Pentingnya Memahami Konteks dengan Baik dan Benar

Update Terakhir: 1 Oktober 2023 Oleh Abdul Jalil

Grobogan, 27 September 2023 – Hari ini saya ingin menyampaikan unek-unek seputar masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Terutama masalah di media sosial, karena tidak sedikit orang yang sepertinya masih mengabaikan pentingnya memahami konteks.

Kita harus sadar media sosial merupakan media terbuka bagi siapa saja untuk berpendapat, dan membagikan apa pun yang tidak dapat kita kendalikan. Artinya kita tidak bisa melarang orang lain untuk melakukan hal tersebut. Paham?

Kita semua tahu kalau pemerintah sudah menerbitkan sebuah UU ITE yang mengatur kita semua agar bijak dalam membagikan apa pun di media sosial. Tapi UU tersebut menurut padangan saya bermasalah, dan sering digunakan sebagai alat untuk menjebloskan orang ke penjara.

Namun, pada catatan hari ini saya tidak ingin membahas UU tersebut, karena saya sadar belum memiliki kemampuan yang cukup.  Sebagai orang biasa, saya ingin mengajak teman-teman semua menggunakan akal untuk berpikir secara rasional dan efektif. Saya ingin mencobanya!

Sebelum itu di catatan hari ini saya mohon maaf kalau ada salah kata atau pernyataan yang sekiranya menimbulkan kebingungan dari sisi pembaca. Sejatinya saya hanya penulis biasa yang masih terus belajar.

Saya mulai dari pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan judul yang saya buat di atas, dan tidak ingin terkesan menggurui teman-teman semuanya.

Mengapa Kita Menggunakan Media Sosial?

Saya berasumsi ada banyak sekali jawaban dari teman-teman. Mulai untuk hiburan, mencari informasi terbaru, mencari validasi, cari jodoh, stalking mantan, tempat curhat, berkeluh kesah, dan bisa juga sebagai untuk menghakimi seseorang.

Pokoknya ada banyak deh, saya hanya menyebutkan beberapa saja yang bisa digunakan sebagai jawaban singkat. Selebihnya teman-teman sendiri yang memiliki jawabannya.

Pertama kali saya menggunakan media sosial namanya itu Yahoo Messenger (YM) dan Mig33. Siapa pun yang tahu keduanya, sebagian besar sudah memiliki anak, bahkan sudah ada yang menjanda. Hihihi

Sejak dulu sampai saat ini saya menggunakan media sosial hanya untuk hiburan, dan cenderung menghindari segala bentuk perdebatan seperti “tim bubur diaduk, dan tidak diaduk”. Salah satu contoh yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan sengit.

Meskipun saya memiliki waktu luang, tapi saya tidak punya tenaga untuk meladeni perdebatan di media sosial. Lebih baik saya menggunakan waktu tersebut untuk hal-hal lain. Contoh melihat kabar terbaru “event harian” salah satu fandom yang sebagian orang-orangnya memiliki tingkat ketol*lan absolut.

Bagi saya hal itu hiburan yang cukup menyenangkan, dan bisa menjadi salah satu pembelajaran agar tidak mudah tertipu. Kalau ada yang tersindir ya mohon maaf, saya tidak sebut nama kok. Hihihi

Namun terlepas apa yang terjadi sampai detik ini. Ketika saya menggunakan media sosial ada hal yang sangat menarik. Yaitu kemampuan dalam memahami konteks dengan baik dan benar tergolong buruk, karena tingkat literasi masyarakat Indonesia yang sangat rendah.

Tanpa saya menyajikan data terbaru di blog ini. Kecenderungan teman-teman sepakat dengan pernyataan saya di atas persentasenya besar. Bagi teman-teman yang belum sepakat, saya persilakan mencari informasi di internet dengan kata kunci “Tingkat literasi masyarakat Indonesia”. Gratis!

Mengapa Kita Perlu Membaca dan Memahami Sebuah Konteks?

Jawaban singkatnya, agar kita tidak bodoh dan dibodohi. Saya mengamati di media sosial khususnya di X (dulunya Twitter). Banyak sekali “warganet” yang terdiri dari akun-akun anonim, dan ada juga akun asli yang menurut saya terlalu gampang disulut emosinya.

Jika ada akun personal atau akun otomatis (menfess) mengunggah suatu postingan yang berpotensi menimbulkan perdebatan. Pasti ada saja akun yang mengirim komentar yang diluar nalar dan tentunya jauh dari konteks.

Normalnya perdebatan itu kan ada yang pro dan kontra. Tapi untuk akun-akun tol*l tidak masuk keduanya. Justru hanya memancing kegaduhan yang tidak perlu.

Faktor paling besar yang mempengaruhi ket*lolan ya karena malas membaca dan cenderung langsung berkomentar tanpa mengetahui konteksnya itu seperti apa. Saya memang bukan ahli bahasa, tapi cukup bisa memahami suatu konteks.

Sebenarnya dengan membaca kita itu dilatih untuk berpikir rasional (logis), dan melakukan tindakan selanjutnya (aksi) dengan cara paling efisien. Jika hal itu bisa kita lakukan, saya meyakini kita akan menjadi orang-orang santuy dan sat set di kehidupan sehari-hari.

“Gitu aja kok repot!” – Gus Dur (Alm)

Kalau kita membaca saja malas, bagaimana bisa memahami sebuah konteks? Tanpa proses membaca baik itu berupa teks/situasi, ya kita tidak akan pernah bisa memahami konteks apa pun. Dengan begitu, membaca adalah sebuah proses penting yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Bahkan orang yang bisa membaca pun, belum tentu bisa memahami sebuah konteks. Saya perlu mengatakan hal ini kepada teman-teman “memahami juga ada ilmunya”.

Apa itu ilmunya? Yaitu pengalaman.

Padahal yang saya ketahui untuk memahami sebuah konteks dengan baik dan benar itu tidaklah mudah, jika tidak ada faktor-faktor pendukung. Sampai sekarang pun saya sendiri masih terus berlatih memahami sebuah konteks.

Di media sosial X saya cenderung tidak suka ikut-ikutan dengan “warganet” lainnya jika ada suatu keributan/kegaduhan. Jika saya ikut, sudah pasti saya paham arahnya arah dan tujuannya. Oleh karena itu, jarang sekali berkomentar di suatu postingan yang tidak saya sendiri belum tahu konteksnya.

Kalau pun saya paham konteksnya seperti apa, belum tentu bisa meluangkan waktu untuk mengirim komentar. Kadang, saya pernah ingin komentar, dan memilih untuk menghapusnya kembali. Karena saya berpikir “ah ngapain sih aku”.

Kita sebagai “warganet” yang budiman perlu banget yang namanya meningkatkan minat membaca, agar kita bisa memahami konteks dengan baik dan benar.

Kalau sudah seperti itu kita tidak akan mudah menjadi pribadi yang gampang emosi. Ya cukup saja ya, kalau ada yang kurang dari catatan ini silakan bisa didiskusikan di kolom komentar. Hihihi

Meskipun bukan kesimpulan akhir, catatan “Pentingnya Memahami Konteks dengan baik dan benar” untuk hari ini. Sepertinya akan menjadi catatan yang saya akan ingat selalu. Ya tentu ada faktor pendukungnya. Hihihi

Sekian dari saya, dan terima kasih untuk hari ini.

Daily Life 2023 #270

Salam,

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *