Update Terakhir: 30 Juli 2022 Oleh Abdul Jalil
Semarang, 27 Januari 2015 Kegiatan rutin wisuda Universitas Diponegoro ke 137. Rasa senang sekaligus bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Suatu kehormatan bisa menyaksikan langsung prosesi wisuda universitas.
Hal yang paling ditunggu setiap mahasiswa yang ingin mengakhiri kisah hidupnya di kampus riset. Jangan di anggap serius setiap kalimat yang aku sampaikan di catatan ini. Aku mencatat karena ingin bukan untuk di puji.
Hidup ini perlu di isi dengan mencatat. Apapun yang bisa di catat itu tidak akan menjadi sia-sia di kemudian hari.
Terlihat menarik untuk dibicarakan ketika melihat sebagian kebersamaan. Bahkan aku masih ingat semasa masih di ospek oleh kakak tingkat. Rasa itu sangat jelas ada dan belum dapat di bohongi. Jika ada yang berbohong aku yakin orang itu sebenarnya mati.
Pikirkan sendiri jika aku mencatat kalimat tersebut. Foto di atas adalah teman-teman ku yang ingin aku kenalkan kepada kalian. Sebelah tangan kananku laki-laki yang ingin jatuh cinta “ Yanuar Aji Saputro ”.
Kemudian ada laki-laki yang terlepas dari kesedihan dan duka bernama “ Dedi Nugroho” dan di sebelahnya lagi ada laki-laki penuh pesona “ Yuyu Wahyudin ”. laki-laki terakhir yang mempunyai senyum yang menawan hingga kekasihnya pun jatuh hati kepadanya “ Ali Syibro Malisi”.
Ada juga tiga perempuan yang menyempatkan hadir untuk berbagi kebahagiaan bersama ada si manis berkerudung hitam “ Lilia Rosalia Indah ” ada pula perempuan yang berlesung pipi “ Siti Hastin Nur Indarwati ” dan yang terakhir ada “ Dea Saraswati ” memakai baju kotak-kotak berwarna merah.
Jika perkenalan dari beberapa teman satu angkatanku itu sudah. Aku ingin mencatat satu hal yang masih ingat pada waktu ketika bunga mawar berwarna merah itu mempunyai kisah antara aku dan Haruna.
Kehadirannya membuatku merasa senang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya bunga itu akan diterimanya. Bunga sebenarnya untuk kakak tingkat yang wisuda, tapi masih tersisa. Terlalu sayang untukku bawa pulang pulang dan terlalu kasihan untuk ditinggalkan begitu saja.
Jadinya, aku bawa untuk diberikan Haruna. Aku tidak ada maksud lain ketika yang lain sedang sibuk dengan kekasihnya atau lainnya.
Perlahan aku meninggalkan mereka semua dan kembali untuk bertugas di dalam gedung prosesi. Hingga wisuda selesai aku berharap bunga itu masih ada di tangannya.
Artikel ini telah terbit pada tanggal 27 Maret 2016 16.44 WIB
Salam,