Update Terakhir: 27 Agustus 2022 Oleh Abdul Jalil
Akhir-akhir ini saya memang ‘agak’ serius belajar tentang Virtual Private Server (VPS). Saya akui untuk mendapatkan keahlian teknis tentang banyak hal seputar VPS memang butuh waktu.
Ada alasan valid no debat mengapa saya harus bisa mengelola sebuah VPS.
VPS adalah server virtual yang berfungsi untuk menyimpan data dan file pada website. Rata-rata VPS cocok untuk website yang membutuhkan sumber daya server besar.
Karena penggunaannya itu khusus untuk satu user/website saja. Jadi, tidak ada tuh yang namanya berbagi sumber daya.
Sebenarnya VPS itu sebuah teknologi virtualisasi yang membagi server fisik (dedicated server) menjadi beberapa sumber daya yang berbeda.
Dengan sumber daya pribadi, kinerja website dari user server ini tidak akan terpengaruh oleh user lainnya.
Saya ingin membuat sebuah sebuah tabel perbandingan sederhana untuk membedakan shared hosting, VPS hosting, dan dedicated server.
Untuk pemula atau user yang baru saja mulai nge-blog shared hosting adalah pilihan terbaik. Karena user hanya tinggal pakai saja tanpa perlu memikirkan konfigurasi server.
Meskipun saya sudah lama di dunia WordPress, tapi saya baru sekitar 2 tahunan berkecimpung di WordPress hosting mandiri.
Sebelum berpindah menggunakan VPS, saya percayakan layanan unlimited shared hosting ke Niagahoster. Karena saya sudah cocok dan paham mengenai syarat dan ketentuan dalam menggunakan layanan.
Memang dari segi harga Niagahoster terkesan lebih mahal daripada provider lainnya. Tapi menurut hal itu setimpal dengan pelayanan yang saya dapatkan.
Untuk tahap belajar VPS, sementara ini saya menggunakan layanan dari IDCloudHost yang menyediakan layanan server murah dan sangat fleksibel.
IDCloudHost menawarkan kemudahan dalam membuat virtual machine (VM) dan install app cukup klik sesuai kebutuhan. Untuk masalah biaya mulai Rp 68/jam atau Rp 50rb/bulan.
Konfigurasi Awal VPS Merupakan Sesuatu Yang Rumit
Setelah proses install OS, saya biasanya menggunakan CentOS 7 dan langkah selanjutnya adalah install panel kontrol. Untuk mengelola sebuah VPS lebih enak memang menggunakan panel kontrol.
Meskipun tidak sedikit orang memilih tanpa panel, alias ngelola server langsung pake remot SSH dengan perintah baris yang menurut saya gampang-gampang susah.
Gampangnya itu perintah baris bisa nyari di internet, tapi susahnya kalau salah bikin perintah baris bisa-bisa SSH bisa error.
Kalau VPS sudah error saya belum tau cara balikinnya, fitur snapshot sih ada tapi berbayar 12rb/bulan. Karena masih belajar lebih baik mulai dari 0 alias hapus VM dan bikin baru lagi.
Selama belajar konfigurasi VPS, saya mencoba 2 panel kontrol yaitu aaPanel dan Cyberpanel. Dari keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk pemula sih saya sarankan bisa menggunakan aaPanel.
Tampilan minimalis untuk urusan upgrade sistem dan semua isi di dalamnya termasuk milih versi PHP, MySQL, Phpmyadmin, semua gampang tinggal klik.
Tapi untuk keamanan saya sendiri belum bisa merasa yakin, meskipun saya ini pemula untuk urusan keamanan server itu penting. Saya beberapa kali gagal install SSL dan mengaktifkannya untuk hostname (pakai domain) di aaPanel.
Di aaPanel gagal mengaktifkan SSL hostname, panel tidak bisa saya akses. Karena panel hanya bisa saya akses menggunakan domain, tidak lagi menggunakan IP VPS. Kalau di Cyberpanel masih bisa saya akses meskipun gagal mengaktifkan SSL untuk hostname.
Kekurangan di Cyberpanel itu kalau ingin update sistem, phpmyadmin, MySQL harus menggunakan SSH. Beda banget dengan aaPanel, itulah salah satu masalah kalau saya belum menguasai konfigurasi manajemen VPS.
Intinya kalau sudah bisa menguasai SSH semua bisa aman dan terkendali. Ya memang butuh waktu untuk bisa menjadi ahli di dunia per-server-an wkwkw
Alternatif sih saya bisa menggunakan VPS cPanel dari Niagahoster, tapi ya itu mahal untuk harga per bulannya paling murah Rp 490rb.
Belajar Itu Penting Kalo Ingin Serius di Dunia Blogging
Penyedia layanan hosting memang menyediakan “fully managed” untuk paket unlimited dan cloud hosting (Niagahoster). Tapi tentu saja ada batas kita harus pindah ke VPS.
Untuk detailnya sih saya belum bisa menjabarkan mengapa harus pindah ke VPS, karena tergantung user itu sendiri. Sebenarnya cloud hosting itu memiliki spek yang besar, tapi sayang sekali untuk limit database cuma 5 GB saja
Kalau cuma 1 website sih tidak masalah, di server yang saya pakai saat ini ada 5 website. Untuk penggunaan jangka panjang tentu saja sangat mengkhawatirkan. Bakal repot kalo pindah layanan dengan file sudah lebih dari 1 GB (terutama database).
Secara tidak langsung penyedia layanan hosting itu menuntut setiap user harus bisa menggunakan VPS. Kecuali sejak awal udah sewa orang untuk ngurusin VPS. Beda cerita lagi dan tentu saja nambah modal.
Ya saya belajar VPS untuk kebutuhan saya sendiri dan mungkin saya bisa menawarkan jasa kepada siapa pun yang membutuhkan nantinya. Itupun kalau saya sudah mahir. Hehehe
Sambil menunggu saya mahir menggunakn VPS, sementara ini saya masih menggunakan layanan shared hosting dari Niagahoster. Lagian sebentar lagi saya dapat gaji pertama dari Google Adsense.
Gaji dari Adsense tentu saja untuk kebutuhan operasional dulu. Gaji untuk foya-foya sih belum ada, tidak tau kalau nanti. Hehehe
Catatan ini saya akhiri dulu ya, lain kesempatan mungkin akan curhat lagi seputar VPS. Mungkin teman-teman yang ingin belajar nge-blog bisa kontak saya. Gratissssss lho!
Salam,