6 Risiko Investasi Reksadana dan Cara Mengatasinya

6 risiko investasi reksadana

Update Terakhir: 14 Agustus 2022 Oleh Abdul Jalil

Sebelum memulai, aku sarankan kamu memahami dulu tentang risiko investasi Reksadana. Selain keuntungan investasi reksadana, kita perlu tahu apa kelemahannya dan bagaimana cara mengelola risiko tersebut. Yang jelas Reksadana adalah salah satu cara investasi terbaik dan termudah.

Dalam banyak tulisan di blog, aku mempromosikan manfaat Reksadana sebagai instrumen investasi terbaik. Namun, aku tahu investasi pasti punya risiko. Karena itu, aku pikir perlu membahas keuntungan dan kerugian Reksadana bagi investor.

Tidak hanya membahas keuntungan reksadana per bulan, bagaimana perhitungan keuntungan reksadana, tetapi juga mengingatkan pembaca soal risiko dan kelemahannya. Risiko dan potensi kerugian yang perlu pahami dan sadari secara jelas sejak awal.

Risiko adalah sesuatu yang melekat dalam investasi. Tidak mungkin investasi tanpa risiko. Tujuan mengetahui risiko tersebut bukan untuk menakut-nakuti, menimbulkan rasa khawatir, tetapi bagaimana kita bisa mengelolanya agar hasil investasi optimal.

Ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Dengan paham risiko tersebut, kamu bisa pula membandingkan dengan kelebihan dan kekurangan emas atau instrumen lainnya.

Risiko Investasi Reksadana

6 risiko investasi reksadana dan bagaimana cara mengatasinya
Investasi Reksadana

Tugas investor adalah memahami apa risiko investasi Reksadana dan bagaimana mengelolanya supaya dampak negatif bisa berkurang.

Return Reksadana Tidak Pasti

Banyak yang menganggap Reksadana itu sama dengan Tabungan atau Deposito. Itu pemahaman yang salah. 100 persen salah karena kedua instrumen ini sangat berbeda. Risiko Reksadana lebih tinggi. Keuntungannya tidak pasti. Return Reksadana tidak pasti. Bisa untung, bisa rugi.

Untuk menghadapi ketidakpastian ini, pemodal yang ingin membeli Reksadana bisa melakukan hal sebagai berikut:

  • Memilih Reksadana yang tepat karena terdapat berbagai jenis Reksadana yang memiliki tingkat risiko berbeda – beda. Ketepatan pemilihan yang sesuai dengan tujuan keuangan jadi kunci keberhasilan rencana investasi
  • Melakukan diversifikasi. Tidak menaruh semua uangnya di satu tempat, tetapi menyebarkannya ke banyak instrumen, supaya jika yang satu rugi, masih ada yang lain.

Tidak Ada Jaminan Pemerintah

Jika Reksadana rugi, maka kerugian tersebut harus di tanggung oleh nasabah. Tidak ada perlindungan dari pemerintah. Ini berbeda dengan tabungan dan deposito ada jaminan oleh pemerintah. Sehingga menaruh uang di tabungan tidak akan mungkin berkurang nilainya.

Karena itu, dengan risiko ke-dua ini, kembali lagi ke poin 1 diatas, investor perlu memilih jenis reksadana yang tepat dan melakukan penyebaran/pembagian ke beberapa produk investasi.

Tidak Ada Proteksi Jiwa

Bagaimana jika pencari nafkah kena musibah sehingga tidak bisa melanjutkan investasi di Reksadana ? Investasi stop. Tidak ada pihak lain yang mengggantikan dan melanjutkannya. Ini sebuah risiko.

Namun bisa dikelola dengan membeli asuransi jiwa sebagai proteksi. Jika investor kena musibah, masih ada uang dari asuransi untuk melanjutkan investasi. Apa asuransi yang perlu dibeli ? Kami merekomendasikan Asuransi Jiwa Term-Life karena preminya murah dan nilai proteksinya besar.

Untuk asuransi yang di gabung dengan investasi, asuransi unit link, perlu meneliti dengan cermat, apakah itu cocok.

Harus Inisiatif Sendiri

Investasi di Reksadana membutuhkan kedisplinan dalam menabung karena tidak ada pihak yang mengingatkan investor. Jika lupa, investor kehilangan momentum.

Berbeda dengan asuransi yang nasabah harus membayar premi secara rutin. Di Reksadana tidak ada kewajiban membayar secara rutin.

Tapi, kealpaan di Reksadana bisa teratasi dengan bantuan program ‘Auto-Invest’. Ini adalah program investasi Reksadana dengan pengaturan secara otomatis setiap bulan, sehingga setiap bulan uang kamu di tabungan secara otomatis akan terpotong untuk investasi ke Reksadana yang sudah dipilih.

Jadi, pemodal tidak perlu khawatir lagi akan lupa berinvestasi karena sistem secara otomatis memotong rekening investor dalam jumlah yang telah di tentukan untuk ditempatkan dalam Reksadana.

Reksadana Bisa Dibubarkan

Ada sejumlah kondisi dimana Reksadana dibubarkan sebagai berikut:

  • Perintah oleh OJK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  • Nilai Aktiva Bersih Reksadana menjadi kurang dari nilai Rp 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar Rupiah) selama 90 (sembilan puluh) Hari Bursa berturut-turut, Manajer Investasi akan melakukan pembubaran dan likuidasi.

Bagaimana menghadapi risiko ini ?

Dari ketentuan ini, kita lihat bahwa kinerja yang buruk akan berujung pada pembubaran Reksadana. Oleh sebab itu, investor perlu memilih Reksadana yang kinerjanya baik. Investor perlu melihat daftar list reksadana dengan menganalisa data nilai aktiva bersih.

Perhitungan nilai aktiva bersih reksadana menunjukkan seberapa besar jumlah uang dalam reksadana yang dikelola oleh Manajer Investasi. Semakin besar menunjukkan semakin kuat Reksdana tersebut.

Niscaya, jika kinerjanya bagus, Reksadana tidak mungkin akan bubar. Itu kuncinya.

Pencairan Bisa Tidak Dilakukan

Secara normal, pencairan Reksadana dilakukan dalam 2 hari. Jadi, jika investor mencairkan hari ini maka T+2 uangnya sudah masuk ke rekening nasabah. Itu normalnya. Apakah bisa tidak masuk dalam 2 atau 3 hari ?

Bisa. Ada risiko tersebut.

Ada risiko likuiditas. Penjualan Kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari portofolio atau kemampuan dari Manajer Investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai.

Risiko likuiditas dapat timbul jika pada saat yang bersamaan, semua investor melakukan penjualan Reksadana dan Manajer Investasi gagal menyediakan dana.

Untuk mengatasi ini, kita perlu melihat kekuatan Manajer Investasi. Salah satunya melihat berapa besar dana kelolaan atau AUM Manajer Investasi.

AUM adalah asset bersih yang di kelola Manajer Investasi. Nilai AUM bisa di lihat, salah satunya, di Bareksa data reksadana

Dana kelolaan mencerminkan kepercayaan investor terhadap Manajer Investasi. Makin besar makin baik.

Kesimpulan

Reksadana memang menawarkan return yang lebih tinggi dibandingkan tabungan dan deposito. Namun, ada sejumlah risiko investasi Reksadana.

Kewajiban kita sebagai investor memahami risiko tersebut dan mencari solusi untuk mengelola risiko tersebut. Bukannya malah menghindari atau khawatir setelah tahu akan hal tersebut.

Semoga mencerahkan !

Disclaimer: Artikel ini adalah percobaan !

Sumber: Duwitmu.com

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *