Hari Senin Saatnya Ngomongin Saham Tipis-Tipis

Update Terakhir: 7 Maret 2023 Oleh Abdul Jalil

Grobogan, 06 Maret 2023. Libur telah usai, saatnya lihat-lihat pasar modal siapa tahu ada sesuatu yang menarik untuk dibeli. Karena hari ini tuh memang sudah kembali ke Senin lagi. Tidak apa-apa, saya justru senang ketika menjalaninya. Hihihi

Setelah beberapa tahun sudah saya lalui menjadi investor di pasar modal. Saya banyak sekali menjumpai, bahkan mendengarkan secara langsung dari orang-orang yang penasaran dengan dunia investasi.

Rasa penasaran mereka bagi saya sangat bagus, minimal mengetahui pentingnya untuk mulai berinvestasi sejak dini. Namun, tidak sedikit rasa penasaran mereka justru membahayakan diri sendiri. Contoh paling gampang yaitu FOMO (Fear Of Missing Out) atau takut ketinggalan/kehilangan momen.

Di sini saya tidak akan membahas jauh-jauh mengenai FOMO itu sendiri. Saya lebih suka ngomongin tentang diri sendiri saja, biar lebih mudah ketika ditulis. Hihihi

Di tahun 2023 ini, saya masih aktif melakukan pembelian saham di portofolio utama. Beberapa waktu lalu, saya sudah melakukan rebalancing untuk memaksimalkan keuntungan. Walaupun modal beli saham tergolong kecil kurang dari Rp 1 jt/bulan.

Saya tetap merasa bangga bisa memiliki sebagian kecil kepemilikan perusahaan terbuka yang ada di Indonesia. Bagi saya berinvestasi saham itu cocoknya untuk orang-orang yang sabar dan tidak gegabah ketika memutuskan sesuatu.

Kalau saya menggunakan standar orang-orang saat ini, saya ini termasuk tipe orang yang ‘terlalu berani ambil risiko paling buruk‘. Ada alasan khusus mengapa saya berpikir seperti itu.

Pendapatan Belum Besar dan Sudah Berani Berinvestasi Saham

Sebelum mulai membeli saham, jauh-jauh hari saya sudah lebih dulu belajar segala sesuatu tentang saham secara otodidak melalui internet. Jaman dulu sekitar tahun 2012-2016, sumber pembelajaran masih sangat terbatas tidak seperti sekarang ini.

Saya belajar saham yang paling basic, yaitu di mana kita bisa beli saham dan berapa modal awalnya? Ketika saya mencari informasi melalui internet, saya menemukan tempat beli saham yaitu di perusahaan sekuritas. Untungnya, waktu itu di Semarang salah satu perusahaan sekuritas sudah buka cabang.

Tapi sayang sekali, saya tidak bisa langsung menjadi salah satu nasabahnya. Karena modal awal masih sangat besar yaitu Rp 1 s.d 10 jt dan harus menggunakan rekening BCA. Sedangkan saya mahasiswa biasa dan tidak memiliki rekening BCA, ya terpaksa tunda dulu.

Sebenarnya bisa saja menggunakan rekening lainnya, masalahnya untuk transaks i saham paling nyaman menggunakan rekening yang sama, dan waktu itu saya belum terkoneksi dengan internet banking. Pada akhirnya saya daftar dulu fasilitas internet banking BRI dan belajar-belajar dulu mengenai investasi.

Karena modal beli saham harus besar, saya menunggu momen saja. Sampai pada akhirnya saya mulai berinvestasi emas dan reksa dana terlebih dulu di tahun 2019. Kemudian, setelah beberapa tahun kemudian baru bisa investasi saham dengan modal yang pas-pasan di tahun 2021.

Kalau menurut saya pribadi, sebenarnya saya bukan tipe orang yang nekat tanpa persiapan. Sejak tahun 2013 saya sudah belajar bagaimana mengelola uang dengan cara paling simpel. Yaitu mencatat uang masuk dan pengeluaran sehari-hari.

Jadi, skill basic mengenai cara mengelola uang saya sudah lebih dulu melakukannya. Sayang sekali jaman dulu, belum pintar cari duit. Maklum saja, dulu urusan kuliah saya masih kerepotan dengan berbagai aktivitas kampus.

Mental Saya 3 Kali Lebih Kuat Melihat Fluktuasi Harga Saham

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal tadi, tantangan investor saham pemula adalah FOMO. Jika investor masih memiliki kecenderungan takut kehilangan momen, sudah pasti orang tersebut belum layak disebut sebagai investor seutuhnya. Karena biasanya orang-orang seperti itu terpengaruh oleh rekomendasi saham yang tidak jelas, bahkan menyesatkan.

Selain tidak gampang ikut-ikutan terpengaruh rekomendasi saham, saya termasuk investor yang kuat melihat portofolio minus hingga lebih dari 50 %. Untuk beberapa kasus saya sangat percaya fundamental perusahaan, meskipun di sisi lain untuk harga saham tentu saja ada yang mengendalikannya.

Semakin harga turun, semakin saya semangat untuk membeli lebih banyak selama dana di rekening saham mencukupi. Sebagian orang di tempat lain, jika mendapati harga sahamnya turun secara drastis, kecenderungan untuk menjual saham 3x lebih besar. Singkatnya berani jual rugi untuk meminimalkan kerugian lebih besar.

Ketika harga naik pun, saya tidak terburu-buru jual saham dalam keadaan untung. Walaupun sudah ratusan persen, saya biarin begitu saja. Kalau belum target jual, belum saya jual. Ya intinya saya suka beli saham, tapi malas untuk menjualnya. Hihihi

Memiliki Dana Cadangan dan Dana Darurat

Influencer jaman sekarang sudah pasti menyarankan untuk memiliki dana darurat terlebih dulu sesuai dengan porsi yang cukup. Ada yang bilang minimal 3 s.d 6 bulan gaji untuk jomblo. Sisanya minimal 12 bulan gaji non-jomblo.

Tidak salah dan seharusnya seperti itu sebelum mulai berinvestasi saham. Tapi saya tidak mengikuti apa kata orang-orang keuangan yang menyarankan seperti hal itu. Kalau saya harus memenuhi dana darurat dengan kondisi keuangan sekarang ini. Mungkin saja, saya baru bisa berinvestasi saham pada tahun 2024 akhir.

Untuk mengakali hal itu, saya memiliki trik khusus. Yaitu dengan menyediakan dana cadangan dan dana darurat yang terpisah. Oleh karena itu, saya memiliki beberapa rekening pribadi untuk memisahkan pendapatan tiap bulannya.

Kalau ada yang tanya: Kenapa tidak menggunakan bank digital yang sudah bisa menyediakan beberapa kantong/tabungan?

Saya hanya bisa jawab “tidak ingin buka rekening baru lagi!

Andai saja bank digital sudah ada sejak tahun 2011, mungkin saja saya tidak perlu membuka rekening BRI dan BCA. Karena dengan satu rekening pasti sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan saya. Sekarang ini saya tinggal memanfaatkan apa yang sudah ada. Tidak ingin berdebat dengan sesuatu yang terjadi!

Niatnya Ngomongin Saham Tipis-Tipis, Tapi…

Kenyataannya ngomongin saham tipis-tipis itu ternyata tidak mudah. Pokoknya saya itu nulisnya mengalir begitu saja. Seharusnya sih yang saya tulis di sini tentang relaksasi pasar modal yang akan segera berakhir per 31 Maret 2023. Bisa juga ngomongin kondisi portofolio yang masih berdarah-darah. Tapi ya sudahlah, anggap saja tulisan saya ini untuk bahan bacaan sebelum tidur. Hihihi

Masalah relaksasi di pasar modal bagi saya tidak begitu penting. Bukan ranah saya untuk membahas hal itu. Mungkin pembahasan tersebut lebih cocok untuk para trader dan scalper saham. Mereka tentu saja sangat antusias menantikan hal tersebut.

Sebagai investor, saya cukup mengamatinya saja dan memantau keributan yang dilakukan oleh analis abal-abal di forum saham. Jujur saja saya merasa senang sekali bisa orang-orang meributkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Asyik pokoknya!

Ini yang terakhir deh, dalam waktu dekat ini saya berencana untuk menghadiri acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang tumben banget tahun ini dilaksanakan di Semarang. Untuk detail tempat dan waktunya akan saya beritahu nanti saja kalau sudah waktunya.

Cukup itu saja untuk hari ini, saya ucapkan sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di hari berikutnya!

Daily Life 2023 #65

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *