Update Terakhir: 28 Mei 2023 Oleh Abdul Jalil
Halo apa kabar? Semoga kalian sehat selalu ya. Pada kesempatan kali ini saya ingin mencurahkan berbagai unek-unek. Anggap saja catatan ini adalah sesi saya untuk curhat ketika menjadi investor saham di Indonesia. Jika menurut kalian ini penting, silahkan baca sampai selesai atau ambil poin-poin pentingnya saja.
Jujur saja artikel ini akan sangat panjang banget, mungkin kalian bosan membacanya jika tidak serius ingin mengerti. Setidaknya saya sudah mengingatkan. Terima kasih
Sejak kecil saya tidak pernah memikirkan tentang saat ini saya adalah salah satu investor pasar modal di Indonesia. Saat ini keadaan pasar modal di Indonesia sudah berbeda dengan yang dulu-dulu (jaman primitif, belum rame soal investasi bodong). Referensi belajar berinvestasi bisa kalian dapatkan secara bebas dan gratis.
Saya langsung cerita awal mula kenapa memutuskan untuk terjun di dunia investasi. Pada tahun 2019 saya mulai berinvestasi di instrumen emas dan Reksa dana. Karena kedua instrumen tersebut tidak perlu keahlian khusus untuk memulainya. Asal ada niat dan kemauan kuat pasti bisa.
Aplikasi pertama yang saya gunakan untuk berinvestasi adalah Tokopedia. Sebuah aplikasi yang menurut saya serba guna dan serba bisa untuk keperluan apa saja.
Oh iya, salah tanda bukti kita adalah investor pasar modal di Indonesia adalah nomor SID (Single Investor Identification) atau identitas tunggal sebagai investor. Setiap investor pasar modal pasti memilikinya.
Saya menyadarinya jika berinvestasi harus mulai sedini mungkin. Andai saja tahun 2015 saya sudah memahami konsep keuangan di masa depan, mungkin saat ini saya memiliki aset yang nilainya cukup fantastis.
Ya sudahlah itu adalah sedikit cerita masa lalu dari saya pribadi. . .
Profil Risiko Saya Adalah Tipe Investor Yang Agresif
Awal mula saya berinvestasi tidak serta merta langsung memiliki profil risiko agresif. Umumnya untuk pemula seperti saya dulu memiliki profil risiko yaitu Konservatif (risiko paling rendah). Siapa pun yang sedang berada di tipe ini menginginkan investasi yang aman. Tingkat imbal hasil (return) cenderung stabil, dan takut kalau investasi pokok berkurang.
Oleh karena itu awal-awal berinvestasi saya memilih emas dan reksa dana pasar uang. Saya memiliki kemauan belajar sambil melakukan agar bisa mendapatkan keuntungan lebih tinggi. Beberapa bulan kemudian profil risiko saya naik menjadi tipe Moderat (risiko sedang).
Yaitu tipe investor yang biasanya memiliki tujuan finansial jangka menengah, dan siap dengan tingkat imbal hasil yang fluktuasinya tidak signifikan, tetapi masih tidak terlalu berani mengambil risiko. Potensi rugi dikit-dikit masih bisa menoleransi risiko dalam berinvestasi.
Contoh produk investasi yang cocok untuk investor tipe ini ya belinya Obligasi, Surat Berharga Negara (SBN), atau Reksa dana pendapat tetap (RDPT). Untuk saya pribadi sudah membeli ratusan unit RDPT.
Nah, untuk tipe Agresif seperti saya ini adalah investor yang cukup atau sudah berpengalaman di pasar modal dan siap rugi sampai 100 % dari modal yang sudah disetor. Meskipun begitu potensi imbali hasil juga sangat tinggi untuk investor tipe agresif.
Sampai saat ini rekor kerugian yang sudah saya realisasikan mencapai 30 % (1 emiten), sedangkan potensi keuntungan tertinggi per 16 April 2022 yang belum saya realisasikan sebesar 455,11 %.
Saya belum berniat untuk merealisasikannya. Entah sampai kapan, karena saya hanya menunggu momen yang tepat. Kalau sudah waktunya dengan senang hati potensi keuntungan akan saya realisasikan.
Buat kalian yang ingin mulai berinvestasi wajib mengenali profil risiko. Karena profil risiko tiap orang itu berbeda-beda dan tidak akan pernah sama. Meskipun tertulis sama-sama tipe konservatif/agresif.
Secara umum profil risiko memang ada 3, namun sebenarnya masih ada pembagian berikutnya. Tentu saja penjelasannya akan lebih panjang. Saya belum sanggup untuk menulis semuanya, apalagi di blog ini.
Investasi Mulai Dari Rp 0 Di Beberapa Sekuritas
Saat ini bagi calon investor yang ingin terjun langsung ke saham bisa membuat akun sekuritas terlebih dulu. Tanpa sekuritas kita tidak bisa membeli saham secara langsung (atas nama pribadi). Beberapa sekuritas seperti Indo Premier Sekuritas (PD), Stockbit Sekuritas (XL), dan Ajaib Sekuritas (XC) tidak ada deposit dana minimum ke rekening dana nasabah (RDN).
Proses pendaftaran secara online umumnya bisa selesai 1 hari kerja. Akun sekuritas bisa langsung digunakan untuk jual beli saham. Namun, pada kasus saya dulu bisa tergolong lama yaitu 1 bulan. Karena ada permasalahan pembukaan akun RDN.
Ketika akun sekuritas saya sudah jadi, dengan penuh percaya diri saya langsung beli 2 lot (1 lot= 100 lembar).
Harga Saham Di Indonesia Tergolong ‘Murah’
Sebagian besar harga saham berkualitas yang ada di Indonesia tergolong masih murah. Meskipun harus membeli minimal 100 lembar. Bayangin aja kalau saya atau kalian ingin beli saham sekelas Amazon, Meta, Apple, Microsoft dll di bursa saham Amerika. Bisa pusing duluan…
Pembelian saham di bursa Amerika minimal bisa 1 lembar, tapi harga per 1 lembar itu pakainya dolar. Ini saya kasih contoh nyatanya harga saham per 16 April 2022 data dari Google Finance.
- Amazon (AMZN) $3034,13/lembar
- Apple (AAPL) $165,29/lembar
- Meta (FB) $210,18/lembar
Asumsi kurs USD ke IDR (Rp 14.344/US$) untuk 1 lembar saham Amazon investor harus merogoh kocek sebesar Rp 43.521.560,7. Sedangkan Rp 2.370.919,76 per 1 lembar untuk saham Apple. Mahal banget kan?
Semisal saya mempunyai uang sebanyak Rp 1 juta. Saya bisa membeli salah satu saham terbaik di Indonesia yaitu saham bank BCA dengan harga Rp 7.700 per lembar atau Rp. 770.000/lot. Masih sisa bisa beli saham lainnya atau simpan saja di RDN.
Bahkan ada saham paling murah se-Indonesia yaitu dari PT Planet Properindo Jaya Tbk (PLAN) seharga Rp 37/lembar. Wah murah banget…
Tentu saja sebelum membeli saham perlu mempelajari dulu mengenai latar belakang perusahaannya, bagaimana kinerja keuangannya, direksi, dan prospek kedepannya. Kalau kita beli saham asal beli saja tanpa memperhatikan poin pentingnya, ya siap-siap saja menyesal.
Tentang Investasi Saham Pertama Saya
Berbulan-bulan lamanya sebelum terjun langsung di dunia saham saya terus memantau kondisi pasar saham di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Market saat itu (2020) sedang crash parah dan saya masih belum pandai memanfaatkan momen.
Saya melakukan riset seorang diri dengan memanfaatkan fasilitas internet di tempat tinggal saat masih di Pare, Kediri. Tidak ada satu pun orang-orang di sekitar yang mengetahui saya sedang mulai belajar berinvestasi saham.
Saya pernah mendengar omongan dari seseorang kalau investasi saham adalah suatu yang perlu kaum muslim hindari. Karena hal tersebut adalah sesuatu yang haram dan bentuk pembodohan. Katanya. . .
Padahal di bursa saham Indonesia ada banyak sekali saham syariah. . .Tinggal milih!
Katanya: “Mending ternak ayam di rumah hasilnya bisa langsung terlihat”
Ketika sudah ada kalimat “mendang-mending“, saya lebih baik diam. Meskipun begitu, tentu saja saya tidak ambil pusing dengan omongannya.
Karena sejatinya investasi itu terbagi menjadi dua yaitu investasi aktif dan pasif. Contoh dari investasi aktif itu banyak sekali seperti belajar, ikut kursus, berdagang, membuka usaha kecil-kecilan dan lain-lain.
Untuk investasi pasif itu sendiri cukup kita menaruh uang nganggur ke dalam instrumen investasi. Agar uang bisa bertumbuh dan satu hari nanti bisa mendapat keuntungan berlipat-lipat. Contohnya ada banyak tidak perlu saya jelaskan.
Bulan demi bulan sudah saya lalui, akhirnya pada bulan Januari 2021 saya resmi memiliki saham melalui Indo Premier Sekuritas. Sektor keuangan adalah tujuan awal saya membeli 200 lembar saham perbankan.
Semenjak pembelian saham pertama saya terus belajar dan mencari saham terbaik untuk investasi jangka panjang dan juga tiap tahun rajin bagi-bagi dividen. Karena salah satu tujuan saya adalah bisa mendapatkan capital gain dan dividen yang besar untuk memenuhi kehidupan sehari-hari satu hari nanti.
Metode Investasi Yang Saya Gunakan
Saya menggunakan metode yang mirip dengan Dollar Cost Averaging (DCA) yaitu strategi investasi rutin dalam suatu periode tertentu dengan jumlah investasi yang sama, tak peduli harga jual/beli suatu instrumen investasinya.
Jika saya menggunakan 100 % metode DCA, jelas tidak cocok dengan karakter saya pribadi. Saya memiliki formula tersendiri agar bisa sukses dalam berinvestasi saham di Indonesia (saya menyebutnya resep rahasia).
Melatih mental agar tidak FOMO (Fear of Missing Out) dalam berinvestasi saham adalah salah satu formula yang bisa saya beritahu kepada kalian untuk memulainya. Awalnya ada perasaan FOMO ketika ingin terjun di salah satu saham pilihan, tapi saya ingat dengan kondisi keuangan yang belum stabil.
Saya adalah salah satu investor yang nekat melanggar satu aturan penting sebelum berinvestasi saham. Yaitu mengenai ketersediaan dana darurat yang wajib investor penuhi.
Ada yang bilang mengenai dana darurat itu harus tersedia 3 kali gaji per bulan (single) atau 6 kali gaji (berkeluarga). Bayangin aja saya tiap bulan hanya memiliki pendapatan 250rb-500rb per bulan sebagai tenaga pendidik. Terkadang, saya harus mencari uang tambahan untuk terus bisa bertahan.
Cukup miris memang, tapi ya sudahlah. . .
Sangat berbanding terbalik dengan keadaan teman-teman seangkatan yang sudah memiliki gaji lebih dari upah minimum, bahkan sampai dua digit.
Meskipun begitu saya masih bisa menyisihkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mencicil dana darurat, dan berinvestasi. Setiap pertengahan dan akhir bulan saya wajib memantau kondisi keuangan dan mencatatnya.
Baca juga:
- Cara Beli Saham IPO Secara Online Untuk Pemula
- Target Pertama Investasi: “Kepemilikan 10.000 Lembar Saham”
- Saham Unilever Akan Menyentuh Harga Rp 2.000/Lembar?
Tantangan Saya Dalam Berinvestasi Saham
Menurut saya salah satu tantangan yang cukup berat untuk saat ini adalah ketersediaan dana darurat. Kadang, saya juga mikir jika sesuatu hal buruk terjadi dan membutuhkan dana cash dalam waktu cepat.
Kemana saya harus mengambil bagian untuk mendapatkan dana cash. Berhutang kepada teman/keluarga bukan merupakan opsi yang bagus. Tentu saja, hal tersebut saya selalu pikirkan sebelum berinvestasi.
Saya sudah memutuskan terjun, berarti saya sudah siap menghadapi risiko terburuknya. Di sini skill manajemen keuangan saya benar-benar diuji. Berhasil melewatinya saya selamat, jika tidak terpaksa saya harus melepas beberapa aset.
Alhamdulillah, saat ini aset bersih yang saya miliki sudah menyentuh 2 digit dengan nilai liabilitas hanya 1 digit saja. Jika saya tidak melakukan hal gila dan ekstrim, saya mungkin tidak akan pernah memiliki emas, reksa dana, obligasi, dan saham.
Hanya masalah waktu saja saya bisa mendapatkan pekerjaan layak dan mapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, masalah tentang ketersediaan dana darurat akan segera terselesaikan.
Menyediakan Dana Darurat Dulu atau Langsung Mulai Berinvestasi?
Saya sudah sedikit menyinggung pada pembahasan sebelumnya. Idealnya sebelum berinvestasi harus menyiapkan dana darurat yang cukup untuk bertahan seorang diri minimal 3 bulan. Pakar keuangan tentu saja setuju akan hal tersebut.
Jika kalian sudah memiliki pekerjaan yang mapan dengan status pegawai tetap. Sudah sangat memungkinkan untuk terjun langsung ke dunia pasar modal, karena alokasi dana darurat pasti sudah ada. Tinggal masing-masing orang apakah ingin mengabaikannya atau mematuhinya.
Fungsi dana darurat tentu saja untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga (pokoknya peristiwa yang tidak kita inginkan deh). Saya memang sudah memiliki dana darurat yang tersimpan di bank syariah, namun nominalnya masih jauh dari standar.
Setidaknya saya sudah berusaha untuk mencicilnya. Semoga ketersediaan dana darurat pada akhir tahun 2022 ini bisa terpenuhi nilainya 6 bulan gaji standar.
Alokasi Dana Untuk Investasi
Saya termasuk investor saham yang bermodal kecil, minimal alokasi dana berkisar antara Rp 50rb s.d Rp 200.000 per bulan. Tergantung dengan penempatan dana di sektor apa dulu. Karena saat ini per 16 April 2022, saya menginvestasikan dana ke beberapa sektor antara lain: keuangan, infrastruktur, industri, teknologi, perdagangan, jasa, dan investasi.
Selain itu juga ada ETF (Exchange Traded Fund) untuk diversifikasi investasi saham agar lebih beragam. Saya memiliki 3 macam ETF yaitu XIHD, XIIT, dan XIFE harganya relatif murah dan ketiganya memiliki kinerja yang bagus.
Ngomongin soal diversifikasi saham, tidak banyak orang memperhatikan poin penting ketika hendak melakukannya. Saya bisa memberikan sedikit gambaran mengenai diversifikasi dalam berinvestasi saham jangka panjang versi saya pribadi.
- Memilih sektor (saham) yang memiliki fundamental bagus.
- Tiap sektor memilih 1-2 emiten sebagai core investing dan 1 emiten satelit (menyesuaikan).
- Tidak disarankan memilih lebih dari 3 emiten per sektor.
- Persentase alokasi dana tiap sektor tidak boleh > 50 % (jika memilih >3 sektor).
- Idealnya memilih 3-5 sektor terbaik versi analisa pribadi (menyesuaikan).
- Idealnya ketersediaan dana kas di RDN berkisar 10-20 % dari total investasi saham.
- Alokasikan sebagian dana untuk membeli ETF.
Sebagian Keuntungan Investasi Saya Berasal Dari Dividen
Selain dari capital gain (selisih harga jual-beli) keuntungan berinvestasi saham juga berasal dari dividen lho. Dividen bisa banget menjadi pemasukan pasif yang sangat menguntungkan bagi investor.
Dividen adalah pembagian laba bersih perusahaan kepada pemegang saham. Sebagai pemegang saham dengan porsi kecil sekalipun (1 lot=100 lembar) tetap mendapatkan jatah pembagian laba bersih.
Saya adalah tipe investor yang tidak langsung menarik keuntungan (laba bersih) ke rekening pribadi. Daripada menariknya lebih baik laba bersih saya menginvestasikan kembali untuk membeli saham atau ETF (Compound Interest).
Target awal saya minimal laba bersih dari 1 emiten bisa untuk membeli 1 lot saham, sisanya untuk alokasi kas di RDN. Target utama yaitu laba bersih perusahaan tiap tahun bisa memenuhi kehidupan saya dan keluarga. Pra-kiraan mengingat adanya inflasi di masa depan paling tidak tiap tahun bisa mendapatkan dividen sebesar Rp 300 juta/tahun.
Jika target di atas bisa saya capai di usia sebelum 35 tahun, saya rasa tidak perlu lagi kerja kantoran berangkat pagi pulang pagi. Menikmati hobi dan meningkatkan kualitas hidup bersama keluarga.
Investasi Saham Itu Bukan Mainan, Membaca dan Mengerti Laporan Keuangan Wajib Hukumnya
Kemudahan dalam berinvestasi di pasar modal khususnya saham adalah salah satu inovasi yang sangat keren menurut saya. Untuk sekarang ini siapa pun yang memiliki KTP sudah bisa dengan mendaftar sebagai investor pasar modal.
Hanya perlu klik, cekrek, upload tunggu satu hari kerja akun sudah jadi. Namun, di sisi lain tidak sedikit orang memanfaatkan kecanggihan teknologi hanya untuk mainan. Arti mainan di sini adalah berinvestasi dengan cara atau metode gambling (judi).
Hanya menebak harga sahamnya akan turun atau naik. Cuma bisa ngikut rekomendasi orang/analis tapi pikir panjang terlebih dulu terhadap efek kedepannya. Hal tersebut merupakan salah satu kesalahan yang sering investor lakukan.
Mengikuti rekomendasi saham khususnya dari kalangan non profesional ya (biasanya ada yang gratis dan berbayar) sah sah saja kok. Menurut saya banyak yang abal-abal, hanya sekedar memberi rekomendasi tanpa mengetahui latar belakangnya.
Oleh karena itu, tidak sedikit investor ritel yang nyangkut dan FOMO karena kena pom pom saham. Saya hanya bisa tertawa saja melihat banyak investor yang nyangkut.
Menjadi investor khususnya di saham harus memiliki idealisme yang kuat dan tetap membuka wawasan dari orang lain. Karena perkembangan perdagangan di pasar modal itu sangat cepat dan efisien.
Faktor yang banyak menciptakan investor abal-abal nyangkut saham dimana-mana, hal itu disebabkan oleh budaya malas membaca. Pokoknya kalau ada info rekomendasi langsung eksekusi. Menyedihkan . . .
Paling tidak sebagai investor harus menyempatkan membaca entah itu laporan keuangan per kuartal atau tahunan. Jika sanggup bisa membaca laporan tahunan perusahaan, hal itu akan semakin bagus dan tidak bodoh-bodoh banget jadi investor.
Di beberapa aplikasi sekuritas saat ini sudah menyediakan fitur laporan keuangan yang komplit dan sangat mudah kita mengerti. Fitur aksi korporasi, latar belakang perusahaan dan sebagainya semuanya sudah tersedia.
Tinggal investor bisa memanfaatkan atau tidak dari fitur-fitur canggih dari perusahaan sekuritas. Jika tidak kemauan untuk belajar lebih baik tutup akun dan bekerja keraslah sampai tua.
Berinvestasi Menjadi Ajang Pamer Grafik dan Keuntungan, Tapi Ilmu Nol !
Sepertinya sudah menjadi budaya bagi para pemula bahkan yang sudah berpengalaman sekalipun di dunia pasar modal pamer keuntungan hasil dari investasi saham. Jika hanya melakukan satu sampai dua kali saja mungkin adalah ekspresi kebahagiaan saya mengartikannya.
Sering kali jika kita telah melakukan atau mendapatkan sesuatu (hasil usaha sendiri atau bantuan orang lain) ingin sekali dunia mengetahui meskipun informasinya tidak penting-penting banget singkatnya ingin mendapatkan pengakuan.
Menurut saya investor yang pamer-pamer grafik (candle stik) ingin menunjukkan dirinya itu salah satu orang hebat yang bisa mengerti hal rumit seperti prediksi kenaikan/penurunan harga saham.
Jika pamernya itu berkualitas yaitu dengan caption hasil analisa teknikal yang tepat, justru akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Namun, kebanyakan hanya pamer candle stik caption-nya jauh dari kata analisa teknikal alias gak nyambung.
Selain itu juga sering banget pamer tentang persentase keuntungan dari portofolio saham. Lucunya lagi ada keterangan yang seolah-olah telah berhasil mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat.
“Wah cuan nih 100 % dari saham ABCD”. . . “Wah portoku sedang ijo nih (sambil memamerkan isi portofolio sahan)”. . .
Selain budaya korupsi, di Indonesia ada juga budaya pamer (flexing). Harta dan tahta adalah segalanya di mata masyarakat Indonesia. Ya begitulah keadaan yang sebenarnya.
Justru banyak orang hebat dan berpengalaman di pasar modal tentang keadaan isi portofolionya tidak ingin diketahui oleh orang lain. Mentok, semisal sudah terdesak dengan keadaan (pertanyaan) paling cuma bilang,
“lagi ijo nih, lagi merah nih” . . . dan kata-kata sejenisnya.
Hampir tidak ada kalimat-kalimat yang menunjukkan “sedang pamer”. Saya sampai sekarang juga masih kesulitan untuk mendeskripsikan orang-orang yang sedang pamer keuntungan portofolio investasi.
Meskipun begitu, saya tidak bisa menyalahkan orang-orang pamer. Saya percaya apa pun yang mereka tidak ketahui, itulah kekuatan dari kebahagiaan saya ketika berinvestasi saham.
Jangan Menunda Untuk Berinvestasi
Pada kesempatan ini, sesi curhat menjadi investor saham di Indonesia saya hanya ingin mengingatkan untuk diri saya sendiri dan juga kalian semua (pembaca blog ini). Jangan suka menunda sesuatu yang baik.
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya berinvestasi itu bisa kita mulai dari hal paling sederhana yaitu belajar. Belajar untuk meningkatkan skill dan value diri, mengasah keduanya akan mendatangkan keuntungan.
Mengikuti seminar dan pelatihan juga termasuk bagian dari berinvestasi leher ke atas. Tidak ada rugi jika kita mulai berinvestasi leher ke atas. Percayalah semua akan baik-baik saja.
Semisal kalian selalu mengeluh investasi di pasar modal itu mahal dan merepotkan. Plis, semua itu sudah tidak ada lagi. Sekarang jaman sudah berubah, semua serba mudah. Tinggal eksekusi saja, semua beres.
Semua akan baik-baik saja. . .
Ya, sepertinya saya sudah panjang banget nulis di halaman ini. Semoga sesi curhat saya ini bisa kalian mengerti dan bermanfaat. Kalaupun tidak paham ya harap maklum, mungkin gaya bahasa saya memang masih berantakan.
Salam Dariku,