Sarapan Bubur Goreng Beraroma Sedap

Update Terakhir: 22 Maret 2023 Oleh Abdul Jalil

Estimasi waktu baca: 3 menit

Semarang, 19 Maret 2023. Melanjutkan catatan hari kemarin, pagi ini saya belum merasakan ngantuk lho, bahkan setelah berjam-berjam ngobrol. Orang seperti saya datang ke suatu acara hanya untuk memastikan mereka telah melakukannya dengan baik meskipun tidak sesuai harapan.

Egoisme masih saja menjadi dinding penghalang satu sama lain. Saya sendiri tidak ingin berkomentar banyak mengenai mereka semua. Mengingat perbedaan sudut panjang dan zaman yang sudah berubah, prosedur pelaksanaan kegiatan pun telah hilang.

Melihat mata mereka semua, saya jadi teringat teman-teman seangkatan dulu. Menyadari tidak semua harus dilakukan dengan sempurna, namun setidaknya setiap orang harus mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.

Bahkan untuk satu tugas sederhana pun, sepertinya tidak sempat untuk memperhatikan dengan baik. Pada akhirnya kesalahan masih saja terjadi dengan cara yang konyol. Saya bukan yang terbaik untuk memberikan saran, namun saya cukup mampu untuk meluruskan sesuatu yang salah.

Daripada bertanya apa yang akan mereka lakukan, saya lebih memilih untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan salat subuh berjamaah. Ketika sudah kembali lagi, berharap tinggal melanjutkan proses selanjutnya.

Keinginan membuat nasi goreng untuk sarapan pagi, harus berakhir dengan menyedihkan. Karena nasi terlalu mengandung banyak air dan sangat tidak mungkin mengolahnya menjadi nasi goreng. Tidak ada bahan lain yang dapat diolah kecuali telur.

Lebih mudah untuk menyebutnya bubur daripada nasi karena teksturnya. Melakukan sesuai apa yang mereka inginkan, saya mencoba yang terbaik agar dapat dinikmati oleh banyak orang. Memperbaiki sesuatu yang sudah rusak memang salah satu keahlian saya.

Ketika mengolah bubur, sempat terjadi kekurangan bumbu dan akhirnya beberapa teman membuat tambahan bumbu. Untuk rasanya sih sebenarnya tidak buruk-burut banget. Karena teksturnya yang lembek, memang cocok banget disebut bubur goreng.

Meskipun menggoreng bubur terbilang mudah, tapi kalau tidak telaten dalam mengaduk. Bubur akan muncul aroma gosong yang dibuktikan dengan kerak berwarna hitam. Seharusnya saya menampilkan dokumentasinya biar lebih meyakinkan.

Mengandalkan dokumentasi dari orang lain terkadang tidak sesuai harapan. Syukur-syukur kalau ada jejaknya, tapi kenyataannya tidak demikian. Terpaksa catatan tanpa dokumentasi rasanya seperti sayur tanpa garam.

Saya tidak tahu apakah mereka bisa menikmatinya dengan perasaan dongkol atau biasa saja karena sering menyantap menu ajaib. Tidak ada ahli dalam memasak nasi dengan baik, benar-benar sesuatu yang sangat merepotkan.

Setelah sarapan, saya dan beberapa teman pulang lebih dulu untuk membantu menurunkan beberapa perlengkapan. Tidak semua orang sadar untuk membantu sesamanya ketika kegiatan sudah berakhir. Hanya mengeluh capek, tapi tidak melakukan sesuatu yang berguna.

Sebenarnya mereka capek berjalan tanpa arah, itu hal sering saya lihat secara langsung. Sangat lucu, tapi tidak mudah bagi mereka bisa memahaminya. Sekali lagi egoisme adalah salah satu benang yang harus mereka singkirkan sendiri.

Ada banyak hal yang ingin saya tulis di catatan hari ini. Tapi karena sudah capek, saya memilih tidur dulu di sanggar dan pulang ketika sudah cukup fit. Jadi, mohon maaf kalau saya tidak bisa maksimal memberikan gambaran kecil mengenai momen yang terjadi pada hari ini.

Sekian dan terima kasih!

Daily Life 2023 #78

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *