Foto Bersama Sebelum Berkeluarga

Update Terakhir: 28 Mei 2023 Oleh Abdul Jalil

Alhamdulillah . . aku dan mereka dapat kembali berkumpul di momen bahagia. Lebih tepatnya di bulan Syawal (Lebaran Idul Fitri) 1437 H. 9 Juli 2016 mungkin sudah lebaran ke 3 atau lebih namun kurang dari 5 kali.  Karena aku sedang lupa ketika membuat catatan ini.

Seperti yang pernah aku ingat di sesi catatan bersama teman-teman. Aku ingat kami selalu merencanakan waktu kumpul antara jam 9-10 pagi. Karena aku dan mereka hidup di tanah Jawa rumus periode waktu yang berlaku adalah T=(t+1).

Jangan di anggap serius dengan persamaan itu karena aku ngawur (tidak ada dalil secara matematis). Aku mencoba untuk menerima dengan senang hati apa pun yang akan terjadi dengan mereka, harusnya bisa lebih dari itu namun memang hanya mereka yang dapat kumpul.

Rumah teman yang pertama aku kunjungi pada waktu itu (rumah Arina). Aku datang seorang diri niat untuk bertamu. Ketika aku sampai di rumahnya Rin ternyata masih ada tamu (banyak banget). Memang benar teman-teman akan telat menurut apa yang aku pikirkan namun juga berbeda menurut mereka.

Aku duduk sambil menikmati keripik pisang buatan Arina. Aku orang Jawa namun gaya makanku campuran (seperti bukan orang Jawa), aku hampir menghabiskan satu wadah (toples) keripik pisang (sebenarnya sudah habis dan di isi kembali). Tidak perlu makan nasi perut sudah terasa kenyang sekali padahal masih banyak rumah yang harus di kunjungi.

Ketika tamu sudah pada pulang atau melanjutkan perjalanan di rumah Arina hanya ada keluarga dan aku. Sambil menunggu teman-teman aku dan Arina berbincang sejenak, tidak lama kemudian satu teman datang dan satu per satu datang sejumlah yang ada di foto.

Foto Pribadi : XII IPA 1(ex) di Rumah Risa
Depan: Risa, Abdul, Khasan, Arina  Belakang : Rina dan Shanty

Tahun ini hanya ada 6 orang saja. Tidak mengapa lain waktu Insya Allah bisa lebih banyak lagi. Aku dan teman-teman kemudian melanjutkan ke rumahnya Khasan. Hanya sejenak menempelkan pantat (ya salim dulu sama tuan rumah) dan seperti biasa icip-icip makanan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Rasanya perutku masih muat banyak untuk menampung berbagai macam makanan khas lebaran Idul fitri.

Badanku kecil namun daya tampungku seperti melebihi kapasitas rata-rata. Ya kira-kira pada waktu itu massa tubuhku antara 58-60 kg dengan tinggi sekitar 165.5 cm (cukup ideal) untuk ukuran seorang laki-laki darah Indonesia.

Beda lagi kalau aku ini ada keturunan darah Eropa tinggi badanku bisa jadi 170+. Bersyukur saja deh dengan keadaan yang ada sekarang ini. Karena dengan bersyukur aku lebih bahagia dengan kehidupan ini.

Dan rumah ketiga yang aku kunjungi bersama teman-teman (yang ada di foto). Cuaca panas namun enak untuk di nikmati sebagai anugerah Tuhan. Makan siang dulu bersama teman-teman dan yang paling membuatku senang (pokoknya aku senang) di rumahnya Risa ada pisang ijo (hijau) yang panjang banget. 

Rasanya manis dan menggoda lidah untuk segera aku santap. Aku memang suka dengan buah pisang. Kalau beli di pasar pisang ijo (hijau) yang panjang mahal khusus lebaran tahun ini aku mendapatkannya dengan gratis dan bisa bawa pulang (sedikit berlebihan) namun dari pada kecewa dan ada rasa menyesal, aku bawa pulang saja (tentu sudah dapat ijin dari tuan rumah). Untung aku kalau pergi keluar rumah selalu bawa tas (ada manfaatnya juga).

Sambil cerita santai di rumah Risa terpikir salah satu dari kami mengusulkan untuk berfoto-foto (ceritanya foto ala di Jonas). Ada kursi sebagai properti ada kami yang menjadi pujaan hati (maksudnya ?).

Jika kalian bertanya siapa yang menjadi tukang foto itu adalah adiknya Khasan. Jadi sudah jelas meskipun di foto tidak ada yang terlihat. Terkadang memang benar jasa-jasa tukang foto itu seperti tidak memiliki kisah dalam foto itu (karena tidak ada yang tahu siapa yang memfoto?). Bagi yang menjadi objek foto harusnya mengerti tentang perasaannya. Sudah. . lah malah jadi ceritanya tambah tidak jelas.

Pada akhirnya kami semua melanjutkan perjalanan ke rumah Shanty. Di sana masih saja aku memakan sesuatu. Karena ada rujak buah (aku tergoda) pedasnya itu nikmat. Dalam satu hari itu memang banyak makanan yang masuk ke perutku.

Sampai memasuki waktu shalat Ashar aku dan teman-teman masih di rumah Shanty. Rencana kami semua ingin kembali ke rumah masing-masing namun sepertinya tambah satu rumah teman lagi untuk di kunjungi.

Pada waktu itu kami semua berkunjung ke rumah Ahmad Rifai (salah satu teman di Ipa 1). Karena dirinya habis di aniaya pada malam takbir atau malam yang lain (kronologi kejadiannya panjang jadi aku malas untuk mencatatnya) walaupun mengetahuinya melalui cerita yang telah aku dengar.

Orangnya hitam manis dan berbadan tinggi (paling tinggi), jika kalian ingin tahu bagaimana orangnya aku sudah pernah membuat satu catatan yang menampilkan foto saat bersamanya (tinggal cari saja di kotak pencarian) nanti bisa ketemu atau klik (tautan ini saja) tautan itu akan di teruskan ke akun miliknya. Jadi, kalian tenang saja aku tidak akan berniat buruk (walaupun banyak yang berpikir buruk tentangku).

Kami semua melihatnya dalam kondisi yang sehat hanya saja ada balutan kain kasa.  Malam masuk rumah sakit sore hari kemudian sudah main voli bersama teman-temannya di kampung. Terkadang kami sempat berpikir dia itu gila. Tapi ya ingin bagaimana lagi dia sudah sehat. Yang penting dia masih bisa di ajak untuk berkelahi lagi.

Sore hari sekitar jam 5 kami semua berpamitan sama keluarganya Fai dan pulang ke rumah masing-masing. Dengan demikian catatan ini berakhir juga setelah sekian lama terpendam di dalam komputer pribadiku.

Maafkan aku jika catatan ini di rasa kurang lengkap tahu terlalu berlebihan. Karena semua itu adalah sudah menjadi takdir antara aku dan Dia. Terima kasih

Artikel ini telah terbit pada tanggal 17 Desember 2016 16:39 WIB

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *