Catatan Tentang Husna adalah bagian dari kehidupanku sebagai pencatat kehidupan. Catatan ini aku dedikasikan untuk seorang teman yang pernah mengisi bagian dari kehidupanku di masa orientasi kampus sampai akhirnya aku harus berpisah.
Husna, nama yang begitu indah untuk dapat di dengar olehku dan siapa pun yang mengerti arti nama itu. Bagiku nama itu sudah tidak asing lagi kehidupan pertama memasuki dunia anak kampus.
Nama Husna di sini aku anggap istimewa. Jika ada yang tidak setuju dengan apa yang sudah aku catat, tentu tidak akan menjadi beban dikemudian hari.
Namun sebelum itu ada momen sebelum mengenal Husna. Aku mengenal seseorang dari jurusan lain. Hal tersebut yang menjadi alasanku mengapa bisa berkenalan dengan Husna tanpa sengaja.
Duku ketika mengikuti kegiatan orientasi kampus, aku duduk dengan perasaan bahagia karena bertemu seseorang. Terlihat ada seorang yang berkacamata, cantik, dan memesona. Tentunya dia wanita yang sopan. Dia adalah teman dari teman yang pernah aku kenal di kota Magelang 2011 silam.
Dengan nada biasa aku memperkenal diri siapa aku dan ingin tahu siapa nama dia. Hanya percakapan singkat yang pernah aku ingat di masa itu, hari pertama dan hingga hari terakhir masa orientasi.
Jika tidak salah dengar namanya adalah Yasmin (Kimia). Namun pertemuanku dengannya tidak berlangsung lama. Karena setelah berkenalan dengannya secara singkat, aku tidak pernah bertemu lagi untuk kedua kalinya.
Ya ingin bagaimana lagi? Aku harus melanjutkan kegiatan sampai selesai dan masih berharap dapat bertemu dengannya entah kapan. Aku yakin sekarang orangnya sudah lupa, karena dulu ada janji.
Ya untuk pertama kalinya aku mengenal banyak orang di waktu itu. Mereka datang dari seluruh penjuru Indonesia dan memiliki satu tujuan yang yaitu “Ngampus” di Undip.
Masa orientasi yang aku maksud di catatanku ini adalah masa orientasi di tingkat fakultas. Aku masih ingat sekali pada tanggal 28 Agustus 2013. Bagaimana mereka mengenalkan diri satu dengan yang lainnya dengan bahasa daerah masing-masing.
Sebelumnya aku minta maaf kalo catatan ini terkesan tidak mempunyai alur yang bagus untuk menjadi bahan bacaan. Karena memang catatan ini untuk Husna dan seseorang yang nantinya aku sebut sebagai Haruna.
Kembali lagi ke catatan tentang Husna. Aku bisa mengenal Husna karena sebuah kesalahan. Di paragraf sebelumnya, aku berkenalan dengan Yasmin dan temannya itu adalah seseorang yang aku kenal.
Maksud untuk bertemu kembali dengan Yasmin yaitu untuk minta nomor temannya itu. Namun, saat aku ingin bertemu kembali dengannya, justru orang lain yang aku temui.
Dengan lembut aku mengingatkan kembali tentang janji sebelumnya. Entah aku yang merasa paling tahu atau salah fokus melihat orangnya. Ada perbedaan dengan seseorang yang aku kenal, namun anehnya cantiknya masih sama.
Yang terlihat olehku ketika menghampirinya Husna wajahnya yang terlihat bingung saat aku menanyakan janji di pagi hari (bertemu sebelum pulang). Di ruang B-103 Fakultas Sains dan Matematika (FSM) merupakan saksi bisu bagaimana aku bertemu dengan Husna.
Sepertinya aku salah orang. padahal aku yakin Yasmin masih ada di ruangan. Mungkin karena masih hari pertama aku kesulitan untuk mengenai wajah-wajah baru dengan pakaian yang sama.
Bodohnya lagi aku tidak meminta maaf kepada Husna, dan belum menyadarinya kalau aku ini salah orang. Tapi itu cerita yang tidak penting untuk orang lain. Mungkin hal tersebut menjadi cerita lucu antara aku dan Husna.
Selama mengikuti kegiatan orientasi kampus di dalam ruangan, diam-diam aku memperhatikan layar yang ada di depan. Karena banyak sekali tayang-tayangan yang di tampilkan melalui layar Liquid Cystal Display (LCD) proyektor, atau layar tancep aku menyebutnya kalau di kampung.
Bagiku barang tersebut merupakan barang mewah dan jarang sekali di SMA memakai barang itu.
Sesekali aku memperhatikan dan mencari Yasmin yang ingin aku temui. Karena masih ada janji yang belum dipenuhi. Entah kenapa yang terlintas di mataku Husna, Husna, dan Husna.
Ada apa dengan Husna?
Seharusnya aku mencari Yasmin bukan si Husna. Pada akhirnya pikiranku di penuhi oleh nama Husna. Walau hanya sebatas nama aku merasa senang bisa mengenalnya.
Memang tidak seperti orang pada umumnya. Aku senyum-senyum sendiri ketika mengingat namanya.
Sebagai laki-laki aku menyadari kalau Husna merupakan sosok pribadi yang cinta kasih sayang. Husna adalah wanita yang cantik, hingga aku sendiri lupa menanyakan nama dan jurusannya.
Pastinya Husna adalah mahasiswa FSM. Tutur katanya yang lembut membuat telingaku ini serasa ada yang membisikkan sesuatu. Hihihi
Aku mulai mengenalnya sejak kegiatan orientasi kampus, terlebih lagi aku dan Husna satu fakultas dan tidak jauh berbeda keadaannya dengan apa yang aku rasakan. Sedikit canggung, tapi bisa menyesuaikan keadaan.
Catatan selama masa orientasi mengenai Husna memang tidaklah banyak. Namun, apa yang aku ingat tentangnya juga tidak sedikit. Entah apa yang ada di otakku pada waktu itu memikirkan yang sebenarnya belum boleh aku pikirkan.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk memurnikan pikiran dari wanita mana pun. Di masa SMA aku sudah patah hati karena menjadi pelampiasan semata.
Jadi, di kampus Undip tidak boleh kejadian itu sampai terulang kembali meskipun dengan orang yang berbeda.
Ternyata aku hanya manusia biasa di muka bumi ini. Di dalam keyakinanku memang masih lemah. Husna telah mengambil sebagian dari pemikiranku. Aku hanya bisa terdiam tidak bisa berbuat banyak.
Seolah-olah aku jatuh hati kepada Husna, wanita yang baik, cantik, dan memesona. Aku terus berusaha menjaga hati, perasaan, pandangan agar tidak menjadi sesuatu yang buruk.
Selama waktu itu beberapa bulan hingga hampir satu semester aku mengagumi dirinya walau hanya sebatas teman satu fakultas.
Tidak ada keinginan untuk menjadikannya kekasih. Karena aku menyadari Husna adalah wanita baik bagai bidadari kampus yang tiba-tiba aku datangi tanpa ada tujuan yang pasti.
Yang jelas Husna dan aku adalah dua mahasiswa yang berbeda kesibukan. Husna sibuk dengan penelitian, lomba kreativitas, organisasi riset kampus dan masih banyak lagi kesibukannya selama berada di kampus.
Aku mengenal sosok Husna itu adalah pribadi yang ramah kepada sesama. Senyum manis menandakan keinginan kuat untuk membantu orang lain. Di setiap kesempatan saat dapat berjumpa dengannya di kegiatan kampus.
Aku berusaha untuk meluangkan waktu mengingatnya dalam catatan pribadiku. Memang, catatan itu sekarang tidak ada wujud nyata berupa lembar kertas. Biasanya aku suka mencatatnya di buku.
Lebih sering aku mendengarnya dari kejauhan itu cukup bagiku tanda Husna dalam keadaan baik-baik saja. Memang aku bukan kekasih hati Husna pada waktu itu.
Namun, sebagai temannya tetap mendukung apa pun yang Husna lakukan. Karena itu adalah hak yang perlu Husna penuhi sebagai mahasiswa di kampus riset.
Telah lama aku mengenal Husna selama kuliah. Wanita baik yang aku kenal selama ini, dan benar saja aku jatuh hati kepada Husna. Perasaan yang tidak dapat aku sembunyikan. Meskipun aku lebih banyak diam.
Kata ibu “jangan coba-coba mempermainkan wanita kalau ingin kamu tidak menyesal”. Ibuku bilang seperti itu memang ada alasan yang masuk akal. Jadi, aku mengiyakan apa yang dikatakan oleh ibuku. Selama itu masih dapat dijalankan olehku aku tetap menaati perintah ibu.
Rasa suka tidak bisa aku buat-buat begitu saja. Mengalir dengan mudahnya di dalam pemikiranku. Walaupun Husna pada waktu itu tidak mengetahui apa yang aku rasakan.
Sebagai laki-laki tetap menjaga hati tidak boleh mudah jatuh cinta. Karena aku sendiri adalah calon ayah dimasa depan untuk putra putri yang akan menggantikan aku sebagai ayah dan ibu (Haruna).
Aku tidak boleh meninggalkan sesuatu yang buruk bagi semua teman-temanku termasuk kepada Husna. Berusaha dengan sebaik-baiknya manusia pada umumnya.
Pesan untuknya di Catatan Tentang Husna
Aku bingung untuk mencatat apa lagi yang dirasa perlu untuk di catat. Mungkin aku menulis pesan siapa tahu akan dibaca olehnya.
Ya semoga tidak menimbulkan kekacauan di masa mendatang. Karena ini adalah hanya sebuah pesan :
“Aku dulu yang pernah mendatangimu tanpa sebab, yang ingin mencintaimu juga tanpa sebab. Aku memang bukan pilihan hatimu yang dapat mengisi hari-hari dengan kebahagiaan, namun aku adalah teman biasa yang bisa kau andalkan untuk mendapatkan apa yang kau inginkan selagi masih menopang kehidupan dan mampu untuk melakukan itu semua.
Yang masih aku takutkan di masa depan adalah sebuah kesalahan besar, yang mungkin tidak bisa dicerna olehmu dengan pemikiran matang sekalipun. Satu kesalahan itu adalah jika aku mencintaimu dalam diamku. Memang satu-satunya kesalahanku jika sampai jatuh hati mencintaimu. Karena itu akan dapat merusak apa yang kau jaga selama ini.
Dan tidak ingin menjadi penyebab kau merasa sakit hati di kemudian hari, akan menjadi rahasia kita dengan Sang Ilahi. Hanya dengan-Nya aku pasrahkan apa yang pernah terjadi di masa lalu bahkan hingga saat ini sekalipun.
Siapa pun yang akan mendampingi kehidupanmu kelak pastikan orang itu adalah benar-benar mencintaimu dengan iman bukan hanya nafsu dunia yang ingin menjatuhkan kehormatanmu sebagai perempuan suci di dunia ini.
Aku tidak dapat menyembunyikan lagi apa yang sudah kau ketahui dan tidak dapat mengelak apa yang sudah terjadi. Maka ijinkan aku sebagai temanmu untuk menulis catatan ini semua. Dan sebagai temanmu akan merasa sangat marah ketika aku mengetahui kau jika ada laki-laki yang berusaha menyakitimu.
Tanpa diminta sekalipun olehmu tentu akan mendatangimu berusaha menolong semampuku walaupun risiko nyawa adalah taruhannya. Karena salah satu tujuan hidupku adalah menolong siapa pun yang membutuhkan bantuan selagi aku mampu untuk melakukannya.
Husna ketika kau sudah menginjakkan kaki ke pelaminan hanya ada satu permintaan dari temanmu ini : cintailah suamimu dengan sepenuh hati, sayangilah anak-anakmu dengan kasih sayang dan mungkin anak-anak kita akan bertemu dikemudian hari tanpa kita mengetahui kapan itu akan terjadi.
Hanya pesan itu yang dapat aku sampaikan kepadamu. Husna maafkan temanmu ini yang dulu pernah menyimpan rasa suka. Aku adalah laki-laki pada umumnya yang juga ingin merasakan memiliki seorang kekasih. Aku harap Husna ingin memaafkannya apa yang sudah tertulis di dalam catatan ini.”
Seiring berjalannya kehidupan di kampus. Aku tetap dapat bertemu dengan Husna namun dari sudut pandang yang berbeda. Semakin hari berganti, kesibukan yang dijalaninya sebagai mahasiswa kampus riset menjadikan pribadinya adalah sosok wanita tangguh.
Sesekali aku dan Husna bertukar informasi mengenai kucing-kucing di FSM. Karena sejatinya kami adalah orang-orang yang menyukai kucing. Terasa lucu sekali jika Husna menggendong kucing oyen.
Pokoknya jika ada waktu luang satu-satunya topik yang pasti dibahas adalah tentang kucing.
Dan catatan terakhir yang dapat aku tulis di bagian ini. Aku ingin sekali menyimpan sesuatu yang pernah Husna miliki yaitu berupa foto terbaiknya yang sengaja aku ambil dari Facebook.
Tentu aku sudah meminta ijin kepada yang punya walaupun telat. Dan inilah Husna yang aku ceritakan dalam catatan ini.
“Lindungilah aku, Sayangilah aku ”. Momennya itu yang pas banget dengan orangnya. Meskipun bukan untukku. Aku tetap senang melihatnya. Jadi ingin foto juga di sana tapi aku tidak tahu itu tempatnya ada di mana .
Aku cukupkan catatan tentang Husna, maaf ya kalau ada kalimat-kalimat yang dirasa kurang nyaman untuk di baca. Karena ini memang catatan ini untuk Husna.
Haruna, aku memang tidak memiliki pacar atau kekasih, tapi aku juga bisa memiliki cerita cinta. Karena catatan ini bagian cerita cinta pertama di kampus FSM Undip.
Artikel ini telah terbit pertama kali tanggal 25 Juni 2016
Salam,