Minggu Kedua KKN

Update Terakhir: 9 Juli 2023 Oleh Abdul Jalil

Kaliayu, 16 Juli 2017– Minggu kedua KKN mungkin massa tubuhku dan sebagian yang lain mengalami kenaikan beberapa gram bahkan ons.

Aku menyadari jika di lokasi KKN akan banyak menikmati kemewahan hidup dan membantu menyelesaikan sedikit permasalahan sosial kemasyarakatan. Salah satunya menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh anak-anak desa.

Menurutku permasalahan yang dialami oleh sebagian besar anak-anak  adalah kurang diperhatikan secara khusus oleh kedua orang tuanya.

Jadi, banyak anak-anak yang terkesan nilai sopan santun kepada orang yang lebih menjadi kurang baik. Namun, aku bersyukur dapat mengikuti KKN tim II di tahun 2017 karena jiwaku merasa terpanggil untuk memberikan sebagian kebahagiaan kepada anak-anak.

Malam hari ketika kami sedang menikmati makan malam tiba-tiba sekumpulan anak-anak datang ke rumah Bu Lurah untuk bimbingan belajar. Karena dari kami belum siap dengan tempat dan sebagainya.

Foto: Bermain Bersama Anak-Anak

Pada akhirnya kami mengakalinya dengan bermain sebagai pertemuan pertama bersama mereka. Anak-anak yang datang semuanya adalah laki-laki (yang biasa ngaji di Musala).

Mungkin, mereka sudah mengetahui tentang keberadaan teman-teman KKN (karena kami sering salat berjamaah di Musala). Suatu saat nanti pasti akan lebih banyak anak-anak yang datang ke Posko KKN kami.

Semoga saja mereka tidak merepotkan teman-temanku (lebih baik mereka merepotkanku daripada teman-temanku yang merepotkan mereka).

Foto: Minuman Selama di Posko KKN

17 Juli 2017 –  Salah satu hal yang sering aku jumpai di Posko KKN adalah tentang minumannya. Teh merupakan satu dari sekian banyak minuman yang tersedia di seluruh plosok negeri dan pasti mengenal yang satu ini.

Tanpanya (teh) negeriku ini seperti kurang cita rasa meskipun ada kopi yang telah mendunia (kopi luwak).

Setiap pagi nenek selalu membuatkan minuman tersebut untuk kami (bahkan pagi, siang, malam), Namun, dari kami lebih suka di tambah dengan es agar terasa dingin di tenggorokan.

Akan tetapi pagi hari tetap teh yang masih hangat adalah kesukaanku. Menggunakan takaran gula yang pas rasa teh akan terasa nikmat tanpa pemanis tambahan.

Apalagi kalau yang buat itu istriku nanti, mungkin rasa teh yang disajikan untukku akan terasa selalu manis. Hihihi

La setiap kali mengantar teh untukku senyum manisnya sudah diproses secara alami menjadi gula tambahan di setiap kesempatan untuk bertemu di pagi hari sebelum bekerja mencari rezeki.

Minuman tersebut akan menjadi ceritaku selama KKN, semoga saja aku tidak menderita diabetes karenanya.

Sungguh, aku menyukainya seperti aku mencintai dirinya melebihi suara kutu yang sedang kawin. Hihihi

Foto: Pelaksaan Program Mono Disiplin (Pendataan Buta Warna)

18 Juli 2017 – Pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tim II Universitas Diponegoro (Undip) di Desa Kaliayu kecamatan Cepiring yang berjudul “Deteksi dan Identifikasi Buta Warna  Menggunakan Aplikasi Matlab R2015b” memunculkan banyak sekali catatan dalam pengambilan data.

Data yang di harus didapatkan merupakan bagian dari program mono disiplin oleh mahasiswa Fisika Undip (aku sendiri). Di mana data yang telah di dapat akan di olah dengan menggunakan aplikasi Matlab.

Aplikasi Matlab (Matrix Laboratory) adalah sebuah lingkungan komputasi numerikal dan bahasa pemrograman komputer generasi keempat.

Dikembangkan oleh The MathWorks, MATLAB memungkinkan manipulasi matriks, pendistribusian fungsi dan data. Implementasi algoritma pembuatan antarmuka pengguna dengan program dalam bahasa lainnya.

Meskipun hanya bernuansa numerik, sebuah kotak kakas (toolbox) yang menggunakan mesin simbolik MuPAD, memungkinkan akses terhadap kemampuan aljabar komputer.

Sebuah paket tambahan, simulink, menambahkan simulasi grafis multi ranah dan Desain Berdasar-Model untuk sistem terlekat dan dinamik (Wikipedia, 2017)

Untuk pengambilan data dengan cara mendatangi setiap rumah warga desa satu per satu. Cara tersebut memang memerlukan waktu yang relatif lebih lama dari pada metode pengambilan sampel data.

Tapi ingin bagaimana lagi untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya aku kerjakan dengan baik dan benar sesuai panduan. Secara panduan aku memang harus menyelesaikan program tersebut.

Foto: Salam Jari Kelingking Dulu

Namun, pada kenyataannya dari 13 rumah tangga (RT) hanya 2 RT saja yang di data dan itu pun tidak semua rumah didatangi. Mungkin, aku terlalu malas untuk bergerak. Sebenarnya tidak hanya aku yang malas untuk bergerak tapi sebagian besar.

Meskipun demikian, aku mencoba untuk bertahan dan menerima kenyataan yang ada bersama teman-teman. Aku merasa di KKN tidak akan menemukan “greget ” .

Meskipun aku seorang laki-laki yang tidak pandai tapi aku adalah salah satu seseorang perasa keadaan sekitar (aku menyembunyikan dari banyak orang).

Tapi tetap saja tidak banyak orang yang belum mengetahuinya meskipun aku sudah memberitahukan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di KKN. Aku lebih baik diam karena frekuensiku tidak diterima oleh sebagian besar keadaan mereka sendiri.

La kok aku bisa menulis hal seperti itu ya ? Mungkin hatiku ingin menulisnya meskipun aku sendiri ingin menolaknya. 😊

Foto: Bertemu Dengan Kepala SDN Kaliayu

21 Juli 2017Untuk pertama kalinya kami bersama-sama kecuali Kordes (koordinator desa) kami berkunjung ke Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Kaliayu.

Di minggu kedua setelah salah satu dari kami menampakkan wujud asli ketika sedang kecewa. Kalian bisa membacanya di sini.

Kami benar-benar meluangkan waktu untuk dapat bertemu dengan salah satu guru demi salah satu program teman kami yang berkaitan dengan anak-anak. 😊

Beliau yang kami temui adalah Pak Sobri seorang kepala sekolah sekaligus kepala kwartir ranting Cepiring. Kami mendapat banyak sekali cerita mengenai keadaan anak-anak Desa Kaliayu bagaimana karakter khas “Anak Kota yang Terperangkap di Desa ” itu menjadi bagian dari kehidupannya.

Tidak sedikit anak-anak desa  yang sudah tidak lagi mengedepankan “unggah-ungguh ” kepada orang yang lebih dewasa. Menyedihkan memang melihat kenyataan sudah terjadi saat ini.

Aku hanya bisa berdoa di kemudian hari ketika anak pertamaku, dan seterusnya lahir di dunia ini berharap dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya hanya kepadanya.

Kami tidak berlama-lama berada di ruang tamu. Karena agenda selanjutnya sudah menanti kami untuk segera di selesaikan. Aku tidak bisa berkata banyak memberikan sesuatu untuk dijelaskan kepada pak Sobri.

Seolah-olah aku tidak ingin berkenalan dengan seluruh warga SDN Kaliayu. Cukup dariku hanya bisa mendengarkan saja apa yang sebenarnya akan terjadi.

22 Juli 2017 – Agenda kami mengunjungi dua tempat usaha milik warga desa. Sebenarnya ada banyak usaha kecil menengah milik warga desa namun hanya dua saja yang ingin kami kunjungi yaitu ada usaha krecek (rengginang) dan tempe.

Sesuai kebutuhan untuk menjadi bahan catatan sekaligus akan dimasukkan ke dalam program multi disiplin ilmu di KKN Desa Kaliayu.

Aku berpikir untuk pameran di kecamatan yang akan di selenggarakan pada tanggal 17 Agustus 2017 hanya menampilkan dua jenis usaha saja? Aku rasa ada yang kurang 😊

Untuk yang pertama tim laki-laki bersama mas Mustofa menuju ke rumah salah satu warga yang memiliki usaha rengginang khas Desa Kaliayu sedangkan untuk tim perempuan sedang di posyandu bersama ibu-ibu.

Foto: Posyandu Desa Kaliayu

Kalau biasanya rengginang berbentuk bulat atau persegi, untuk rengginang yang satu ini memiliki bentuk unik (seperti bunga mekar). Untuk foto yang aku tampilkan memang tidak memperlihatkan bentuk rengginang unik tersebut.

Namun, rengginang yang aku bawa (lihat foto di bawah ini) merupakan bagian dari bentuk rangkaian bunga. Untuk harga pun juga lebih mahal, harga rengginang pada umumnya biasa di jual dengan harga Rp. 500-2.500 per buah.

Sedangkan untuk rengginang unik milik Bu Ngarpiyah dijual dengan harga Rp. 70.000 per satu rangkaian bunga. Kalau kalian penasaran dengan bentuk dari rengginang tersebut bisa langsung datang ke rumah beliau di desa Kaliayu kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal.

Tidak perlu pusing jika ingin mencarinya karena hanya ada satu dan ibunya sudah terkenal sebagai ahli dalam pembuatan rengginang.

Foto: Kunjungan Pertama Ke UMKM Rengginang Milik Bu Ngarpiyah

Andai saja aku memiliki foto yang rengginang yang unik pasti kalian tidak perlu penasaran dengan rengginang tersebut. Hihihi

Rengginang milik Bu Ngarpiyah hanya memiliki satu keunikan tersebut, untuk segi rasa masih sama dengan yang lain alias standar pasaran. Mungkin bisa di inovasi rasa agar lebih menarik pelanggan untuk memesan rengginang milik beliau.

Bu Ngarpiyah memproduksi rengginang dalam setahun hanya 11 bulan saja sedangkan 1 bulan sisanya (bulan Sura/Muharram) beliau tidak melakukan produksi.

Omzet yang didapat beliau bisa dibilang lumayan besar meskipun hanya dikerjakan sendirian yaitu bisa mencapai Rp. 5 juta/bulan. Penghasilan bisa lebih dari itu jika dalam satu bulan banyak sekali acara hajatan (Syukuran/lamaran/nikahan).

Memang demikian fakta lapangan yang ada. Beliau hanya memproduksi rengginang jika ada pesanan untuk acara hajatan saja selebihnya tidak produksi kecuali ada pemintaan khusus. Aku rasa kami bisa membawa rengginang untuk di bawa pulang ke Posko KKN.

Mungkin juga tidak banyak dari teman-temanku yang menyukai rengginang tersebut. Karena rasa dari rengginang yang terbuat dari beras ketan hanya memiliki rasa standar.

Kalau ada bubuk cabai pasti teman-temanku lebih menambahkan rasa tersebut daripada menikmati rengginang dengan rasa standar.

Oh iya beliau juga memproduksi “Kembang Goyang ” sebagai produksi tambahan untuk usaha milik beliau. Kalau kembang goyang untuk rasanya seperti ada manis-manisnya. Maka dari itu aku lebih suka memakan itu daripada rengginang.

Jujur saja ya kalau aku makan rengginang perutku menjadi cepat kenyang. Iya wajar saja karena bahan dasar untuk membuat rengginang terbuat dari ketan.

Pada akhirnya kami bertiga membawa oleh-oleh untuk di bawa pulang semoga saja bisa habis dimakan oleh kami atau siapa pun yang menyukainya.

Dan kunjunganku yang terakhir untuk hari ini adalah ke rumah pembuatan tempe kedelai. Hal biasa yang menjadi luar biasa jika itu aku yang melakukannya. Aku akan sangat senang sekali jika bisa sampai di sana.

Aku akan melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi di dalam hidupku yaitu melihat langsung proses pembuatan tempe rumahan. Aroma kedelai yang sudah diberi ragi/bakteri begitu sangat menggodaku untuk menyentuhnya. 

Foto: Membuat Tempe

Ya seolah-olah aku sedang membantu ibunya untuk menata tempe yang sudah siap untuk didiamkan selama kurang lebih 3 hari agar menjadi tempe yang sesungguhnya.

Aku sangat senang dengan kunjunganku yang terakhir itu karena benar-benar menjadi pengalamanku untuk pertama kalinya.

KKN kali ini memang aku harus banyak mencoba berbagai hal baru agar di kemudian hari tidak menjadi suatu kekecewaan yang mendasar.

Kalau sudah selesai KKN aku hanya dapat menikmati kenangan berupa foto/gambar yang sudah tersimpan di dalam memori.

Sungguh, itu hanya sebuah penyimpanan digital agar dapat membahagiakanku suatu hari nanti ketika aku sedang merindukannya.

Foto: Bersama Pengrajin Tempe Rumahan

Sekian catatanku di minggu kedua KKN di Desa Kaliayu, akan dilanjutkan catatanku di minggu ketiga bersama teman-temanku.

Jadi jangan cepat berlalu jika ada waktu luang untuk membaca catatanku yang sangat sederhana ini. Terima kasih 😊

Sampai jumpa di catatan selanjutnya “Minggu Ketiga KKN

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *