Puasa Hari Ketiga: Harus Tetap Bahagia

Update Terakhir: 30 Maret 2023 Oleh Abdul Jalil

Estimasi waktu baca: 7 menit

Grobogan, 25 Maret 2023 – Memasuki hari ketiga bulan puasa, perasaan yang seharusnya masih riang gembira. Di hati yang paling dalam ternyata ada kegelapan yang bisa saya sebut sebagai rasa kesepian. Bukan kesepian yang biasa orang-orang rasakan, tidak mudah untuk menjelaskannya.

Kalau kesepian karena belum memiliki pasangan masih bisa saya tahan (maklumi). Ketika saya tidak sengaja merasakan kesepian dalam tidur, saat itu juga harus segera terbangun dari tidur untuk melihat fakta saya masih memiliki keluarga.

Saya bangun dan duduk sebentar sebelum bergerak ke tempat makan. Beberapa menit kemudian saya langsung menikmati menu sahur yang sudah tersedia. Ayam kecap merupakan salah satu menu yang saya suka, meskipun tidak bisa setiap hari menyantapnya.

Kurang lebih sekitar 30 menit waktu yang saya perlukan bisa menikmati menu sahur. Perasaan sepi kini secara perlahan berubah menjadi sesuatu yang perlu saya syukuri. Tidak mudah lho untuk belajar menikmati rasa syukur. Terkadang, saya berada di posisi ingin mengeluh atau bersyukur.

Saya terus mencoba tenang agar bisa benar-benar menyadari apa yang sudah terjadi. Melakukan tindakan yang tidak perlu, justru hanya akan menjadikan suasana semakin rumit dan rasa sepi tidak akan pergi.

Seperti biasa setelah selesai sahur, saya langsung membersihkan diri dan bersiap menunggu azan subuh. Udara terasa sejuk sekali ketika saya keluar rumah untuk membersihkan diri. Entah, sampai kapan saya bisa merasakan udara sejuk seperti pagi ini.

Ketika matahari sudah menampakkan sinarnya, saya memilih tidur dan pasrah akan bangun jam berapa. Pada akhirnya saya terbangun ketika cuaca sudah semakin terik dan langsung membuka laptop untuk memulai menulis.

Siang atau sore nanti, rencananya saya ingin ke Semarang untuk mengikuti acara buka bersama bersama Keluarga Besar Racana Diponegoro (KBRD). Sebenarnya acara utama itu rapat pengurus Gugus Darma. Mungkin sekalian ya mumpung momennya pas, besok kan hari Minggu.

Cuaca masih terik, saya memutuskan untuk berangkat ke Semarang sekitar jam 2. Prakiraan sekitar dua jam perjalanan untuk sampai ke tujuan akhir. Melihat jalanan kanan dan kiri membuat saya kembali bersemangat menjalani hidup.

Bagi saya jalanan bisa memberikan sedikit hiburan saat hati sedang kosong. Sempat berhenti sejenak untuk salat dan sekalian istirahat di masjid. Meskipun saya bisa langsung melanjutkan perjalanan, lebih baik leyeh-leyeh sebentar untuk sedikit mendinginkan mesin dan kampas rem.

Sekitar pukul 16:30 WIB saya akhirnya sampai di rumah Kak Rosidin, ternyata sudah ada banyak orang yang hadir lebih dulu. Salam, salim, dan langsung duduk di tempat yang nyaman di sampingnya mas Ulin.

Salam Jari Kelingking Dulu

Walaupun badan masih pegal-pegal, saya tidak lupa untuk tersenyum dan memberikan kode kebahagiaan yaitu salam jari kelingking. Salah satu cara untuk membuat saya bahagia cukup berikan kode jari kelingking.

Oh iya hampir lupa, yang hadir pada sore hari ini cukup banyak lho. Termasuk beberapa Dewan Racana dan Anggotanya. Saya datang sebagai Purnacisya yang hampir lenyap ditelan bumi. Karena ajakan teman juga saya mengiyakan untuk menambah rezeki.

Sebelum masuk waktu berbuka puasa, kami semua yang hadir mendengarkan sambutan dari tuan rumah, dan beberapa sesepuh. Sudah lama sekali saya tidak mendengar beberapa kakak-kakak saya di Racana memberikan beberapa pengalaman dan pengetahuannya.

Mungkin hanya saya yang jarang mendengarnya, karena kesibukan dan jarak yang sudah tidak lagi sama. Hal itu yang membuat kesempatan semakin kecil, lagian waktu saya sudah berakhir sejak lama. Kebetulan saja hari ini saya menyempatkan untuk datang.

Ada beberapa sesi kami semua saling memperkenal diri, karena tidak semua yang hadir mengenal orang-orang jaman dulu. Kalau saya sendiri, cukup lah ya ada yang masih mengenal baik dari adik-adik ataupun kakak-kakak lainnya.

Saya senang sekali bisa kembali duduk bersama mereka, karena saya merasa tidak kesepian. Sore menjelang buka puasa, kami saling berbagi informasi baik dari Gugus Darma dan adik-adik lainnya. Oh iya, bagi yang belum tahu apa itu Gugus Darma.

Merupakan unit pendukung Kwartir Gerakan Pramuka, dengan kata lain bagi anggota yang sudah menyelesaikan pendidikan kepramukaan sampai di tingkat Pandega, bisa banget masuk ke Gugus Darma.

Sebenarnya saya juga belum mengetahui secara detailnya meskipun sudah mendengarkannya dengan seksama, terkadang saya membutuhkan fokus lebih agar bisa memahami setiap ucapan dari orang-orang yang menyampaikan sambutan.

Alhamdulillah suara azan sudah berkumandang, saatnya berbuka puasa diawali dengan membaca doa. Saya memilih air mineral dan kurma 3 biji sebagai pembuka meskipun di depan ada es sirop yang menyegarkan.

Lanjut magriban dan sampai di menu sesi menikmati hidangan utama yang sudah disediakan oleh Kak Rosidin dan keluarga. Saya memilih ambil nasi paling terakhir saja. Entah kenapa kebiasaan lama masih saja saya lakukan. Hihihi

Menunggu Giliran

Saya melihat mereka sepertinya masih malu-malu ketika mengambil nasi dan lauk. Tidak tahu persis apa yang mereka pikirkan, saya hanya menduga-duga mereka grogi dengan keberadaan sesepuh yang beneran sepuh. Hihihi

Zaman memang sudah berubah yah, saya cukup mengamatinya saja dan tidak ingin berkata apa-apa. Semoga saja mereka bisa nyaman dengan keberadaan para Purnacisya yang baru saja mereka kenal.

Terkadang, saya memiliki harapan satu hari nanti bisa melihat kakak dan adik saya bisa dalam satu kegiatan seperti hari ini. Dalam jumlah lebih banyak orang dan lebih banyak senyum yang bisa saya lihat.

Tidak ada salahnya kan saya memiliki harapan seperti itu, saat orang-orang yang sudah pesimis dan tidak ingin repot untuk melakukan sesuatu. Saya hanya manusia biasa yang ingin bahagia dalam kondisi apa pun.

Foto Bersama Sebelum Bubar

Salah satu dokumentasi sebagai pengingat bagi saya dan mereka di masa depan nanti. Seharusnya ada seseorang yang saya nantikan, tapi ya sudah. Sepertinya memang tidak ingin terlibat dengan kami semua. Sedih! Tapi saya tidak bisa memaksanya.

Setelah foto-foto, beberapa dari kami ada yang pulang lebih dulu, ada pula yang tinggal sebentar untuk melaksanakan salat Isya sekalian Tarawih. Setelah dari Kak Rosidin, saya berpamitan tuan rumah dan menuju ke kosnya si Sandi.

Menginap di sanggar sendirian untuk sekarang ini bukan pilihan bagus selama masih ada yang lain. Cukup sampai di sini ya, saya ingin segera beristirahat dan melanjutkan hidup untuk esok hari. Sampai jumpa di hari berikutnya.

Daily Life 2023 #84

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *