Pantai Maafkan Aku Ya

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

Foto Pribadi : Pasir Pantai

Hari kelima bulan kedua tahun ganjil yang berakhir dengan angka 17. Kedua kakiku sudah jauh melangkah meninggalkan rumah nyaman di kampung halaman. Di pasir pantai yang sedang aku pijak adalah tanda keberadaan seorang anak kecil (anggap saja begitu) mencari rahasia yang hingga saat ini belum terpecahkan.

Aku luangkan untuk menyendiri dan memikirkan sesuatu tentang pantai dengan pasir lembut yang menyentuh kulit. Seolah-olah aku sedang bermain (padahal sedang memikirkan seseorang) iya memang sedang demikian akhir-akhir yang merepotkan.

Di dalam hati sebenarnya masih terlalu muda untuk memikirkan tentang keluarga terutama anak-anak yang harus bertahan melawan dunia ini. Aku ingin mereka bersahabat dengan dunia bukan melawannya. Entah apa yang aku pikirkan dan jari-jari dengan entengnya menekan sekumpulan huruf di barisan papan keyboard. Lalu mengapa aku menuliskan tentang hal itu ?

Bermain sendiri (bukan termasuk yang memfoto) dengan pasir membuatku banyak berpikir tentang banyak hal aneh yang belum tentu terjadi salah satunya adalah Haruna. Masih ada hubungannya dengan keluarga yang ingin aku bentuk bersama diirinya membesarkan anak-anak kami tercinta. Tentang dia yang masih menjadi impian, dia itu nyata dan ada hanya saja belum menunjukkan dimana sedang berada.

Mungkin, aku yang terlalu memikirkannya hingga bertanya kepada pasir pantai (pasti tidak akan menjawab). Yang pasti aku hanya mampu mencintai satu wanita di dalam satu kehidupanku sebelum lahir anak berikutnya. Jika ada wanita yang aku suka itu hanya ujian bagi kehidupanku sebelum berkeluarga. Melihat pasir aku hanya mampu meminta maaf kepada diriku sendiri karena belum mampu menjaga hati dengan baik.

Seperti orang gila membuat catatan yang sebenarnya hampir tidak ada kaitanya dengan catatan ini. Namun apa boleh buat karena aku sedang berada di pantai jadinya judul terbaik yang terpikirkan saat itu iya hanya itu saja. Aku minta maaf ya kalau memang judul dan isinya sangat tidak jelas dan mungkin sangat aneh di baca oleh kalian yang biasa membaca teks terstruktur. Ini aku dan dunia ku sebelum menemukan Haruna (ibu dari anak-anakku). Terima kasih 🙂

 

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *