Sesi Cerita Kumpul Madya

Update Terakhir: 12 Oktober 2020 Oleh

42979
Foto Pribadi : Abdul Jalil dan Anggota Pramuka Universitas Diponegoro

Malam itu kami sedang bahagia, mulai dari catatan ini aku membuat sesuatu yang biasa aku buat. Dari sesuatu hal biasa sampai catatan yang tidak biasa. Itu semua untuk menyimpan kenangan bersama teman-teman

Pada kesempatan malam bersama mereka agenda yang sedang kami bicarakan adalah tentang kelangsungan hidup generasi selanjutnya (jenjang Pandega “Madya”) untuk anggota yang berstatus sebagai Pandega Muda, maka dari itu dalam waktu dekat setelah pelaksanaan kegiatan LPK akan dilanjutkan dengan prosesi pelantikan Pandega Madya.

Yang kalian lihat pada foto itu adalah anggota Racana tahun masuk 2013/2014. Dari sekian orang yang ada di angkatan kami (Gledeg) baru 5 orang yang sudah lebih dahulu menjadi Pandega Bakti (Pandega Penuh). Dan sisanya masih anggota Madya (dulu totalnya ada 20 orang Madya), kalau sekarang ya tinggal 15 orang. Jika bukan karena salah satu temanku yang protes kepada pemangku adat boleh jadi aku masih berstatus sebagai Pandega Muda.

Jujur saja pada waktu itu aku pribadi tidak begitu memikirkan tentang status Muda, Madya atau pun Bakti. Karena Pramuka yang aku artikan itu hanya satu “Ruh”. Dengan aku yang sekarang ini sebagai salah satu anggota pramuka Undip. Banyak yang perlu aku sesuaikan dengan keadaan sekitar. Aku menikmati keberlangsungan hidup di Pramuka Undip dengan jalan yang aku suka. Belum seorang pun yang paham tentang keyakinanku “karena aku adalah pribadi yang sangat abstrak”. Atau jika kalian  memang jeli seharusnya sudah mengerti apa yang ada di dalam pola pikirku.

Hanya orang bodoh dan tidak peka sepertiku yang masih sanggup bertahan di Racana untuk kategori anggota Non-dewan. Jika ada orang yang berpikir cerdas sudah pasti jauh-jauh hari meninggalkan apa itu yang namanya Pramuka. Banyak orang berpikir aku ini adalah manusia yang kurang kerjaan dan terkesan bodoh (memang sih). Namun, 50 tahun yang akan datang aku sudah memikirkannya dan memahami pada yang akan terjadi sebelum kebanyakan orang-orang berpikir demikian. Mulut itulah yang membuat kesan aku adalah manusia yang terlihat bodoh karena belum dapat menyatukan pola pikir yang sangat kompleks.

Ya itulah sedikit hanya aku pikirkan pada malam itu dan setelahnya juga menyatu dengan mereka untuk memikirkan hal yang lain. Membicarakan sesuatu yang berbau gosip terkadang menjadi momen yang seru. Kami semua memang senang bergosip untuk kalangan sendiri (khusus anggota yang tidak hadir), jika tidak ingin menjadi bahan gosip ya hadir saja di setiap agenda yang ada.

Malam itu juga aku belum sempat untuk berganti pakaian, ya karena memang setelah kegiatan dari pagi hingga malam belum juga mandi. Tidak mengapa deh belum mandi yang penting masih mempunyai hati.

Tempat makan sederhana sebagai wilayah untuk saling bertukar ide dan kesempatan. Hingga larut malam hanya ada kami yang duduk dan berbincang-bincang sambil menunggu pesanan jadi.

Aku salah satu tipe manusia yang tidak banyak bicara di dalam forum mana pun namun cukup banyak mengetahui  apa yang terjadi di dalam forum. Terkadang otakku ini adalah sebuah mesin rekam yang mampu menyimpan sesuatu yang tidak perlu untuk disimpan. Karena terlalu banyak hal yang di simpan di dalam otak , aku berpikir sedikit lambat daripada yang lain. Tetap saja di dalam diriku merasakan kapasitas memori yang jauh lebih berpotensi sebagai penyimpan sesuatu (peristiwa penting). Itu sebabnya aku lebih sering mengingat daripada membicarakannya. Jika ada yang butuh sesuatu aku hanya perlu untuk menyalinnya dalam bentuk tulisan.

Malam kebersamaan dengan mereka aku selalu menjadi pribadi yang berbeda. Namun, aku adalah bagian dari mereka. Cukup dengan sedikit menyesuaikan keadaan berharap mereka jauh lebih bahagia daripada sebelum ada aku.

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *