tentang perselingkuhan dan hal-hal yang tentang kehidupan berumah tangga.
Masih teringat dalam pikiran. Ketika mereka hanya melihat dari sudut paling sempit arti memiliki banyak teman teman (terutama wanita).
Karena sudah yakin. Aku berani mengklaim diri sendiri “aku adalah pria yang setia,” tapi mereka tidak ada yang percaya.
Hal itu tidak masalah bagiku dan tidak peduli juga mereka ingin berkata apa.
Karena tugasku bukan untuk membuat mereka percaya omongan itu, tapi satu hal yang pasti, mereka telat menyadarinya. Sekarang aku sudah memiliki Una. π
Saat ini dan seterusnya aku ingin Una. Menghabiskan waktu menua bersamanya. Cinta sejati memang belum terlihat sepenuhnya, tapi aku sudah bisa merasakan akan jatuh cinta kepadanya.
Duduk berdua dengan Una memang menyenangkan, tapi ada waktu di mana kami harus menjeda obrolan dan melanjutkannya di waktu berikutnya (salat Asar dan Magrib).
Sesekali aku menghiburnya ketika Una sedang merasa khawatir. Walau bagaimana pun Una tetaplah wanita yang memiliki kekhawatiran yang sama sepertiku.
Hadiah Pertama untuk Una
Sejauh yang aku tahu Una tidak pernah mendapat hadiah istimewa dari seorang pria (konteks kekasih). Aku memberikan hadiah itu untuk Una untuk pertama kalinya dengan penuh rasa kasih sayang dan tulus dari hati terdalam. π
Una menerima hadiah dariku, meskipun awalnya malu-malu. Pada akhirnya Una bisa menikmatinya. Karena rasanya pasti enak sekali di mulut. Itulah yang aku suka. π₯°
Terlebih lagi aku bisa mengolah bahan-bahan seadanya jadi masakan yang sangat istimewa. Sangat mungkin sekali Una menyukainya π
Setelah Una selesai menikmati hadiah. Aku mengajaknya makan malam di warteg. Karena hadiah dariku tidak mengenyangkan. Aku tahu dia belum cukup menerima hadiah dariku. Jadi, makan nasi merupakan pilihan yang tepat.
Saat makan di warteg harusnya aku mengabadikan momen itu. Sayangnya aku lupa dan merasa tidak nyaman juga. Karena waktu itu aku sedang merasakan sakit dan segera harus pulang. π
Sekitar 10 menit waktu yang diperlukan untuk menghabiskan seporsi nasi. Sambil memandang Una. Sebenarnya Una merasa khawatir, tapi aku mencoba baik-baik saja. Pulang adalah pilihan yang tepat untuk menyembuhkan rasa sakit.
Sampai di akhir catatan.
Malam itu setelah dari warteg aku berpamitan dengan Una. Ada momen mendebarkan ketika berpamitan dengannya, yaitu ketika Una mencium tanganku. Rasa seperti suami istri. π
Tidak masalah bagiku. Karena aku merasa nyaman ketika Una melakukannya. π₯°
Aku rasa cukup sampai di sini saja catatan ini. Semoga Una suka dengan hadiah yang aku berikan.
Sekian dariku dan terima kasih! π
Salam,

