Wisuda Terakhirku: Selamat Tinggal Undip

wisuda terakhirku

Update Terakhir: 6 September 2023 Oleh Abdul Jalil

Semarang, 28 Oktober 2019 –  Hari yang spesial tepat dimana momen wisuda terakhirku akhirnya dapat terwujud juga. Aku mengikuti wisuda Undip total sudah 21 kali dan untuk yang terakhir ini menjadi pesertanya.

Aku sendiri sering mengunggah artikel yang berkaitan dengan pelaksaan wisuda. Rencana sejak awal aku menulis catatan ini selain di unggah ke internet, insya Allah akan disimpan dalam bentuk buku.

Momen terakhirku bersama teman-teman Undip khususnya panitia wisuda benar-benar aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hal itu bisa aku buktikan dengan menyempatkan waktu untuk menyapa teman-teman yang sedang bertugas.

Aku melaksanakan wisuda sesi kedua (siang), tapi jam 9 pagi bersama keluarga sudah tiba lebih dulu di gedung Prof. Soedarto, SH. Tujuannya untuk meminimalkan terjebak macet dan memberikan kesempatan kepada keluarga melihat-lihat kampus Undip.

Meskipun akan diwisuda, aku sempatkan membawa almet Undip sekedar untuk masuk ke ruangan dan akhirnya dapat bonus jajanan dari teman yang bertugas. Selain itu, momen sebelum wisuda bisa aku manfaatkan mencari posisi kursi terbaik untuk keluarga dengan meminta bantuan ke teman. Karena momen terakhir ini aku ingin dilihat jelas oleh keluarga.

Aku memang memanfaatkan orang dalam untuk situasi seperti itu. Karena aku sendiri juga sudah hafal betul posisi view terbaik untuk keluarga (non-cumlaude). Jadi, semisal keluargaku ini ke kamar mandi atau beribadah akses keluar masuknya jadi enak dan efisien.

Bagi orang lain wisuda adalah momen yang paling ditunggu-tunggu tapi untukku hal itu menjadi biasa saja. Padahal untuk mencapai prosesi wisuda, seseorang harus menyelesaikan semua tugas yang ada dan tugas terakhir adalah sidang skripsi.

Momen Wisuda Terakhirku Ketika Berjabat Tangan Pak Rektor Undip

“Selamat ya mas”

Ucapan tersebut yang aku dengar langsung dari Pak Rektor Undip. Karena setelah momen itu aku mungkin tidak ada menjumpai momen yang seperti itu. Kecuali kalau aku melanjutkan pendidikan magister. Pendidikan terakhir cukup sampai S1 saja, aku tidak ingin pusing harus memikirkan sesuatu yang rumit lagi.

Setelah duduk berjam-berjam berada diruang sidang senat terbuka, akhirnya sekitar jam 4 lebih acara benar-benar telah selesai. Beberapa orang telah menungguku di luar ruang dan siap menyambutku dengan toga. Momen ini akan menjadi kisah terakhir di Undip yang harus aku simpan baik-baik.

Aku melihat banyak sekali teman-teman datang menyambutku ketika suasana masih sangat ramai di sekitar pintu keluar. Momen haru, lucu, bahagia pun saat itu menjadi satu, telingaku sangat peka dengan ucapan “selamat” dimana-mana. Yan terakhir pastinya aku menerima banyak sekali buket bunga dan bingkisan.

Di bawah ini ada sebagian kecil foto-foto yang aku simpan dalam catatan ini. Mewakili banyak sekali banyak kenangan bersama mereka semua. Fotografernya sih Kamal (FH/ARD-2018)

Dari sekian banyak foto bersama teman-teman, aku masih berharap Dia datang untuk menyempatkan waktu. Tapi sayang sekali sepertinya memang waktu tidak akan berpihak kepadaku. Padahal momen sudah tepat tapi aku hanya bisa pasrah. Dan momen terakhir foto dengannya ya ketika Ia wisuda di kampus sebelah.

Tidak tahu harus berkata apa lagi ketika membaca notifikasi tentang kekhawatirannya. Jika memang serius mungkin peluang itu pasti dapat diwujudkan. Semua telah terjadi. Aku akan baik-baik saja meskipun hati rasanya sudah ambyar.

Momen wisuda terakhir sudah selesai dan aku menerima paket spesial pita merah yang tertulis namanya.

Nama pengirim aslinya adalah Izzatin Naili Rohmah. Satu orang yang selalu aku nantikan kehadirannya tapi kesempatan itu tidak pernah terwujud. Dia adalah salah satu orang yang pernah berhasil membuatku menjadi laki-laki yang romantis (ngegombal).

Sebagai Penutup

Walaupun sedikit tidak nyambung tapi aku menulisnya biar selalu ingat sampai saat terakhirku tiba.

Momen bersama teman-teman akan menjadi salah satu kisah menarik dikemudian hari. Aku mungkin sedikit kecewa tapi harus realistis juga, karena semua itu tidak dapat diulang kembali. Total lebih dari 300 judul catatan sudah pernah aku buat. Berkali-kali dikecewakan oleh perempuan dan aku masih tetap bertahan dengan kebahagiaan.

Karena aku yakin perempuan terakhir yang ikhlas aku sayangi adalah Haruna. Terima kasih sudah memberikanku kesempatan untuk menulis.

Catatan Akhir Kuliah #104

Baca juga:

Salam Dariku,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *