Puasa Hari Kedua Puluh Tiga

Update Terakhir: 24 April 2023 Oleh Abdul Jalil

Estimasi waktu baca: 6 menit

Grobogan, 14 April 2023 – Yo! Memasuki puasa Ramadan ke-23 tahun 1444 H. Jumat berkah bagi kita semua bagi yang menjalani ibadah puasa maupun yang tidak menjalankannya. Hari ini saya ingin menulis apa ya untuk kalian? Jujur saja, saya sedikit gugup. Hihihi

Sebelum menceritakan aktivitas hari ini, mungkin saya ingin curhat sedikit perihal “luka”. Di bulan Ramadan ini harusnya lebih banyak kebahagiaan dan keceriaan yang dirasakan. Namun, karena masih ada satu luka, keduanya seperti saya tidak bisa menikmatinya.

Sedang mengalami luka yang sangat menyakitkan, dan hampir sulit untuk disembuhkan. Luka bukan karena masalah hubungan percintaan yang sering kandas, melainkan luka yang bisa saya sebut sebagai “kesempatan”.

Kata tersebut bagi sebagian orang terdengar biasa saja, namun bagi saya terdengar sangat menyakitkan sekali. Terdapat makna yang sangat dalam dari kata “kesempatan” dalam catatan ini. Tidak ada satu pun orang yang bisa saya percaya, sementara ini menyimpannya sendiri dan merasakan rasa sakit hingga ke tulang-tulang.

Meskipun begitu, saya harus bertahan sekuat tenaga untuk mencari jalan menuju titik terang, agar luka yang saya alami ini dapat segera sembuh, minimal ada “obat penawarnya”. Dengan begitu, saya memiliki cukup waktu untuk mendapatkan sesuatu yang sudah lama hilang.

Ya itu sedikit curhat dari saya. Mohon maaf kalau terkesan membingungkan atau tidak jelas bagi kalian yang mungkin nyasar membaca catatan blog hari ini. Tapi hari ini saya ada cerita lain kok, jadi tidak hanya tentang curhat doang.

Bukber Lagi Di Rumah Mbak Ayu

Untuk kedua kalinya saya mengikuti acara buka puasa bersama (Bukber) di rumahnya mbak Ayu. Tahun lalu saya ikut, karena kebetulan waktunya pas saat saya masih di Semarang (posisi juga sedang bukber juga di tempat lain). Walaupun datangnya telat, saya masih terhitung ikut rombongan. Hihihi

Kalau ada acara bukber khususnya dari Racana Diponegoro saya itu sangat bersemangat sekali, jauh pun tidak apa-apa selama masih dalam jangkauan motor Supra X sekali tempuh (maks 150 Km).

Menunggu

Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 13.25 WIB. Dalam perjalanan menuju ke rumahnya mbak Ayu saya berhenti dulu di satu lokasi untuk menunggu teman mengantarkan pesanan (COD). Lumayan lama sih, tapi saya tidak bisa meninggalkan begitu saja. Setelah bertemu dengan dan menerima pesanan, saya langsung tarik gas dan menuju ke rumahnya mbak Ayu.

Sesampainya di rumahnya mbak Ayu sekitar jam 4, hanya 2 orang saja (Ike dan Ayu). Kami bertiga memang memiliki niat datang lebih awal dari teman-teman lainnya. Siapa tahu kedatangan kami bisa banyak membantu tuan rumah.

Sambil menunggu teman yang belum datang, saya ngobrol dengan mereka berdua seputar hal receh. Sejatinya mengobrol dengan sesama manusia merupakan salah satu cara tidak stres.

Mode Menunggu Buka Puasa

Waktu berbuka puasa sih masih relatif lama, tapi tuan rumah sudah mengeluarkan menu takjil gorengan. Rasanya ingin mencicipinya lebih dulu, eh tahan…tahan…tahan!

Berbuka puasa dengan menu gorengan bukan hal aneh lagi, sepertinya memang sudah menjadi budaya khas warga +62. Entah kenapa makanan yang mengandung minyak itu terasa lebih menggoda yah? Saya memiliki hipotesis yang belum dapat terverifikasi secara ilmiah yaitu karena adanya pengaruh lemak pada makanan terhadap letak geografis.

Sederhananya sih makanan berlemak memang terasa lebih nikmat saat di mulut daripada makanan yang tidak berlemak. Kalau saya tanya mana yang lebih enak, kira-kira saya bisa menebak pilihan kalian seperti contoh di bawah ini.

Lebih enak tempe goreng atau tempe bacem? Lebih enak telur goreng atau telur rebus?

Sebagian besar akan memilih menu gorengan, saya yakin seperti itu kok. Kalau masalah sehat atau tidaknya itu relatif banget. Ya sebenarnya semua itu relatif kan ya? HIhihi

Kembali lagi nulis yang seharusnya saya tulis!

Asyik ngobrol dengan teman-teman ternyata sudah waktunya berbuka puasa. Tidak perlu menunggu lama, setelah membaca doa buka puasa langsung sikat!

Saya mengutamakan minum air mineral dulu atau apa pun yang bukan es, baru kemudian minum es kelapa muda. Sudah menjadi kebiasaan, jadi rasanya aneh kalau langsung minum es saat buka puasa.

Salat magrib sebentar, kemudian melanjutkan makan besar. Saking enaknya menu yang tersedia, saya makan sampai 2 kali lho. Sampai sekarang, kemampuan makan masih diatas rata-rata orang normal. Namun, saya harus mengakui bahwa kemampuan sudah turun jauh.

Sudah tidak menjadi mahasiswa lagi, saya harus menjaga pola makan. Minimal saya menjaga asupan karbohidrat, meskipun begitu porsi saya makan masih besar banget bagi orang normal.

Skip beberapa cerita, karena memang saya banyak ngobrolnya bersama dengan teman-teman. Saya sendiri malas untuk menceritakannya secara detail. Padahal cerita yang bagus itu menceritakan secara detail sebagai bahan untuk mengingat.

Foto Bersama Sebelum Pulang

Waktu kebersamaan kami habiskan untuk mengisi kebahagiaan di rumahnya mbak Ayu dengan berbagai cerita. Setelah itu, beberapa dari kami berpamitan pulang (termasuk saya). Saya benar-benar bisa menikmati suasana bahagia bersama teman-teman.

Satu hari nanti, semoga saya bisa bertemu lagi dengan “mereka semua”.

Sekian dari saya, terima kasih!

Daily Life 2023 #104

Salam,

TTD Abdul Jalil

About Abdul Jalil

Writing every day for happiness

View all posts by Abdul Jalil →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *