Mohon Maaf Ternyata Kita Beda Level

Update Terakhir: 7 November 2023 Oleh Abdul Jalil

Grobogan, 07 November 2023 – Beberapa waktu lalu saya memiliki kesempatan untuk mengutarakan perasaan kepada seorang wanita (28/10). Di rencana awal, tahun depan merupakan waktunya.

Rencana saya memberi batas waktu kepada orang terakhir sampai akhir tahun. Saya percepat menjadi 2 bulan lebih awal. Jadi, secara resmi masalah yang pernah terjadi dianggap selesai 100%. Oleh karena itu, saya tidak ingin terlibat masalah apa pun lagi dengannya.

Ketika masalah selesai. Sudah waktunya bagi saya untuk menyatakan perasaan kepada seorang wanita. Meskipun tergolong nekat, dan terkesan buru-buru. Tapi saya sudah merencanakannya jauh-jauh hari.

Kesan buru-buru itu baginya, tidak dengan saya pribadi. Karena saya sudah mengenal dia cukup lama (kurang lebih 5 tahun). Di sini saya tidak ingin terus terang apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu, antara saya dan dia.

Intinya dulu itu waktunya belum sama-sama memihak, meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersama-sama menjalin hubungan. Bagi kalian yang tidak pernah membaca catatan saya, tentu akan kebingungan dengan maksud saya

Yang terbiasa membaca pun, masih kebingungan dengan jalan cerita cinta saya. Kalau pendapat saya pribadi alur cerita cinta saya “maju mundur”, tapi lebih banyak majunya, dan sampai saat ini masih belum berhasil. Hihihi

Termasuk gagal untuk mengambil hatinya menjadi kekasih. Orang yang jarang membaca, dan minim pengetahuan “kekasih” mungkin dianggap sebagai “pacar”. Padahal artinya jauh lebih dalam dari sekedar sebagai pacar.

Karena terjadi salah paham mengenai arti “kekasih”. Pada akhirnya saya ditolak dengan alasan dia ingin mencari seorang suami. Antara saya yang bodoh tidak mengatakan sebenarnya kalau ingin menjadi suaminya, atau dia masih terlalu bodoh tidak mengerti konsep bahasa halus.

Sepertinya hanya orang nekat yang mengatakan niat baik secara langsung terang dan brutal “Maukah jadi istriku” tanpa melakukan pemanasan terlebih dulu.

Sebenarnya saya sendiri sudah memberinya waktu yang relatif lama untuk berpikir dulu. Bahkan saya persilakan untuk mengajukan beberapa pertanyaan saat itu juga. Tapi waktu yang saya berikan hanya digunakan untuk overthinking yang tidak berguna.

Saya sangat mengerti dengan kondisi yang terjadi di akhir-akhir ini lebih dari siapa pun. Bedanya, saya tidak “koar-koar” di media sosial seperti orang-orang sekarang.

Ketika saya membaca pesan darinya yang relatif panjang. Yang intinya sih saya telah ditolak secara halus, dengan beberapa alasan. Tidak masalah bagi saya, ya itu karena levelnya sudah di atas saya. Jadi, saya ingin mohon maaf dulu saja.

Namun yang membuat saya jengkel, dan sampai tega memblokir nomornya karena sikap menyepelekan yang sudah melewati batas wajar. Saya orangnya bisa santai, dan easy going. Tapi kalau sudah menyepelekan kesempatan.

Saya hampir tidak bisa mentolerir hal itu, karena prinsip harus ditegakkan. Meskipun demikian, saya masih bisa diajak diskusi secara langsung. Tapi sepertinya dia juga tidak akan peduli lagi, dan saya ya akan kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Kalau dia menginginkan pria yang lebih baik saya, ya Alhamdulillah. Tapi kalau sebaliknya karena alasan konyol sesaat. Saya hanya bisa tersenyum.

Setelah dipikir-pikir ternyata saya dan dia memang sudah beda level. Terbukti dengan caranya dia mengirimkan sebuah pesan singkat.

Oh iya, bagi yang belum tahu. Biasanya ketika menyatakan perasaan ke seorang wanita, saya lebih suka ketemu langsung, dan memberikan sebuah surat. Tapi untuk yang terakhir itu, saya menggunakan pesan WhatsApp, karena jarak dengannya yang relatif jauh, dan waktu yang belum tersedia untuk menemuinya secara langsung.

Ya sekali-kali menggunakan cara orang-orang sekarang. Walaupun sejatinya saya tidak begitu menyukainya.

Sebagai penutup, ketika saya sudah ditolak baik secara langsung, maupun tidak langsung. Sebagai seorang pria, saya tidak akan kembali dua kali untuk menyatakan perasaan.

Sekian dari saya, dan terima kasih untuk hari ini.

Daily Life 2023 #311

Salam,

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *