Update Terakhir: 14 Agustus 2022 Oleh Abdul Jalil
Lebaran tinggal menghitung hari lho, saatnya pulang kampung untuk orang-orang yang sudah lama menantikannya. Oh iya aku akan lebih sering menggunakan istilah “Pulang Kampung” daripada “Mudik” biar tidak kena ciduk oleh pemerintah. Hihihi
Aku adalah satu dari sekian banyak orang-orang yang bodo amat sama peraturan pemerintah karena adanya larangan mudik lebaran tahun 2021 ini. Orang-orang percaya virus korona itu ada, tapi sekarang kebanyakan sangat susah percaya lagi dengan kebijakan pemerintah.
Aku tidak bermaksud memprovokasi, tapi memang kenyataannya seperti itu. Silahkan baca berita dan informasi lainnya yang mungkin relevan dengan catatan ini.
Tahun 2020 lalu, aku pulang kampung menggunakan motor Supra X 125 via jalur alternatif Nganjuk-Bojonegoro. Kondisi jalannya bagus dan tidak perlu khawatir akan ada kata stop dari pak pulisi. Hihihi
Sedangkan, tahun 2021 aku lewat jalur biasanya (Jalan Nasional 15). Namun, nanti aku berbelok ke arah Bojonegoro (Jalan Nasional 20). Prediksi pos pulisi sudah ketahuan ada di titik mana saja aku juga sudah mengetahuinya. Tinggal jalan saja.
Persiapan Pulang Kampung Bersama Supra X 125 FI
Pulang kampung menggunakan sepeda motor jangan sampai membawa barang banyak. Kalau di lihat-lihat tidak mungkin juga ku membawa barang bawaan sebesar kardus susu SGM.
Rencananya kardus tersebut aku paketkan ke kantor pos saja agar ketika pulang nanti tidak membawa banyak barang. Kalau kondisi motor sudah prima ya tinggal orangnya yang orangnya saja. Hihihi
Jarak yang aku tempuh > 200 Km tentu bukan jarak yang pendek, tapi aku menyebutnya jarak medium. Aku sebut “jauh” kalau jarak tempuh > 300 Km. Masing-masing orang memiliki batas yang berbeda, aku tidak ingin memperdebatkannya. Pulang kampung ya tinggal pulang selagi masih ada kesempatan untuk hal itu.
Baca juga:
- Senja Bersama Supra X 125 Fuel Injection
- Catatan Tentang Aku Mereka dan Gunung Ungaran
- Dolan Ning Boyolali
Aku menyadari jarak yang lumayan jauh beda provinsi pula biaya ongkos kirim pastinya tidak murah. Memilih jasa pengiriman yang tepat tentu akan dapat menghemat biaya kirim. Dari sekian banyak jasa pengiriman aku memilih Pos Indonesia.
Biaya per kilonya terbilang murah aku menggunakan paket ekonomi prakiraan paketku akan sampai dalam waktu < 5 hari (aku ngirimnya hari Jumat 1 Mei). Benar saja aku hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 63.000 saja untuk paket dengan massa 6,88 Kg dari Kediri ke Grobogan.
Untung saja aku tidak memilih paket kilat khusus, karena perbedaan harganya yang sangat jauh. Bisa sampai > Rp 100.000. Dengan demikian untuk masalah pengiriman paket sudah beres, tinggal menunggu waktu pulang saja.
Ketika melakukan perjalanan pulang kampung aku memilih waktu pagi buta untuk menghindari terik sinar matahari. Meskipun dapat keringanan orang yang sedang berpuasa, tidak serta merta harus batal puasa. Selagi masih kuat ya puasa terus lanjut.
Sekitar pukul 03:35 WIB tertanggal 2 Mei 2021 aku berangkat bersama temanku dengan mengendarai motor yang selama ini menemaniku. Fokus utama selama perjalanan pulang ya hanya satu “Sampai ditujuan dengan selamat“. Berhenti sejenak untuk melaksanakan salat Subuh di musolla pom bensin Pertamina dan akhirnya langsung tarik gas menuju jalan nasional 20.
Pulang Tanpa Surat Keterangan Bebas Covid? Bisa Kok
Tertanggal 22 April 2021 pemerintah memberikan aturan tambahan soal perjalanan mudik. Setiap orang wajib memiliki surat keterangan bebas Covid dengan masa berlaku 1×24 jam (kalau aku salah silahkan koreksi saja). Tentu saja aku cuek dengan aturan konyol tersebut.
Ketika harus memiliki surat keterangan bebas Covid tentu saja harus melakukan tes terlebih dulu. Aku pulang kampung tidak ingin mengeluarkan biaya untuk melakukan hal itu. Harusnya tes seperti itu gratis. terindikasi negara sedang berbisnis dengan rakyatnya sendiri.
Kabar terbaru yang masih hangat, oknum pegawai Kimia Farma terbukti melakukan pelanggaran dengan praktik daur ulang alat rapid test. Itu baru 1 kasus yang ketahuan, belum lagi yang belum ketahuan.
Kasus seperti itu yang membuat aku malas untuk melakukan tes. Jadi, aku pulang kampung tanpa surat keterangan apapun. Aku tetap bisa pulang kok? 😀
Jadi, aku semakin yakin kalau “Orang-orang tertentu tidak terkena Covid, tapi di-Covid-kan“. Paham?
Lanjut ke catatan perjalanan…
Tidak ada kejadian-kejadian yang serius selama perjalanan melewati jalan Nasional 15. Di beberapa tempat pos mudik lebaran sudah ada yang berdiri tapi tidak ada orangnya. Mungkin ada orangnya yang di perbatasan Jatim-Jateng.
Ketika hampir sampai di perbatasan Jatim-Jateng, aku pikir ada penyekatan eh ternyata tidak ada sama sekali (sekitar pukul 7:20 WIB). Beruntuhlah aku karena bisa memanfaatkan kelonggaran tersebut. Hati gembira dan penuh kebahagiaan aku bisa melewatinya dengan santai. Hihihi
Sebelum sampai di rumah, aku menyempatkan waktu mampir dulu ke teman sesama YouTuber asal Blora (Sinau Lho) sekedar ingin berbagi pengalaman. Aku pulang menuju kampung halaman pada hari berikutnya yaitu tanggal 3 Mei.
Baca juga:
Ternyata Sudah 40.000 Km
Belum genap 4 tahun aku bersama Supra X 125, ternyata jarak tempuh yang sudah mencapai 40.000 Km. Wajar saja sih kalau bisa tembus sampai segitu, mengingat aku tipe orang yang rajin bepergian dengan motor.
Selama menggunakan motor Supra X sejak tahun 2017 sampai aku pulang kampung saat ini. Alhamdulillah, tidak ada kerusakan yang serius. Karena aku pribadi benar-benar menerapkan perawatan yang teratur dan penggantian suku cadang sesuai jadwalnya atau kondisi.
Pokoknya aku senang dan puas dengan performa motor Supra X 125. Jadi, perjalanan pulang menuju kampung halaman lancar jaya. Semoga, kamu yang akan atau sedang melakukan perjalanan mudik atau pulang kampung dengan menggunakan sepeda motor selamat sampai tujuan.
Di rumah keluarga sedang menunggu kepulanganmu.
Salam Satu Aspal !